Sabtu, 14 November 2015
Senin, 09 November 2015
Wawancara Goenawan Mohamad: Di Frankfurt Kami Sajikan Kecerdasan Baru
Goenawan Mohamad cerita panjang lebar
seputar penyelenggaraan Frankfurt Book Fair 2015. Mulai dari persiapan hingga
tudingan korupsi.
Goenawan Mohamad memukul meja dengan
telapak tangannya. Ia tidak suka terhadap desakan anggota DPR agar anggaran
Frankfurt Book Fair (FBF) sebesar Rp 147 miliar diaudit, dan itu dinilainya
sebagai penghinaan. "Kalau saya mau cari uang, ngapain digaji Rp 19 juta
per bulan sebagai staf ahli (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), ini
menghina," katanya.
Minggu, 08 November 2015
Bunuh Diri Kelas (Beberapa Refleksi tentang Gerakan Mahasiswa)
OLEH Muhammad
Al-Fayyadl
Banyak orang gundah, terutama mereka yang
di luar, melihat dinamika gerakan mahasiswa di bawah rezim “Reformasi”.
Sebagian gundah, melihat gerakan mahasiswa semakin sepi dari aktivis: daripada
terjun ke dalam dunia gerakan yang menyita energi, mahasiswa lebih memilih
hidup bersantai di kampus, atau mungkin berjualan dan berbisnis. (Bukankah itu
lebih menguntungkan? Dan lebih menyejahterakan?) Sebagian gundah, melihat gerakan
mahasiswa, yang dari segi kuantitas itu semakin sedikit (atau setidaknya
stagnan), masih saja tercerai-berai oleh perseteruan “dalam negeri”, friksi
antarteman, dan tentu saja perbedaan kepentingan. Sebagian lagi gundah, melihat
gerakan mahasiswa yang semakin tidak jelas tujuannya. Lihat saja, berapa
gerakan mahasiswa yang masih konsisten dengan misi awalnya memberdayakan
kemampuan intelektual mahasiswa dan mengasah kepekaan mereka pada realitas
sosial? Sebagai bandingan (yang tentu saja tidak sebanding), lihat juga, berapa
gerakan mahasiswa yang semakin mendekat pada pusat-pusat kekuasaan,
tempat-tempat modal dan kucuran dana mengalir dengan derasnya?
Jumat, 06 November 2015
Jelang KKI III: Kesenian, Negara, dan Kongres Kesenian
OLEH Ahda Imran (Sastrawan)
Menelaah kebudayaan adalah berperkara
dengan kuasa perubahan. Kuasa yang membawa perkembangan kebudayaan ke dalam
berbagai fenomena yang tak pernah diduga sebelumnya. Menakjubkan sekaligus
mendebarkan. Disokong oleh ‘revolusi’ teknologi komunikasi-informasi, kuasa
perubahan kian mendesakkan beragam pemikiran yang mengkritisi segala ihwal yang
selama ini kukuh dipercayai. Sebagai ruang yang paling progresif
merepresentasikan watak kebudayaan, kesenian niscaya tak bisa menyangkal kuasa
tersebut. Kuasa yang membawa kesenian ke dalam perkembangan berikutnya; baik
sebagai fenomena seni atau fenomena
kehadirannya di tengah publik.
Pesisir Selatan Antara Kemurahan Alam dan Ancaman Bencana
OLEH Raudal Tanjung Banua
Sastrawan dan anggota IKPS-DIY
Polres Pesisir Selatan gelar operasi kemanusiaan dalam rangka penanggulangan bencana |
Posisi Kabupaten Pesisir Selatan di tepian
Samudera Indonesia serta berada di Lempeng Eurasia, berisiko besar dalam gempa
bumi dan tsunami. Tapi alih-alih sebagai ancaman, bencana perlu dimaknai
sebagai resiko bersama yang mesti dihadapi dengan kearifan dan keselamatan. Karena
itu berbagai upaya terkait dengan mitigasi bencana mesti dilakukan secara
sinergis dan menyeluruh.
Kamis, 05 November 2015
Lembaga Pendidikan Gagal Menanamkan Orientasi Pendidikan
OLEH Mayonal Putra
Staf Pengajar
LPGM-Padang dan Anggota LPPI Sumatera Barat
“Sekolahlah tinggi-tinggi, kelak kau akan kaya, akan
mendapatkan pekerjaan yang hebat, akan melepaskan keluargamu dari jeritan
kemiskinan, akan…” Pesan
seorang ayah kepada anaknya.
Apa jadinya, kalau pemahaman tentang
kebergunaan pendidikan itu hanyalah mendapatkan pekerjaan dengan upah layak.
Tidak sedikit orangtua, menjadikan orientasi
masuk sekolah/perguruan tinggi tetentu, bagi anak-anaknya, mengharapkan kelak
si anak dapat pekerjaan yang mampu mendongkrak stratafikasi sosial keluarga. Orientasi
pendidikan yang pragmatis ini, akan cenderung menghasilkan individu-individu
yang pragmatis pula, dikemudian hari.
Politisasi Pendidikan
OLEH Israr Iskandar
Pengajar Sejarah
Politik FIB Universitas Andalas Padang
Tulisan Nora Eka Putri “Dunia Pendidikan,
Kejujuran yang Kian Langka” tak hanya mengonfirmasikan karut marut dunia
pendidikan, tapi juga dampak sistemiknya terhadap sistem nilai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. (baca: link ini). Republik ini kian terjebak dalam siklus
ketidakjujuran.
Langganan:
Postingan (Atom)
Kristenisasi di Ranah Minang
Foto: Kompasiana Pemeluk Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...
-
Saldi isra Saldi Isra, SH, MPA, anak muda yang energik. Dosen pascasarjana program studi hukum Universitas Andalas, Padang, adalah ahli huku...
-
Foto: Kompasiana Pemeluk Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...
-
Ombak memecah kecil-kecil di bibir pantai. Desau angin pagi terasa mencubit kulit, agak dingin. Ketika salat Subuh baru saja selesai ditunai...