Kamis, 19 November 2015
Minggu, 15 November 2015
Catatan Kongres Kesenian Indonesia I 1995
OLEH Autar Abdillah
Jumpa pers KKI III 2015 |
Kajian terhadap kesenian (di) Indonesia,
masih cukup menggantungkan diri terhadap hasil pengkajian yang dilakukan
sejumlah peneliti asing --yang sebagian tidak mengalami langsung subjek
pengkajian yang dilakukannya. Sebagian besar berangkat dari paradigma yang
nyaris tidak mengakar pada kehidupan kesenian itu sendiri.
Rumusan dan Rekomendasi Kongres Kesenian Indonesia (KKI) 1995
Kongres Kesenian Indonesia I Tahun 1995
bertujuan untuk mengadakan tinjauan dan mencari jalan menumbuhkan kesenian,
baik secara intuitif maupun melalui jalan penelitian, mengenai masalah-masalah
yang pernah ataupun sedang dihadapi, serta mengenai pencapaian-pencapaian yang
telah diperoleh selama 50 tahun perjalanan negara Indonesia merdeka.
POLEMIK KKI 2015: Wawancara dengan Benny Yohanes: Saya Enggan Merespons di Media Sosial
Suasana rapat pra KKI 2014 |
Tak berapa lama setelah jumpa pers yang
berlangsung di Direktorat Kesenian Kemendikbud, pada 2 November 2015, tentang
pelaksanaan Kongres Kesenian Indonesia (KKI) III 2015 di Bandung, 1-5 Desember,
segera kritikan keras muncul dari sejumlah seniman, sebagaimana terbaca di
media sosial.
Bentuk (Form) Estetika Modern: Problematika Estetika Kantian dari Perspektif Estetika Analitik
OLEH Mardohar
B.B. Simanjuntak
Mencari
sebuah wacana yang cocok untuk mengartikulasikan estetika nusantara, tentu saja
bukan pekerjaan mudah –tambah lagi, bila wacana yang dipergunakan adalah kristalisasi
proses argumentasi yang berlangsung selama kurang lebih dua puluh empat abad dalam
sejarah pemikiran Barat –dimulai oleh Plato dan setidaknya sampai saat ini belum
“diakhiri” oleh siapapun. Mungkin
yang kita butuhkan sebagai “pemanasan” adalah sebuah wacana yang relevan dengan
situasi dunia kritik seni kita saat ini: sebuah wacana yang dibabtis oleh Roger
Scruton sebagai pemberi “form and status to aesthetics” –bentuk dan status
estetika; sebuah wacana yang publikasinya sangat signifikan dalam estetika
filosofis –“[t]here has been an enormous
amount of publication on Kant’s aesthetics” –klaim Paul Guyer; dan satu dari
tiga kategori besar definisi seni yang digagas oleh Jerrold Levinson –sebagai “form”
atau bentuk, dalam artian “the
exploration and contemplation [...] for its own sake” –eksplorasi dan
kontemplasi [...] untuk dirinya sendiri”. Mungkin,
kita memang sebaiknya mulai dari pemikiran estetika Immanuel Kant yang memuncak
dan matang dalam Kritik der Urtheilskraft-nya.
Penjabaran dan Pengamalan ABS-SBK
OLEH Puti Reno Raudha Thaib
Ketua Umum Bundo Kanduang Sumatera Barat
Rumah gadang terpanjang balailamo.blogspot.com |
Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah sebagai
pedoman hidup masyarakat Minangkabau, sepanjang sejarahnya tidak pernah digugat
oleh masyarakat bahkan sangat diperlukan dalam menghadapi perubahan sosial yang
begitu cepat dan kompleks di era globalisasi. Sejauh mana nilai-nilai Adat
Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah itu telah diamalkan oleh individu dan
masyarakat Minangkabau pada hari ini, diperlukan indikator dari pengamalannya.
Oleh karena itu perlu penjabaran untuk memperjelas nilai-nilai yang terkandung
dalam Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah tersebut.
Sabtu, 14 November 2015
Langganan:
Postingan (Atom)
Kristenisasi di Ranah Minang
Foto: Kompasiana Pemeluk Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...
-
Saldi isra Saldi Isra, SH, MPA, anak muda yang energik. Dosen pascasarjana program studi hukum Universitas Andalas, Padang, adalah ahli huku...
-
Foto: Kompasiana Pemeluk Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...
-
Ombak memecah kecil-kecil di bibir pantai. Desau angin pagi terasa mencubit kulit, agak dingin. Ketika salat Subuh baru saja selesai ditunai...