Kongres Kesenian Indonesia I Tahun 1995
bertujuan untuk mengadakan tinjauan dan mencari jalan menumbuhkan kesenian,
baik secara intuitif maupun melalui jalan penelitian, mengenai masalah-masalah
yang pernah ataupun sedang dihadapi, serta mengenai pencapaian-pencapaian yang
telah diperoleh selama 50 tahun perjalanan negara Indonesia merdeka.
Minggu, 15 November 2015
POLEMIK KKI 2015: Wawancara dengan Benny Yohanes: Saya Enggan Merespons di Media Sosial
Suasana rapat pra KKI 2014 |
Tak berapa lama setelah jumpa pers yang
berlangsung di Direktorat Kesenian Kemendikbud, pada 2 November 2015, tentang
pelaksanaan Kongres Kesenian Indonesia (KKI) III 2015 di Bandung, 1-5 Desember,
segera kritikan keras muncul dari sejumlah seniman, sebagaimana terbaca di
media sosial.
Bentuk (Form) Estetika Modern: Problematika Estetika Kantian dari Perspektif Estetika Analitik
OLEH Mardohar
B.B. Simanjuntak
Mencari
sebuah wacana yang cocok untuk mengartikulasikan estetika nusantara, tentu saja
bukan pekerjaan mudah –tambah lagi, bila wacana yang dipergunakan adalah kristalisasi
proses argumentasi yang berlangsung selama kurang lebih dua puluh empat abad dalam
sejarah pemikiran Barat –dimulai oleh Plato dan setidaknya sampai saat ini belum
“diakhiri” oleh siapapun. Mungkin
yang kita butuhkan sebagai “pemanasan” adalah sebuah wacana yang relevan dengan
situasi dunia kritik seni kita saat ini: sebuah wacana yang dibabtis oleh Roger
Scruton sebagai pemberi “form and status to aesthetics” –bentuk dan status
estetika; sebuah wacana yang publikasinya sangat signifikan dalam estetika
filosofis –“[t]here has been an enormous
amount of publication on Kant’s aesthetics” –klaim Paul Guyer; dan satu dari
tiga kategori besar definisi seni yang digagas oleh Jerrold Levinson –sebagai “form”
atau bentuk, dalam artian “the
exploration and contemplation [...] for its own sake” –eksplorasi dan
kontemplasi [...] untuk dirinya sendiri”. Mungkin,
kita memang sebaiknya mulai dari pemikiran estetika Immanuel Kant yang memuncak
dan matang dalam Kritik der Urtheilskraft-nya.
Penjabaran dan Pengamalan ABS-SBK
OLEH Puti Reno Raudha Thaib
Ketua Umum Bundo Kanduang Sumatera Barat
Rumah gadang terpanjang balailamo.blogspot.com |
Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah sebagai
pedoman hidup masyarakat Minangkabau, sepanjang sejarahnya tidak pernah digugat
oleh masyarakat bahkan sangat diperlukan dalam menghadapi perubahan sosial yang
begitu cepat dan kompleks di era globalisasi. Sejauh mana nilai-nilai Adat
Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah itu telah diamalkan oleh individu dan
masyarakat Minangkabau pada hari ini, diperlukan indikator dari pengamalannya.
Oleh karena itu perlu penjabaran untuk memperjelas nilai-nilai yang terkandung
dalam Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah tersebut.
Sabtu, 14 November 2015
Senin, 09 November 2015
Wawancara Goenawan Mohamad: Di Frankfurt Kami Sajikan Kecerdasan Baru
Goenawan Mohamad cerita panjang lebar
seputar penyelenggaraan Frankfurt Book Fair 2015. Mulai dari persiapan hingga
tudingan korupsi.
Goenawan Mohamad memukul meja dengan
telapak tangannya. Ia tidak suka terhadap desakan anggota DPR agar anggaran
Frankfurt Book Fair (FBF) sebesar Rp 147 miliar diaudit, dan itu dinilainya
sebagai penghinaan. "Kalau saya mau cari uang, ngapain digaji Rp 19 juta
per bulan sebagai staf ahli (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), ini
menghina," katanya.
Minggu, 08 November 2015
Bunuh Diri Kelas (Beberapa Refleksi tentang Gerakan Mahasiswa)
OLEH Muhammad
Al-Fayyadl
Banyak orang gundah, terutama mereka yang
di luar, melihat dinamika gerakan mahasiswa di bawah rezim “Reformasi”.
Sebagian gundah, melihat gerakan mahasiswa semakin sepi dari aktivis: daripada
terjun ke dalam dunia gerakan yang menyita energi, mahasiswa lebih memilih
hidup bersantai di kampus, atau mungkin berjualan dan berbisnis. (Bukankah itu
lebih menguntungkan? Dan lebih menyejahterakan?) Sebagian gundah, melihat gerakan
mahasiswa, yang dari segi kuantitas itu semakin sedikit (atau setidaknya
stagnan), masih saja tercerai-berai oleh perseteruan “dalam negeri”, friksi
antarteman, dan tentu saja perbedaan kepentingan. Sebagian lagi gundah, melihat
gerakan mahasiswa yang semakin tidak jelas tujuannya. Lihat saja, berapa
gerakan mahasiswa yang masih konsisten dengan misi awalnya memberdayakan
kemampuan intelektual mahasiswa dan mengasah kepekaan mereka pada realitas
sosial? Sebagai bandingan (yang tentu saja tidak sebanding), lihat juga, berapa
gerakan mahasiswa yang semakin mendekat pada pusat-pusat kekuasaan,
tempat-tempat modal dan kucuran dana mengalir dengan derasnya?
Langganan:
Postingan (Atom)
Kristenisasi di Ranah Minang
Foto: Kompasiana Pemeluk Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...
-
Saldi isra Saldi Isra, SH, MPA, anak muda yang energik. Dosen pascasarjana program studi hukum Universitas Andalas, Padang, adalah ahli huku...
-
Foto: Kompasiana Pemeluk Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...
-
Ombak memecah kecil-kecil di bibir pantai. Desau angin pagi terasa mencubit kulit, agak dingin. Ketika salat Subuh baru saja selesai ditunai...