OLEH Muhammad
Al-Fayyadl
Banyak orang gundah, terutama mereka yang
di luar, melihat dinamika gerakan mahasiswa di bawah rezim “Reformasi”.
Sebagian gundah, melihat gerakan mahasiswa semakin sepi dari aktivis: daripada
terjun ke dalam dunia gerakan yang menyita energi, mahasiswa lebih memilih
hidup bersantai di kampus, atau mungkin berjualan dan berbisnis. (Bukankah itu
lebih menguntungkan? Dan lebih menyejahterakan?) Sebagian gundah, melihat gerakan
mahasiswa, yang dari segi kuantitas itu semakin sedikit (atau setidaknya
stagnan), masih saja tercerai-berai oleh perseteruan “dalam negeri”, friksi
antarteman, dan tentu saja perbedaan kepentingan. Sebagian lagi gundah, melihat
gerakan mahasiswa yang semakin tidak jelas tujuannya. Lihat saja, berapa
gerakan mahasiswa yang masih konsisten dengan misi awalnya memberdayakan
kemampuan intelektual mahasiswa dan mengasah kepekaan mereka pada realitas
sosial? Sebagai bandingan (yang tentu saja tidak sebanding), lihat juga, berapa
gerakan mahasiswa yang semakin mendekat pada pusat-pusat kekuasaan,
tempat-tempat modal dan kucuran dana mengalir dengan derasnya?