Selasa, 24 Maret 2015

Fiksimorfosis Komunitas Sastra Forum Lingkar Pena dari Ideologi ke Industri

OLEH Azwar, S.S, M.Si 
(Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta) 
Forum Lingkar Pena (FLP) menarik untuk diteliti dalam pandangan kajian kritis industri budaya. Organisasi penulis ini lahir dalam kerangka ideologis untuk memberikan pencerahan terhadap masyarakat, namun dalam perkembangannya FLP mengalami benturan kekalahan ketika berhadapan dengan industri.

Jumat, 20 Maret 2015

Undang-Undang Nan Salapan

OLEH Puti Reno Raudha Thaib
Ketua Umum Bundo Kanduang Sumatera Barat
Dalam mengatur ketertiban kehidupan masyarakat, Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sabatang telah menyusun suatu perundang-undangan guna memeriksa tiap-tiap bentuk pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan seseorang  yang disebut dengan Undang-Undang Nan Duo Puluah.

Jaankan Cadiak, Bodoh Se Alun Lai

OLEH Wisran Hadi
“Mambuek pentas se indak pandai. Tu nak ka ba internasional-internasionalan lo! Nak bapariwisata-pariwisata pulo!  Gadang ota! Jaankan cadiak bodoh se alun lai! Lah jaleh bodoh, indak lo namuah baraja jo urang. Kini baa! Pentas runtuah! Untuang indak jangkang pejabat-pejabat nan sadang di ateh pentas runtuah tu. Untuang iduang Mas Sam se nan cungak diimpok dek tenda pentas tu,” kato Muncak baturo-turo sambia mamacik les bendinyo mamberangi Mas Sam.

Undang-Undang Nan Duobaleh

OLEH Puti Reno Raudha Thaib
Ketua Umum Bundo Kanduang Sumatera Barat
Undang-undang nan duobaleh  merupakan bagian dari Undang-undang Nan Duo Puluah, di samping Undang-undang Nan Salapan. Ada dua belas pasal yang dapat dijadikan alasan untuk mengangkap atau menghukum seseorang. Umumnya, undang-undang ini diucapkan sebagaimana lazimnya mengucapkan pepatah petitih atau pantun, sebagai berikut:

Stek-stek Sukses

OLEH Wisran Hadi
“Kecek apak-apak nan manonton dari ateh pentas nan runtuah di tapi danau kembar minggu lampau, lah tigo kali TdS diadoan, sukses katigo kaliannyo. Lai indak curito paremjan main sabun di kamar mandi surang se tu Mas Sam,” tanyo Muncak ka Mas Sam nan handak pai ka Pariaman, Dek karano indak mungkin ka sinan jo bendi Muncak, tapasolah Mas Sam naik bendi ka stasiun kereta api di Simpang Haru.

Selasa, 17 Maret 2015

Puisi sebagai Media Pendidikan Berbasis Lingkungan Hidup

OLEH Drs Indra Jaya Nauman, M.Pd.
Pengawas Sekolah Kota Padang, Sumbar
Abstrak
Salah satu tuntutan pendidikan masa depan adalah pendidikan berbasis lingkungan hidup. Untuk pelaksanaan pendidikan berbasis lingkungan hidup diperlukan berbagai media. Dalam makalah ini ditawarkan salah satu media pembelajaran berbasis lingkungan hidup adalah puisi. Terdapat beberapa keunggulan puisi sebagai media tersebut, yaitu: (1) Puisi merupakan refleksi masyarakat, (2) Puisi memiliki pilihan kata khusus, (3) Puisi berkaitan dengan sentuhan perasaan. Terdapat banyak puisi tentang lingkungan hidup, yang dapat diklasifikasikan atas; (1) puisi yang menjadikan lingkungan hidup sebagai atribut, (2) puisi yang menjadikan lingkungan hidup sebagai tema, (3) puisi yang memberikan citra lingkungan hidup yang seimbang, dan (4) puisi yang memberikan citra lingkungan hidup yang tidak seimbang.

Manuskrip Indonesia sebagai Pustaka Dunia: Persebaran dan Apresiasi

OLEH Dr Mu'jizah
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Sebelum Gutherberg menemukan mesin cetak pada abad ke-18 berbagai sumber informasi dan pengetahuan yang menjadi peradaban suatu bangsa diabadikan dalam naskah tulisan tangan yang disebut manuskrip.Tulisan tanganini jumlahnya terbatas berbeda dengan buku cetakan yang dalam sekali cetak bisa mencapai ratusan bahkan ribuan eksemplar jumlahnya. Seperti sebuah buku masa kini, manuskripsangat penting sebab di dalamnya tersimpan kekayaan informasi dan pengetahuanyang berlimpah, seperti agama, hukum dan adat, astrologi, perobatan, teknik dan arsitektur, sampai sejarah.

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...