Selasa, 27 Februari 2018

Kasoema, Wartawan Tiga Zaman yang Tak Suka Banyak Bicara


OLEH Nasrul Azwar

Dalam sebuah buku antologi artikel Mesin Ketik Tua (Paparan, Ulasan, dan Komentar Wartawan Tua) yang ditulis H Kamardi Rais Datuak Panjang Simulie (PPIM: 2005), dikisahkan konsistensi dan komitmen Kasoema terhadap perjuangan pers nasional.
Kasoema menyebut Haluan, surat kabar yang dia dirikan bersama-sama dengan teman seperjuangannya, ialah koran republik di daerah pendudukan Belanda di Bukittinggi. Tekanan dan represif terhadap Haluan, terutama saat pendudukan Belanda, sudah sering dialami jajaran redaksi, juga tentunya saat PRRI.
Suatu kali, kisah Kamardi Rais, Mr. Hins seorang petinggi Belanda mendatangi Kantor Haluan di Bukittinggi. Hins mendesak agar tulisannya dimuat harian ini. Tulisan yang akan diturunkan ity berisi seruan kepada penduduk dan pegawai negeri untuk kembali ke kota.

Minggu, 18 Februari 2018

Landjoemin Datoek Toemanggoeng, Kematian yang Tragis?

OLEH Nasrul Azwar
Landjoemin Datoek Toemanggoeng—namanya ditulis sesuai dengan ejaan saat itu—salah seorang  pegiat pers pribumi yang aktif dan bervisi modern pada awal abad-20. Dia juga sosok yang dekat dengan Belanda.
Media yang dia gawangi majalah Tjahja Hindia dan sebuah surat kabar Harian Neratja. Surat kabar Harian Neratja dinilai saat itu sudah modern karena telah mampu menampilkan foto-foto dalam terbitannya dan tata lelak yang lebih baik dari media lainnya. Selain itu, surat-surat kabar merupakan media pers milik orang Indonesia.  
Selain yang dua disebutkan di atas, dia juga mengelola beberapa surat kabar berkala pribumi antara lain Soeloeh Peladjar dan Pedoman Prijaji. Harian Neratja kemudian berubah nama menjadi Harian Hindia Baroe. Sebelum mendirikan media, Landjoemin pernah sebagai wartawan di Bintang Timoer.

Abdul Rahim Ishak, Wartawan Peraih “Jasawan Agung Minang” di Singapura

OLEH Nasrul Azwar

Abdul Rahim Ishak ialah wartawan yang sukses meniti karier di dunia politik. Capaian jabatan tertinggi di Pemerintahan Singgapura adalah Menteri Senior Negara, Kementerian Luar Negeri, dan Komisioner Tinggi ke Selandia Baru serta pernah menjadi Duta Besar untuk Republik Indonesia. Persatuan Minangkabau Singapura memberinya Anugerah Jasawan Agung Minang.
Abdul Rahim Ishak adalah adik dari Yusof Ishak, Presiden Pertama Singapura (1965- 1970) dan Aziz Ishak, pernah menjabat Menteri Pertanian dan Koperasi di bawah Kabinet Menteri Tunku Abdul Rahman.
Ketiganya merupakan tokoh penting dalam sejarah Negeri Singapura dan Malaysia. Tiga badunsanak urang awak yang menggetarkan Negeri Jiran itu berprofesi wartawan dan politisi. Catatan sejarah keluarga Ishak di Negeri Singapura dan Malaysia memang mengangumkan. 

Selasa, 21 November 2017

Militansi Seorang Gustinar, 25 Tahun Mendorong Gerobak untuk Asapi Dapur

Setiap Hari Berjalan dari Payakumbuh-Bukittinggi 
OLEH Nasrul Azwar
Gustinar
Gustinar, dua pekan lalu, tak bisa beranjak dari dipannya. Ia demam. Panas-dingin badannya. Tulangnya rangkik-rangkik. Ngilu semua sendi. Ia tak bisa berjualan. Dua hari dirinya terkapar.
“Hari ini masih terasa. Badan ini belum sehat benar. Tapi saya pikir, jika tak manjojo (jualan), kami mau makan dengan apa, Dek?” katanya kepada saya di Pasa Ateh, Bukittinggi, Minggu (3/4/2016), siang.
Gustinar mengaku menguat-nguatkan dirinya agar bisa berjualan. Awalnya, ia belum bisa manjojo terlalu jauh. Saat bertemu dengannya, tampak pancaran matanya masih kuyu, bibirnya terlihat pecah-pecah. Tapi semangat berdagangnya masih menyala. Gustinar seperti mewakili militansi masyarakat kecil mencari rupiah yang halal.
“Setelah deman, saya berjualan di sekitar Payakumbuh saja. Ini baru saya ke Bukittinggi. Tapi masih sering berhenti berjalan jika saya merasa panek,”  jelasnya.

Senin, 20 November 2017

Proses Kreatif? Entah, Mungkin Tak Ada ...

OLEH Gus tf Sakai (Sastrawan)
Dalam sejumlah seminar atau pertemuan sastra, dalam setiap workshop atau bengkel penulisan prosa, selalu, pertanyaan inilah yang tak henti dan tak bosan ditanyakan kepada saya: “Bagaimanakah proses kreatif Anda?” Untuk pertanyaan ini, selalu pula saya akan tertegun, sejenak, dan dengan menyesal lalu menjawab: “Entah, mungkin tak ada ....”

Tari-Teater "The Margin of Our Land”, Alpa pada Aspek Transformabilitas

OLEH Nasrul Azwar (Presiden AKSI)
Pertunjukan tari-teater "The Margin of Our Land” di Anjungan Seni Idrus Tintin, 
Pekanbaru, Sabtu (28/10/2017) (Foto Denny Cidaik)
Panggung ditembak cahaya warna kekuningan membentuk motif petak seluas satu kali dua meter di kiri pentas. Di ujung petak itu, seorang lelaki berdiri tanpa gerak. Sekitar dua menit. Hening.
Lalu, lelaki itu menghempaskan tubuhnya ke dalam petak cahaya. Dalam sorotan cahaya yang berganti-ganti, sosok tubuh-tari muncul merepresentasikan simbol-simbol kekalutan sosial. Ada 9 tubuh yang tak nyaman dan gelisah di sana, bersamaan muncul 9 buah pancang yang biasa digunakan pembatas tanah. Pancang itu simbol tanah ulayat yang sudah di bagi-bagi. Dan kelak, pancang itu mereka jadikan senjata melawan investor atau penguasa yang merampas tanah ulayat mereka.

Minggu, 05 November 2017

Bahana Puisi di Benteng Portugis Pulau Cingkuak

CATATAN SILATURAHMI MANDE BAPUISI ANTARKOMUNITAS
OLEH Nasrul Azwar (Presiden AKSI)

Penampilan para pembaca puisi, musikalisasi, pantomim, serta seni tradisi Minang dalam “Silaturahmi Mande Bapuisi, Rekonstruksi 28 dalam Hari Puisi”. (Foto Panitia) 
Bebatuan bata sebagian masih tersusun relatif rapi, kendati tak utuh. Inilah sisa sebuah kawasan pertahanan perang dan sekaligus tempat pengintaian musuh yang digunakan bangsa kolonial Portugis. Posisinya sangat strategis. Saat ini dikembangkan sebagai salah satu destinasi wisata Pesisir Selatan.

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...