OLEH Muhammad Al-Fayyadl
Saut Situmorang |
Andai
Saut Situmorang dipenjara, hanya karena ulah kecilnya mengatakan “bajingan!”
dalam polemik buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh, maka kita akan
kehilangan seorang kritikus yang kreatif memainkan “politik performatif” dalam
pergaulan sastra Indonesia kontemporer.
“Politik
performatif”, seperti dianalisis Judith Butler dalam Excitable Speech, adalah
suatu politik yang mempermainkan bahasa untuk bereaksi atas perilaku orang
lain, dan menjadikan bahasa suatu tindakan politik itu sendiri.