OLEH Agus Taher (Peneliti dan Seniman)
Senin, 14 Desember 2020
Opsi Multifungsi Melawan Banjir di Kota Padang
Rabu, 25 November 2020
“Global Paradox”, Salapiak Lain Rasian-nya Anak Bangsa
OLEH Agus Taher
(Budayawan)
Pak Agus, makin hari, makin tapikia dek ambo isi buku
Global Paradox. Makin lamo, makin taraso, kito salapiak lain rasian. Gamawan Fauzi
Senin, 23 November 2020
Nedi Gampo, “Manggampokan” Sejarah Musik Minang Kocak
OLEH Nasrul Azwar dan Rahmat Irfan Denas (Jurnalis)
Oi
Jawinar.., Jawi Jawi
Ondeh
Jawinar oi
Tajadi juo
apo nan Den takuikkan
Dulu kau
cinto, kini kau tak ajan
Aden
bacampaan
Malam minggu ka patang ko
Aden apel
ka rumah kau
Hei jan
kan pintu, pintu nan ka dibukak
Tapi Abak
kau tagak macik palakak
Langkah Den
baserak
Lirik bergenre kocak itu bagian penggalan lagu berjudul “Jawinar” salah satu dari ratusan lagu yang diciptakan sekaligus dinyanyikan Nedi Gampo, yang cukup populer di era tahun 90-an. Lagu ini cukup kocak dibawakan Nedi Gampo.
Sebelum Nedi Gampoi, seniman musik Minang dengan
aliran genre jenaka dan lucu ialah Syamsi Hasan. Bedanya, Syamsi Hasan semata
menyanyi sedangkan Nedi Gampo penyanyi sekaligus pencipta, dan komposer atau
piñata lagu.
Seniman musik Minangkabau ini—bernama asli Nedi Erman—bagi pengamat musik menyebutnya sebagai penyanyi kocak dan jenaka Minangkabau. Penamaan ini sepertinya disesuaikan dengan lirik-lirik lagu Nedi Gampo yang memang cenderung mengocok perut pendengar.
Jumat, 23 Oktober 2020
Darman Moenir, "Berbako" kepada Kata-kata
OLEH Eko Yanche Edrie (Wartawan)
Seingat saya, pertemuan pertama dengan
Darman Moenir adalah di Harian Singgalang,
tak lama setelah galodo Bukit Tui 1987. Saya kebetulan mengantarkan berita dari
Padang Panjang ke kantor redaksi di Jalan Veteran 17. Darman duduk di hadapan
Bang Joesfik Helmy yang menjadi Wapemred Singgalang.
"Iko
Darman Moenir, Bung, salami lah ciek,"
kata Bang Jimmy—sapaan akrab M. Joesfik Helmy—sambil mengamit saya.
Saya menyalaminya dan memperkenalkan diri. Lalu Darman memuji tulisan saya tentang 'Kipeh Sate' yang dimuat tiap Rabu di Harian Singgalang. Saya merasa tersanjung, karena saya sudah lama mengenal nama Darman Moenir. Tentu saja sebagai penikmat sastra, saya sudah baca juga novel Bako karyanya. Tapi, baru kali itulah saya bertemu Darman Moenir dan berkenalan.
Jumat, 04 September 2020
Marah Agus Yunus, Lukisannya Dijadikan Payung….
PELUKIS TEMPO DULU MINANGKABAU
OLEH Alwi Karmena (Budayawan)
Foto Yeni Purnama |
Senin, 03 Agustus 2020
Tiar Ramon, Bapisah Bukannyo Bacarai
Jumat, 03 Juli 2020
Masjid Raya Gantiang Padang, Simbol Agung di Kota Modern
OLEH Khairul Jasmi (Wartawan)
Mimbar sambung berfungsi untuk mem-perjelas isi kutbah kepada jamaah yang berada di belakang, karena waktu itu belum ada alat pengeras suara.
Masjid Raya Gantiang, Padang, terletak sekitar satu kilometer dari Plein van Rome (sekarang lapangan Imam Bonjol) di alun-alun kota. Di ujung selatan alun-alun ini, di tahun 1970-an, didirikan pula sebuah masjid bernama Nurul Imam, di baratnya di sisi pasar yang hiruk-pikuk, menjulang puncak Masjid Taqwa Muhammadiyah. Ketiga masjid ini, memegang peranan penting untuk kota itu. Dari ketiga masjid itu, Masjid Raya Gantiang, merupakan masjid paling tua.
Kristenisasi di Ranah Minang
Foto: Kompasiana Pemeluk Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...
-
Saldi isra Saldi Isra, SH, MPA, anak muda yang energik. Dosen pascasarjana program studi hukum Universitas Andalas, Padang, adalah ahli huku...
-
Foto: Kompasiana Pemeluk Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...
-
Ombak memecah kecil-kecil di bibir pantai. Desau angin pagi terasa mencubit kulit, agak dingin. Ketika salat Subuh baru saja selesai ditunai...