Minggu, 10 Maret 2024

Nazam, Seni Islam Pakiah Geleng

OLEH Yusriwal

 

Foto Dok RKB
Istilah "nazam" dapat dirujuk pada beberapa keterangan. Dalam Kamoes Bahasa Minangkabau-Bahasa Melayoe Riau, terbitan Batavia (Jakarta) 1935, tidak dijumpai kata 'nazam', namun dapat disamakan dengan "nalam", yaitu nazam: banalam-bernazam, bertjerita dengan lagoe teroetama tentang agama atau jang berisi pengadjaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indo­nesia, terbitan Balai Pustaka 1988, ditemukan kata "nalam" dan "nazam". “Nalam” adalah gubahan sajak (syair, karangan); bernalam, membaca puisi atau bercerita dengan lagu; bersajak (bersyair).

SITUS-SITUS RELIGI DI MINANGKABAU: Ruang Pencerdasan Publik yang Menghilang


OLEH YUSRIWAL

Aktivitas jamaah di salah satu surau
di Kabupaten Sijunjung (Foto Dok RKB)

BERMULA ketika melakukan penelitian tentang naskah-naskah kuno, tulisan tangan atau yang juga dikenal dengan istilah manuskrip di Minangkabau karena naskah-naskah itu ditulis dengan menggunakan aksara Jawi atau Arab Melayu atau juga yang dikenal oleh masyarakat dengan Arab Gundul, mau tidak mau, penelitian mengenai manuskrip ini akan terkait dengan sejarah surau, dan para pendirinya. Ternyata, banyak aspek yang terkait dengan surau, masjid, dan perkembangan Islam di Minangkabau.

Sabtu, 09 Maret 2024

Birokrat Berkualitas

Aam, teman Uwan di Kimbangwil Pusat, menceritakan bahwa implikasi penerapan UU No 22/1999 adalah sekitar 3.000 lebih sumber daya manusia eks pegawai PU akan disebarkan ke daerah. Jumlah ini akan mencapai lebih 50.000 orang bila digabung dengan PNS dari departemen lainnya. Baik dari departemen yang mengalami likuidasi maupun yang berubah menjadi Kantor Menteri Negara.

Lebih lanjut diinformasikan, bahwa mereka yang berkualifikasi tinggi—sekurangnya S2 dari luar negyang tentulah berwawasan global dan bervisi kompetitif. Salah satu dampak reformasi nyatanya membuahkan kebijakan berupa arus balik, yakni brain drain dari pusat ke daerah. Dampak strategis yang perlu didukung karena dapat mengatasi kelangkaan SDM berkualitas di daerah.

Menyimak Pengalaman Oita


Beberapa tahun yang lalu, Uwan hadir dalam acara penyerahan Magsaysay Award di Manila—Uwan diundang Dr. Umali, salah seorang teman baik dari ANGOC—kepada Gubernur Prefektur Oita, Jepang, Morihito Hiramatsu (sekarang berusia 77 tahun).

Hiramatsu yang menjadi Gubernur Oita 4 kali ini mendapatkan penghargaan untuk kategori pelayanan pemerintah karena mampu mengubah provinsi tertinggal menjadi kota sibuk dan masyarakatnya meraih keberhasilan ekonomi.

Hiramatsu memulai keberhasilannya dengan mendorong masyarakat Oita di Jepang Selatan yang luasnya 6300 kilometer persegi dan berpenduduk 1.240.000 orang ini, memakai pendekatan revitalisasi regional melalui konsep One village One product: Satu desa satu produk unggulan.

Kredit kepada Tuhan


Di Bandung, awal 1978, situasi kampus dan ke­­ma­­­­­­ha­­siswaan di perguruan tinggi di Indonesia tidak menentu. Diawali dengan ikrar Dewan Mahasiswa (DM) atau Senat Mahasiswa (SM) se-Indonesia yang menyikapi perkembangan situasi nasional pada 28 Oktober 1977. Puncaknya, pada 16 Januari 1978, DM ITB mengeluarkan pernyataan yang intinya tidak lagi mempercayai kepemim­pinan nasional.

Kejadian itu telah membuat pemerintah berang dan memerintahkan tentara untuk menduduki kampus-kampus. Proses belajar mengajar praktis berhenti. Ratusan tokoh mahasiswa ditangkap, diadili, dan dipenjara. Beberapa di antaranya kini menjadi tokoh nasional, baik di kabinet ataupun di parlemen.

Tentang Zukri Saad

Zukri “Uwan” Saad dilahirkan pada pagi berkabut di pinggang Gunung Marapi, di Jorong Pincuran Landai, Nagari Kubang Putiah, Banuhampu, Agam, Sumatera Barat, pada  5 November 1955. 

Menyelesaikan kuliah di Jurusan Kimia,  Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1985 dengan predikat mahasiswa abadi. Aktivitas sebagai Ketua Umum Perkumpulan Studi Ilmu Kemasyarakatan, Ketua Dewan Mahasiswa ITB bidang Pengabdian Masyarakat dan Aplikasi Teknologi serta penggiat Yayasan Mandiri Bandung yang bergerak di bidang teknologi tepat guna, telah mewarnai pengambilan keputusannya untuk tidak bekerja di dunia profesi kimia. Ia lebih memilih bekerja sebagai aktivis di tengah-tengah masyarakat miskin Indonesia yang terpinggirkan oleh pembangunan, ketimbang menjadi sekrup pada dunia industri yang sedang digalakkan oleh Pemerintahan Orde Baru.

Jumat, 08 Maret 2024

Tari Sanghyang Dedari dan Tari Sakral Lainnya

OLEH I Made Bandem




Pendahuluan

Salah satu dari kesenian Bali yang berakar pada kebudayaan Pra-Hindu adalah tari Sanghyang. Tari ini masih hidup sampai sekarang. Kini dapat dijumpai kurang lebih 55  macam tari Sanghyang. Tarian tersebut banyak terdapat di desa-desa pegunungan. Semua jenis tari Sanghyang terdiri atas dua sampai tujuh orang penari, dan biasanya mereka dapat  mencapai kelinggihan atau kerauhan, kemasukan dewa-dewi, roh para leluhur atau roh-roh  lainnya.

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...