Minggu, 10 Januari 2016

Rumah Dongeng sebagai Basis Pendidikan Karakter Bangsa

OLEH Dra. Sri Ningsih, M.S. (Fakultas Sastra Universitas Jember)
Abstraks
Mendongeng salah satu pendidikan karakter bangsa
Popularitas dongeng sudah sejak lama menurun, baik dalam ranah keluarga maupun ranah publik. Di sisi lain karakter bangsa juga menurun dalam skala horisontal maupun vertikal, seperti muncul dalam perilaku tawuran massal, perilaku para elit bangsa, sampai dengan ancaman disintegrasi bangsa. Dongeng sebagai salah satu jenis karya sastra pada zaman dahulu merupakan sarana pendidikan yang efektif. Dongeng dalam kemasan yang berbeda sangat disukai oleh anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Makalah ini mencoba untuk menawarkan satu strategi revitalisasi dan sosialisasi dongeng dalam konteks pendidikan karakter bangsa dan pemerkokoh NKRI.

Selasa, 05 Januari 2016

Jurnalisme Baru: Kembalilah ke Akar

OLEH ARYA GUNAWAN (Jurnalis)
Majalah berita mingguan yang bermarkas di London, The Economist edisi terbaru (24 Agustus 2006) menurunkan laporan utama dengan judul provokatif, Who Killed the Newspaper? Laporan tersebut mengupas kondisi terakhir yang tengah dihadapi oleh surat kabar di seluruh dunia, yang secara umum menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah tiras.

Senin, 04 Januari 2016

Senjakala Surat Kabar dan Kebangkitan Jurnalisme Digital

OLEH Wahyu Dhyatmika (Jurnalis)
Rasanya tidak berlebihan kalau saya mengatakan hampir semua jurnalis di Indonesia beberapa hari terakhir ini pasti mengikuti dengan penuh perhatian perdebatan di media sosial soal media cetak versus media digital. Perdebatan ini dimulai ketika wartawan senior Harian Kompas, Bre Redana menulis catatan berjudul "Inikah Senjakala Kami..." di Kompas edisi 28 Desember 2015.

Jumat, 01 Januari 2016

Politik Kesenian dalam Perspektif Negara

OLEH HILMAR FARID
Hilmar Farid saat mempresentasikan makalahnya di KKI III Bandung
Ada dua kongres kesenian setelah Indonesia merdeka. Kongres pertama masih di masa kejayaan Orde Baru pada 1995 dan kongres kedua di masa awal pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Kesimpulan dan rekomendasi dari kedua kongres sebenarnya sangat jelas dalam kaitannya dengan diskusi mengenai negara dan kesenian atau politik kesenian. Sayangnya institutional memory yang lemah membuat kita sering mengulang lagi apa yang sudah dibicarakan dan diputuskan sebelumnya. Akan baik jika peserta kongres sekarang mendapat salinan dari kesimpulan dan rekomendasi dua kongres sebelumnya sehingga bisa melihat apa yang sudah dicapai, apa yang belum dicapai, beserta alasannya. Dari sini kita bisa melihat peta permasalahan lebih konkret dan akan menemukan jawaban yang lebih jitu pula.

Pelbagai Dunia, di Dalam dan di Luar–Sebuah Pamflet

OLEH NIRWAN DEWANTO

Mendikbud Anies Baswedan saat buka KKI III di Bandung
Forum-Kongres yang kita hadiri untuk tiga hari ke depan ini niscayalah mengandung ironi yang begitu besar. Dalam hubungannya dengan produksi seni, penyebaran hasil-hasil seni, pemeliharaan sumber-sumber kreatif, pembinaan masyarakat pemirsa, dan perhubungan internasional antar-pekerja seni, dan segala hal yang bertali-temali dengan itu, sudah lama kita tak melihat peran Negara.

Rabu, 30 Desember 2015

Jangan Bersedih, Pak Bre Redana…

OLEH WISNU PRASETYA UTOMO
Jika Anda ingin bicara mutu media cetak yang lebih tinggi ketimbang media daring, maaf, Pak Bre Redana, Anda gagal.

Badai Senjakala Media Cetak Memang Sudah Dekat, Kapten Bre Redana

OLEH IRWAN BAJANG (Editor, Penulis dan Pekerja Buku)
Usai membaca “Inikah Senjakala Kami”… tulisan Bre Redana yang saya dapatkan dari tautan dinding facebook seorang teman, saya segera menjentikkan jari ke tombol share tulisan tersebut. Tak lupa saya sisipkan tulisan pendek untuk ngeksis sekaligus sebagai status facebook saya; “Ya gimana nggak ditinggalkan, esai di koran ini bahkan tidak ngomong apa-apa. Astaga! Bahkan di titik krusial ketika sedang membicarakan senjakala dan ketertinggalan dirinya sendiri. Parah.”

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...