Minggu, 08 Mei 2016

Membaca Pementasan Tiga Monolog Sutradara Perempuan Sumbar

OLEH Nasrul  Azwar (Sekjen AKSI)
Pementasan monolog Prodo Imitatio 
“Gelar akan terus diburu sepanjang orang butuh... Banyak kawan-kawan yang terus dengan gigih dan bertahan dalam bisnis jual beli gelar secara sembunyi-sembunyi dan kamuflase tinggi. Bagiku apalagi, kecoa si kepala baja telah membuat aku sadar dan belajar, bahwa sepanjang masih banyak orang memerlukan gelar tanpa harus bersusah payah asalkan punya uang, bisnisku tak akan mati...”

Selasa, 03 Mei 2016

Lakon Hidup Melati Suryodarmo

OLEH Linda Christanty (Sastrawan)
Salah satu seniman Indonesia yang paling mendunia ini mempelajari memori tubuh dengan menelusuri teks-teks sejarah dan menyembuhkan traumanya dengan berkarya.
MUSIM SEMI 1994 di Braunschweig, sebuah kota di Jerman. Melati Suryodarmo duduk di bangku kebun raya, memandangi kolam. Bunga-bunga teratai bermekaran. Ia sering merenung, membaca, ataupun menulis di tempat ini. Seorang perempuan berkacamata Ray-Ban dan bersepatu tumit tinggi duduk di sebelahnya, yang kemudian menyapa ramah, “Kamu dari mana? Apa yang kamu kerjakan di sini?” Mereka bercakap-cakap.
“Dia ternyata Anzu Furukawa, penari butoh dan profesor seni rupa di HBK (Hochschule für Bildende Künste Braunschweig/Braunschweig University of Art),” kenang Melati, yang disebut sebagai ‘salah satu seniman pertunjukan asal Indonesia yang paling mendunia’ oleh suratkabar New York Times.

Senin, 02 Mei 2016

Tubuh-Tari dan Tubuh-Teater Masa Kini (Tubuh dari Antropologi Budaya Lisan)

OLEH Afrizal Malna (sastrawan)
Tubuh manusia telah menjadi tari dan teater sekaligus, begitu dia berjalan menghadapi dunia luar yang adalah peta bergerak bagi berbagai simpul kepentingan dan konflik. Sudah sejak lama manusia begitu tergoda pada tubuhnya sendiri.

Jumat, 29 April 2016

Dato’ Mahkota Maharaja Pagaruyung dalam Kerayaan Pagaruyung dan Perannya Proses Islamisasi Nusantara

OLEH Nurmatias (Peneliti Budaya)
Prolog
Meretas eksistensi  Dato’ Mahkota Maharaja Pagaruyung dalam khazanah historiografi Indonesia umumnya dan Minangkabau khususnya merupakan sebuah keharusan. Fondasi ini didasarkan pada intinya yakni “masih sedikitnya”  perihal Mahmud Dato’ Mahkota Maharaja tertuang dalam literatur sejarah. Perihal lainnya dalam sejarah Minangkabau, telah banyak dikaji oleh peneliti baik peneliti Indonesia maupun luar negeri. Tak salah Benda-Beckmann (2000 : xxvi) pernah menuliskan bahwa Minangkabau sudah banyak yang menyigi dari berbagai aspek penyigihannya.

Sabtu, 23 April 2016

Membaca Kurenah “Parewa Sato Sakaki” Rusli Marzuki Saria

OLEH Nasrul Azwar (Sekjen AKSI)
Saya tulis tentang Rusli Marzuki Saria, bukan dari sisi proses kreatif sebagai penyair. Bagian ini sudah jamak ditulis. Saya coba membaca “Papa”—demikian ia akrab disapa siapa saja—dari rubrik “Parewa Sato Sakaki” yang terbit di Harian Haluan. Kolom tetap yang ia rawat setiap Minggu hadir dalam rentang sejak 2000-2005. Lebih kurang lima tahun. Jika rata-rata setahun ada 50 tulisan, maka esai itu paling tidak kini ada sekitar 250-an.

Selasa, 19 April 2016

RPJMD Sumbar 2016-2021: Nyanyian Seniman dalam Jangka Menengah

OLEH Nasrul Azwar (Sekjen AKSI)
Irwan Prayitno-Nasrul Abit
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sedang menyusun dan merumuskan rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Sumatera Barat 2016-2021. Untuk menghimpun masukan, Gubernur Irwan Prayitno dan Wakil Gubernur Nasrul Abit telah membuka diskusi publik dengan pelbagai elemen dan tokoh masyarakat, dan dihadiri semua kepala-kepala dinas, badan, dan jajarannya.
Penyusunan RPJMD dikaitkan dengan visi dan misi kedua pasangan ini yang disampaikan saat kampanye pemilihan kepala daerah tahun lalu. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Barat akan menyusun dokumen perencanaan lima tahunan (RPJMD) yang memuat visi-misi, tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, program prioritas, dan indikasi pendanaannya. 

"Tonggak Tuo" Demokrasi di Minangkabau

OLEH Nurmatias (budayawan)
Prolog
Masyarakat Minangkabau yang dulu sebagai penjunjung sistem yang egaliter dan demokrasi masihkah kelihatan sekarang ini? Masihkah bulek aie dek pambuluh, bulek kato jo mufakek (Bulat air kerena saluran bambu). Bulat kata karena mufakat masih identik dengan kondisi Minangkabau kekinian. Rumah gadang sebagai simbol kebesaran demokrasi Minangkabau masih kelihatan karismanya atau benar kata Von Benda Beckmann tonggak demokrasi di Minangkabau sudah rapuh dan hampir hancur.

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...