OLEH Eko Yanche Edrie (Wartawan)
Seingat saya, pertemuan pertama dengan
Darman Moenir adalah di Harian Singgalang,
tak lama setelah galodo Bukit Tui 1987. Saya kebetulan mengantarkan berita dari
Padang Panjang ke kantor redaksi di Jalan Veteran 17. Darman duduk di hadapan
Bang Joesfik Helmy yang menjadi Wapemred Singgalang.
"Iko
Darman Moenir, Bung, salami lah ciek,"
kata Bang Jimmy—sapaan akrab M. Joesfik Helmy—sambil mengamit saya.
Saya menyalaminya dan memperkenalkan diri. Lalu Darman memuji tulisan saya tentang 'Kipeh Sate' yang dimuat tiap Rabu di Harian Singgalang. Saya merasa tersanjung, karena saya sudah lama mengenal nama Darman Moenir. Tentu saja sebagai penikmat sastra, saya sudah baca juga novel Bako karyanya. Tapi, baru kali itulah saya bertemu Darman Moenir dan berkenalan.