Selasa, 04 April 2017

Siapakah Ulama Besar dan Karismatik di Minangkabau Kini?

OLEH Sondri Datuak Kayo (Budayawan) 
Permasalahan yang mengkhawatirkan kita saat ini adalah terjadinya kemunduran kualitas manusia Minangkabau. Kemunduran dan melemahnya kualitas manusia-manusia Minangkabau tidak dapat dilepaskan dari merosotnya peran institusi-institusi tradisional dan agama sebagai fondasi pembentukan karakter.
Surau adalah salah satu di antara beberapa instrument penting bagi pembentukan watak manusia Minangkabau pada masa lalu. Surau-surau yang identik  dengan ulama-ulama besar dan kharismatik atau setidaknya dihormati oleh anak nagari kini telah berganti dengan TPA-TPA yang hanya mengajarkan teknis membaca alquran dan sedikit menulis huruf Arab.  

Bergulat di Perantauan

OLEH Sondri BS Datuak Kayo (Budayawan)
Orang Minang dalam tradisinya dibesarkan dan dididik dalam lingkungan sosial dengan masyarakat yang suka memberi penilaian terhadap hidup orang lain. Hidup di Minangkabau penuh “cemeeh” atau saling sindir dan kias yang dapat memerahkan telinga.

Rabu, 15 Maret 2017

Menanti Generasi Emas Minangkabau Gelombang Kedua

OLEH Sondri Datuak Kayo (Budayawan)
Sondri Datuak Kayo
Membaca tulisan liputan khusus Kompas tanggal 7 Maret 2017 yang berjudul “Minangkabau, “Rumah” Para Pendiri Bangsa” menimbulkan keharuan dan kebanggaan tersendiri di hati saya sebagai generasi Minangkabau terkini. Pada pembukaan ulasan tersebut dinyatakan bahwa: Sumatera Barat menjadi rumah yang asri bagi tumbuhnya ide-ide kebangsaan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Dari bumi Minangkabau lahir banyak tokoh dengan ide kebangkitan nasional yang acapkali tak hanya radikal, baru, dan mencerahkan, tetapi juga penuh sintesis akan berbagai pandangan kosmopolit pada eranya.

Jumat, 03 Maret 2017

Syair Berkumandang di Sela “Orang-orangan”

PETANG PUISI KUBU GADANG RIANG GEMBIRA
OLEH Nasrul Azwar (Sekjen AKSI)

jangan ucap apa-apa
kalau hanya berarti selamat malam

lalu diantarkan kita ke berbagai persoalan
tahun-tahun hanyut. seperti almanak terus dibuang
lengkap sudah kecemasan berdiam di antara belah dada
kita saling meraba peristiwa yang tak terjahit
amboi! masih perlukah sesengguk tangis
ketika warna-warna telah mengabur
dan kita tak diajarkan cara memilih
...
  
Suara penyair Iyut Fitra membahana di tengah-tengah hamparan sawah yang sudah diiriak. Tanah sawah itu masih lembab dan berair. Sebagian padi tampak menguning siap disabit tak lama lagi di sekelilingnya. Ini mungkin pertama kali di Sumatera Barat pembacaan puisi dilakukan di tengah sawah. Kiri-kanan panggung yang diselimut jerami, 50 “orang-orangan” terpancang bernilai artistik.  

Selasa, 20 Desember 2016

Menolak Konsep Post-Modern di dalam Seni Pertunjukan Minangkabau

OLEH Dr Indra Utama (Dosen Jurusan Tari ISI Padang Panjang)
Indra Utama
Seni pertunjukan Minangkabau adalah kesenian yang wujud berdasarkan penggunaan elemen-elemen seni tradisi Minangkabau yang sarat dengan nilai-nilai budaya Minangkabau yang berlandaskan kepada tuntunan Adat Basandi Sara’ dan Sara’ Basandi Kitabullah (ABS-SBK).
Artinya, seni tradisi Minangkabau yang oleh masyarakat tradisional disebut pamenan itu, diambil sebagai vokabuler untuk dijadikan karya seni baru dengan tetap memuat ajaran-ajaran dari nilai-nilai murni yang diamalkan oleh masyarakat Minangkabau. Manakala ajaran-ajaran yang mengandungi nilai-nilai murni pada seni tradisi itu wujud melalui gerak tubuh dan kata berpantun yang diucapkan dan dinyanyikan secara berirama indah melalui cara-cara yang beretika dan berestetika sesuai nilai-nilai kehidupan yang dianut oleh masyarakat tempatan.

Jumat, 11 November 2016

Nano Riantiarno dan Panggung Teater Indonesia

Nano Riantiarno 
Nano Riantiarno dan panggung teater Indonesia berkiprah di teater sejak 1965, mendirikan Teater Koma pada 1977, hingga kini di usia 67 tahun, Riantiarno masih setia menggeliatkan panggung teater Indonesia.
Ditemui di sela-sela persiapan pementasan “Opera Kecoa”, wajah Nano Riantiarno tampak tak sedikit pun menunjukkan gurat lelah. Sebagai sutradara dan pendiri grup Teater Koma, ia seolah tak sabar untuk menunjukkan karyanya itu ke hadapan publik.

Selasa, 18 Oktober 2016

Postdramatic; Membaca Teater Indonesia dalam Keragaman Kultural Teater Global

OLEH Akbar Yumni
Dalam perkembangannya, ‘representasional’ dalam bidang seni sudah dianggap tidak lagi memadai untuk menggambarkan perkembangan realitas masyarakat kontemporernya yang semakin kompleks, serta keragaman ruang ruang kesadaran masyarakat yang melingkupinya yang semakin spasial.

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...