Jumat, 24 Juli 2015
Minggu, 05 Juli 2015
Frankfurt Book Fair dan Perdagangan Orang
OLEH AS Laksana
Kaget
saya! Rupanya ada perbincangan seru di wall Facebook Linda Christanty tentang
Frankfurt Book Fair (FBF) 2015. Saya senang membacanya. Akhirnya ada juga yang
bersuara keras. Dalam percakapan-percakapan ringan, beberapa kawan saya para
penulis sering “gremang-gremeng” mengungkapkan unek-unek mereka, tetapi tidak
ada yang memulai buka suara sampai akhirnya Linda menuliskan pendapatnya secara
terbuka dalam status tersebut—yang saya bagikan tepat di bawah status ini.
FBF 2015: Kunjungan Wartawan Jerman ke Indonesia Penuh Kejutan
OLEH Hendra Pasuhuk (wartawan http://www.dw.com/)
Awal
Juni, 17 wartawan Jerman berkunjung ke Indonesia atas undangan panitia
Frankfurt Book Fair (FBF) 2015. Mereka meliput selama seminggu di Jakarta dan
Makasar. Apa saja kesan mereka? Oleh Hendra Pasuhuk.
"Saya
sudah sering ke Jerman.. Sudah 16 kali ke pameran mebel di kota Köln dulu,"
kata Presiden Joko Widodo ketika menerima delegasi wartawan Jerman di Ruang
Tengah Istana Kepresidenan di Jakarta 3 Juni 2015 lalu.
Tentang Frankfurt Book Fair 2015
OLEH Andy Budiman
Penjelasan
akan saya berikan terkait status Facebook saudari Linda Christanty dan AS
Laksana menyangkut Indonesia sebagai Guest of Honour di Frankfurt Book Fair
2015.
Sebagai
orang yang bertanggung jawab sebagai Ketua Komite Media dan Hubungan Luar, saya
ingin menjelaskan:
Catatan Kecil atas Penjelasan Panitia Guest of Honour FBF 2015
OLEH AS Laksana
Panitia
Guest of Honour Frankfurt Book Fair 2015, melalui Andy Budiman selaku ketua
Komite Media dan Hubungan Luar, sudah memberikan penjelasannya bahwa (1) tidak
ada “persekongkolan” untuk mengarahkan isu 1965 sebagai tema utama, (2) tidak
benar Laksmi Pamuntjak dipersiapkan sebagai bintang utama, dan (3) tidak
mungkin mengarahkan wartawan media di Jerman.
Pertukaran Sastra Antara Indonesia dan Jerman
OLEH Berthold Damshauser
Berthold Damshauser |
Pendahuluan
Tema
“Pertukaran Sastra” sebenarnya sebuah tema yang klasik, telah banyak
dibicarakan, termasuk oleh saya sendiri[1]. Namun, tema ini tetap relevan, dan
saya berharap bahwa saya dapat menyampaikan berbagai hal yang penting, terutama
mengenai pertukaran sastra antara Indonesia dan Jerman yang merupakan fokus
makalah ini.
Laksmi Pamuntjak dan Mediokritas
OLEH AS Laksana
Dalam
situasi pelik dan karut marut, orang seringkali mengungkap dirinya sendiri.
Mereka yang selama ini menampilkan diri sebagai orang bijak dan cendekia,
pembela kebebasan bersuara, menghargai sikap kritis dan rajin mendorong
orang-orang lain untuk bersikap kritis, bisa seketika menjadi orang-orang yang
cepat kalap dan dengan enteng menghakimi para pengkritik sebagai medioker,
orang-orang yang dengki, orang-orang jahat dan kasar, dan sebagainya.
Langganan:
Postingan (Atom)
Kristenisasi di Ranah Minang
Foto: Kompasiana Pemeluk Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...
-
Saldi isra Saldi Isra, SH, MPA, anak muda yang energik. Dosen pascasarjana program studi hukum Universitas Andalas, Padang, adalah ahli huku...
-
Foto: Kompasiana Pemeluk Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...
-
Ombak memecah kecil-kecil di bibir pantai. Desau angin pagi terasa mencubit kulit, agak dingin. Ketika salat Subuh baru saja selesai ditunai...