Setiap Hari Berjalan dari Payakumbuh-Bukittinggi
OLEH Nasrul Azwar
|
Gustinar |
Gustinar, dua pekan lalu, tak bisa
beranjak dari dipannya. Ia demam. Panas-dingin badannya. Tulangnya rangkik-rangkik. Ngilu semua sendi. Ia
tak bisa berjualan. Dua hari dirinya terkapar.
“Hari ini masih terasa. Badan ini belum
sehat benar. Tapi saya pikir, jika tak manjojo (jualan), kami mau makan dengan
apa, Dek?” katanya kepada saya di Pasa Ateh, Bukittinggi, Minggu (3/4/2016),
siang.
Gustinar mengaku menguat-nguatkan dirinya
agar bisa berjualan. Awalnya, ia belum bisa manjojo
terlalu jauh. Saat bertemu dengannya, tampak pancaran matanya masih kuyu,
bibirnya terlihat pecah-pecah. Tapi semangat berdagangnya masih menyala.
Gustinar seperti mewakili militansi masyarakat kecil mencari rupiah yang halal.
“Setelah deman, saya berjualan di sekitar
Payakumbuh saja. Ini baru saya ke Bukittinggi. Tapi masih sering berhenti
berjalan jika saya merasa panek,” jelasnya.