Kamis, 08 September 2016

Chairil Anwar dan Obsesi Besar Dua Bupati Limapuluh Kota

OLEH Nasrul Azwar
Sekretaris Jenderal Aliansi Komunitas Seni Indonesia (AKSI)
Obsesi Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota terhadap penyair Chairil Anwar, tampaknya tak pernah putus dan surut hingga kini. Semasa kepala daerahnya dijabat Alis Marajo (2 periode 2004-2009 dan 2009-2014), pemkabnya terobsesi membangun dan menjadikan rumah orang tua laki-laki Chairil Anwar di Nagari Taeh Baruah sebagai museum dan pustaka penyair hebat nan mati muda ini. Namun keinginan ini tak pernah terealisasi hingga rumah sederhana bergonjong empat itu kian lapuk. Padahal, saat itu, pemkab tinggal melaksanakan saja dan tak perlu bersusah payah karena sudah didukung seniman dan budayawan dengan inisiasi Dewan Kesenian Sumatera Barat. 

Membaca Matrilineal untuk Perlawanan Perupa

CATATAN PAMERAN SENI RUPA
OLEH Nasrul Azwar (Sekretaris Jenderal Aliansi Komunitas Seni Indonesia (AKSI) Padang

Rantau Cino karya Rafki Ismail dipamerkan dalam Matrilini
RANAH seni rupa Indonesia terguncang ketika lukisan yang menampilkan lebih kurang 400 tokoh penting dalam perjalanan sejarah Indonesia di Terminal Tiga Bandara Sukarno-Hatta,  Tengerang, Banten, diturunkan secara paksa atas desakan dan kemarahan netizen (sebutan masyarakat untuk pengguna internet) di media sosial pada Jumat, 12 Agustus 2016.
Alasan netizen marah karena dalam lukisan berjudul #Indonesia Idea (.ID/Ide) karya perupa otodidak Galam Zulkifli, hadirnya sosok Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI), Dipa Nusantara Aidit (DN Aidit) yang ukurannya kecil jika dibandingkan tokoh lainnya.  DN Aidit dinilai tak layak tampil bersama-sama dengan ratusan tokoh lainnya. Kemarahan itu direspons pihak Angkasa Pura II dengan menurunkan lukisan yang di pajang dinding terminal.

Indonesia “Supermarket” Bencana Alam

WAWANCARA DENGAN DANNY HILMAN NATAWIJAYA
Danny Hilman doktor di bidang geologi kegempaan pertama di Indonesa, bahkan sampai saat ini masih satu-satunya.
Bicara soal gempa, sosok Danny Hilman Natawijaya sudah tidak asing. Ilmuan Geologi Gempa Bumi atau earthquake geologist Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu mempunyai keahlian khusus yang tidak dimiliki ilmuan lain.

Sabtu, 30 Juli 2016

Sumbar Mati Gaya dalam Ajang FLS2N

OLEH Nasrul Azwar
Sekjen Aliansi Komunitas Seni Indonesia (AKSI)

Sumatera Barat tak pernah masuk 10 besar dalam ajang FLS2N antarprovinsi. Delapan tahun FLS2N, Sumbar terkesan “mati gaya” di ajang ini.  

Penyelenggaraan kompetisi antarsiswa setiap jenjang pendidikan di bidang seni yang disebut Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional atau FLS2N, sudah dimulai sejak tahun 2008.

Alek nasional yang dilakukan menyeleksian sejak tingkat kabupaten dan kota, provinsi, dan bertem lalu beradu di tingkat nasional ini, sebelumnya bernama Jambore Seni Siswa Nasional yang dimulai pada 2004. Pada 2008 berganti baju menjadi FLS2N hingga kini.

Jumat, 29 Juli 2016

"Cerita Busuk dari Seorang Bandit": Kesaksian Bertemu Freddy Budiman di Lapas Nusa Kambangan (2014)

OLEH HARIS AZHAR (KONTRAS)

Di tengah proses persiapan eksekusi hukuman mati yang ketiga di bawah Pemerintahan Joko Widodo, saya menyakini bahwa pelaksanaan ini hanya untuk ugal-ugalan popularitas. Bukan karena upaya keadilan. Hukum yang seharusnya bisa bekerja secara komprehensif menyeluruh dalam menanggulangi kejahatan ternyata hanya mimpi. Kasus Penyeludupan Narkoba yang dilakukan Freddy Budiman, sangat menarik disimak, dari sisi kelemahan hukum, sebagaimana yang saya sampaikan dibawah ini.

Sabtu, 23 Juli 2016

Menanti Kebangkitan Diaspora Minang dalam Membangun Tanah Air dan Menata Bangsa

OLEH Muhammad Raffik (Ketua Umum IPPMI Ikatan Pemuda Pemudi Minang Indonesia)

Peran etnis Minangkabau amat vital dalam mewujudkan  pembentukan bangsa indonesia. Sejak sebelum kolonialisme asing masuk, Indonesia  disebut dengan Nusantara yang mana terdiri dari beragam macam etnis dan suku bangsa.
Sejarah mencatat dalam tinta emas, beberapa peristiwa sejarah peranan suku bangsa Minangkabau di Nusantara.

Sabtu, 04 Juni 2016

Membaca Ulang Pemikiran Tan Malaka dalam Gerpolek[1]

OLEH Virtuous Setyaka, S.IP., M.Si.[2]

Virtuous Setyaka
“BERUNDING ATAS PENGAKUAN KEMERDEKAAN 100 % SERTA MENUNTUT PENSITAAN HAK-MILIK-MUSUH.[3]

Belanda Peminta Tanah!
Setelah dapat tanah sebidang, maka dipagarilah tanah itu. Sepanjang pinggir pagar itu ditanamilah ubi jalar (merambat). Ubi itu menjalar kian kemari keluar pagar menuju ke-empat penjuru alam. Setelah cukup jauh menjalar keluar, maka diangsurnyalah pagar yang semula itu, supaya dapat meliputi ubi yang sudah menjalar kian kemari itu. Memang ubi itu adalah Hak Miliknya…katanya: dan tanah BARU yang diliputi oleh ubinya itupun, adalah Hak Miliknya pula...katanya selanjutnya! Demikianlah Belanda terus menjalankan dan memagari ubinya itu sampai puas hatinya..!!!

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...