Minggu, 15 November 2015

Bentuk (Form) Estetika Modern: Problematika Estetika Kantian dari Perspektif Estetika Analitik

OLEH Mardohar B.B. Simanjuntak

Mencari sebuah wacana yang cocok untuk mengartikulasikan estetika nusantara, tentu saja bukan pekerjaan mudah –tambah lagi, bila wacana yang dipergunakan adalah kristalisasi proses argumentasi yang berlangsung selama kurang lebih dua puluh empat abad dalam sejarah pemikiran Barat –dimulai oleh Plato dan setidaknya sampai saat ini belum “diakhiri” oleh siapapun. Mungkin yang kita butuhkan sebagai “pemanasan” adalah sebuah wacana yang relevan dengan situasi dunia kritik seni kita saat ini: sebuah wacana yang dibabtis oleh Roger Scruton sebagai pemberi “form and status to aesthetics” –bentuk dan status estetika; sebuah wacana yang publikasinya sangat signifikan dalam estetika filosofis –“[t]here has been an enormous amount of publication on Kant’s aesthetics” –klaim Paul Guyer; dan satu dari tiga kategori besar definisi seni yang digagas oleh Jerrold Levinson –sebagai “form” atau bentuk, dalam artian “the exploration and contemplation [...] for its own sake” –eksplorasi dan kontemplasi [...] untuk dirinya sendiri”. Mungkin, kita memang sebaiknya mulai dari pemikiran estetika Immanuel Kant yang memuncak dan matang dalam Kritik der Urtheilskraft-nya

Penjabaran dan Pengamalan ABS-SBK

OLEH Puti Reno Raudha Thaib
Ketua Umum Bundo Kanduang Sumatera Barat
Rumah gadang terpanjang balailamo.blogspot.com
Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah sebagai pedoman hidup masyarakat Minangkabau, sepanjang sejarahnya tidak pernah digugat oleh masyarakat bahkan sangat diperlukan dalam menghadapi perubahan sosial yang begitu cepat dan kompleks di era globalisasi. Sejauh mana nilai-nilai Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah itu telah diamalkan oleh individu dan masyarakat Minangkabau pada hari ini, diperlukan indikator dari pengamalannya. Oleh karena itu perlu penjabaran untuk memperjelas nilai-nilai yang terkandung dalam Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah tersebut.

Sabtu, 14 November 2015

Sidang Rakyat Tragedi 1965

Anne-Ruth Wertheim, putri pendiri Komite Indonesia, Wim Wertheim, menyatakan Pengadilan Rakyat Internasional atas Kejahatan Kemanusiaan periode 1965 di Indonesia atau International People’s Tribunal (IPT) 1965 merupakan penantian yang telah lama didambakan dunia internasional.

Senin, 09 November 2015

Wawancara Goenawan Mohamad: Di Frankfurt Kami Sajikan Kecerdasan Baru

Goenawan Mohamad cerita panjang lebar seputar penyelenggaraan Frankfurt Book Fair 2015. Mulai dari persiapan hingga tudingan korupsi.
Goenawan Mohamad memukul meja dengan telapak tangannya. Ia tidak suka terhadap desakan anggota DPR agar anggaran Frankfurt Book Fair (FBF) sebesar Rp 147 miliar diaudit, dan itu dinilainya sebagai penghinaan. "Kalau saya mau cari uang, ngapain digaji Rp 19 juta per bulan sebagai staf ahli (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), ini menghina," katanya.

Minggu, 08 November 2015

Bunuh Diri Kelas (Beberapa Refleksi tentang Gerakan Mahasiswa)

OLEH Muhammad Al-Fayyadl
Banyak orang gundah, terutama mereka yang di luar, melihat dinamika gerakan mahasiswa di bawah rezim “Reformasi”. Sebagian gundah, melihat gerakan mahasiswa semakin sepi dari aktivis: daripada terjun ke dalam dunia gerakan yang menyita energi, mahasiswa lebih memilih hidup bersantai di kampus, atau mungkin berjualan dan berbisnis. (Bukankah itu lebih menguntungkan? Dan lebih menyejahterakan?) Sebagian gundah, melihat gerakan mahasiswa, yang dari segi kuantitas itu semakin sedikit (atau setidaknya stagnan), masih saja tercerai-berai oleh perseteruan “dalam negeri”, friksi antarteman, dan tentu saja perbedaan kepentingan. Sebagian lagi gundah, melihat gerakan mahasiswa yang semakin tidak jelas tujuannya. Lihat saja, berapa gerakan mahasiswa yang masih konsisten dengan misi awalnya memberdayakan kemampuan intelektual mahasiswa dan mengasah kepekaan mereka pada realitas sosial? Sebagai bandingan (yang tentu saja tidak sebanding), lihat juga, berapa gerakan mahasiswa yang semakin mendekat pada pusat-pusat kekuasaan, tempat-tempat modal dan kucuran dana mengalir dengan derasnya?

Jumat, 06 November 2015

Jelang KKI III: Kesenian, Negara, dan Kongres Kesenian

OLEH Ahda Imran (Sastrawan)

Menelaah kebudayaan adalah berperkara dengan kuasa perubahan. Kuasa yang membawa perkembangan kebudayaan ke dalam berbagai fenomena yang tak pernah diduga sebelumnya. Menakjubkan sekaligus mendebarkan. Disokong oleh ‘revolusi’ teknologi komunikasi-informasi, kuasa perubahan kian mendesakkan beragam pemikiran yang mengkritisi segala ihwal yang selama ini kukuh dipercayai. Sebagai ruang yang paling progresif merepresentasikan watak kebudayaan, kesenian niscaya tak bisa menyangkal kuasa tersebut. Kuasa yang membawa kesenian ke dalam perkembangan berikutnya; baik sebagai  fenomena seni atau fenomena kehadirannya di tengah publik.  

Pesisir Selatan Antara Kemurahan Alam dan Ancaman Bencana

OLEH Raudal Tanjung Banua
Sastrawan dan anggota IKPS-DIY
Polres Pesisir Selatan gelar operasi kemanusiaan dalam rangka penanggulangan bencana
Posisi Kabupaten Pesisir Selatan di tepian Samudera Indonesia serta berada di Lempeng Eurasia, berisiko besar dalam gempa bumi dan tsunami. Tapi alih-alih sebagai ancaman, bencana perlu dimaknai sebagai resiko bersama yang mesti dihadapi dengan kearifan dan keselamatan. Karena itu berbagai upaya terkait dengan mitigasi bencana mesti dilakukan secara sinergis dan menyeluruh.

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...