Minggu, 05 Juli 2015

Frankfurt Book Fair dan Perdagangan Orang

OLEH AS Laksana

Kaget saya! Rupanya ada perbincangan seru di wall Facebook Linda Christanty tentang Frankfurt Book Fair (FBF) 2015. Saya senang membacanya. Akhirnya ada juga yang bersuara keras. Dalam percakapan-percakapan ringan, beberapa kawan saya para penulis sering “gremang-gremeng” mengungkapkan unek-unek mereka, tetapi tidak ada yang memulai buka suara sampai akhirnya Linda menuliskan pendapatnya secara terbuka dalam status tersebut—yang saya bagikan tepat di bawah status ini.

FBF 2015: Kunjungan Wartawan Jerman ke Indonesia Penuh Kejutan

OLEH Hendra Pasuhuk (wartawan http://www.dw.com/)

Awal Juni, 17 wartawan Jerman berkunjung ke Indonesia atas undangan panitia Frankfurt Book Fair (FBF) 2015. Mereka meliput selama seminggu di Jakarta dan Makasar. Apa saja kesan mereka? Oleh Hendra Pasuhuk.

"Saya sudah sering ke Jerman.. Sudah 16 kali ke pameran mebel di kota Köln dulu," kata Presiden Joko Widodo ketika menerima delegasi wartawan Jerman di Ruang Tengah Istana Kepresidenan di Jakarta 3 Juni 2015 lalu.

Tentang Frankfurt Book Fair 2015

OLEH Andy Budiman

Penjelasan akan saya berikan terkait status Facebook saudari Linda Christanty dan AS Laksana menyangkut Indonesia sebagai Guest of Honour di Frankfurt Book Fair 2015.
Sebagai orang yang bertanggung jawab sebagai Ketua Komite Media dan Hubungan Luar, saya ingin menjelaskan:

Catatan Kecil atas Penjelasan Panitia Guest of Honour FBF 2015

OLEH AS Laksana

Panitia Guest of Honour Frankfurt Book Fair 2015, melalui Andy Budiman selaku ketua Komite Media dan Hubungan Luar, sudah memberikan penjelasannya bahwa (1) tidak ada “persekongkolan” untuk mengarahkan isu 1965 sebagai tema utama, (2) tidak benar Laksmi Pamuntjak dipersiapkan sebagai bintang utama, dan (3) tidak mungkin mengarahkan wartawan media di Jerman.

Pertukaran Sastra Antara Indonesia dan Jerman

OLEH Berthold Damshauser

Berthold Damshauser
Pendahuluan

Tema “Pertukaran Sastra” sebenarnya sebuah tema yang klasik, telah banyak dibicarakan, termasuk oleh saya sendiri[1]. Namun, tema ini tetap relevan, dan saya berharap bahwa saya dapat menyampaikan berbagai hal yang penting, terutama mengenai pertukaran sastra antara Indonesia dan Jerman yang merupakan fokus makalah ini.

Laksmi Pamuntjak dan Mediokritas

OLEH AS Laksana

Dalam situasi pelik dan karut marut, orang seringkali mengungkap dirinya sendiri. Mereka yang selama ini menampilkan diri sebagai orang bijak dan cendekia, pembela kebebasan bersuara, menghargai sikap kritis dan rajin mendorong orang-orang lain untuk bersikap kritis, bisa seketika menjadi orang-orang yang cepat kalap dan dengan enteng menghakimi para pengkritik sebagai medioker, orang-orang yang dengki, orang-orang jahat dan kasar, dan sebagainya.

Frankfurt Book Fair: Seni Rupa, Barong Banyuwangi, Dwiki, Djaduk, Angkringan, dan Dangdut

OLEH Goenawan Mohamad

Di dinding ini saya pernah uraiakan sedikit tentang buku-buku Indonesia yang akan dipasang dalam Pekan Raya Buku di Frankfurt, dalam Frankfurt Book Fair. Sekarang saya akan menceritakan yang lain.

Setiap negara yang dipilih jadi “Tamu Kehormatan”, Guest of Honour, diharapkan menghadirkan kreasi bangsanya di bidang kreatifitas, tak hanya dalam sastra. Dalam tahun 2015 ini, Indonesia akan memamerkan karya arsitektur, seni rupa, fotografi, tari, dan musik.

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...