Senin, 02 Maret 2015

Pemberontakan Radjab dan Perantau Kita

OLEH Deddy Arsya
Sastrawan
Tahun 1950, sebuah buku terbit. Semasa Ketjil di Kampung (1913-1928). Penulisnya, seorang Minangkabau bernama Muhamad Radjab. Buku itu, sebut Radjab, adalah sebuah autobiografi. Autogiografi seorang anak Minangkabau, begitu sub-judulnya.
Kita bisa saja meragukannya. Buku itu lebih seperti novel ketimbang sebuah karya sejarah. Penggambaran latarnya detil, penokohanya hampir jelas, imajinasi mendapat perayaan. Narasinya, selain yang terdapat pada judul, nyaris terlepas dari angka-angka tahun. Tetapi tidakkah sebuah biografi atau autobiografi bisa saja berdiri tegak di antara prosa dan sejarah.

Makam Haji Miskin di Pandai Sikek

OLEH Deddy Arsya
Sastrawan

Kuburan H Miskin di Pandai Sikek
Haji Miskin telah lama mati, tetapi namanya di sini seperti abadi.
Saya mengunjungi kuburnya di Pandai Sikek—sebuah nagari dingin di pinggang Gunung Singgalang di Kabupaten Tanah Datar. Makam itu terletak tidak jauh dari jalan utama nagari. Dari jalan utama itu menuju ke makam dihubungkan jalan setapak licin dengan tangga-tangga dari beton. Di ujung tangga-tangga itu, masa silam menyumbulkan diri: sebuah makam dari abad ke-19 kokoh berdiri.

Minggu, 01 Maret 2015

Pengarang A. Damhoeri dan Aksara Minang

OLEH H. Kamardi Rais Dt. P. Simulie
Bupati Alis Marajo berziarah ke makan A Damhoeri
Sebuah laporan dari daerah Kabupaten Limapuluh Kota mengatakan bahwa Bupati dr. Alis Marajo Datuk Sori Marajo bersama instansi terkait telah berziarah ke makam pengarang A. Damhoeri (almarhum) di Lurah Bukit, Kenagarian Balai Panjang, Kecamatan Sago Halaban baru-baru ini.

Sabtu, 28 Februari 2015

Strategi Mengoptimalkan Media Massa dalam Pemartabatan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kancah Internasional

OLEH Yani Paryono
(Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur)
Pos-el: yani_coll@ymail.com
Abstrak
Persoalan pemartabatan bahasa dan sastra Indonesia dari tahun ke tahun senantiasa selalu berubah sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat. Persoalan yang cukup mendasar terkait dengan pemartabatan bahasa antara lain, kehidupan masyarakat Indonesia telah berubah baik sebagai akibat tatanan kehidupan dunia yang baru, seperti pemberlakuan pasar bebas dalam rangka globalisasi, akibat perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat maupun pemberlakuan otonomi daerah.

Konstelasi Persuratkabaran di Minang Konfigurasi Pemikiran yang Menakjubkan

OLEH Khairul Jasmi (Wartawan Senior)
Pers Sumatera Barat adalah pers yang relatif tua. Pada 1859, atau 25 tahun seusai Perang Paderi, perang yang melibatkan orang Minang melawan Belanda, terbit surat kabar bernama Sumatera Courant di Padang. Meski surat kabar ini lahir sebelum abad XX, tapi dinamika persuratkabaran di sana baru terasa pada awal abad XX hingga menjelang kemerdekaan Indonesia.

Selasa, 24 Februari 2015

Perhimpunan dan Festival Sastra Sebuah Upaya Nyata Membawa Sastra Indonesia Menuju Khazanah Sastra Dunia


OLEH Sastri Sunarti

Gerakan membawa sastra Indonesia ke panggung dunia sudah menjadi wacana yang hangat dan lama diperbincangkan di Badan Bahasa sebagai lembaga yang berkepentingan terhadap hal itu. Tema ini sudah mulai disinggung dan dibicarakan sejak Kongres ke IX lima tahun yang lalu di Bidakara Jakarta dan pada Kongres Bahasa dan Sastra ke X tahun ini Badan Bahasa kembali mengangkat tema tersebut sebagai salah satu tema sastra dalam Kongres Bahasa yang akan datang.

Upaya Badan Bahasa mengangkat tema―Membawa Sastra Indonesia ke Panggung Dunia―ini ke dalam Kongres Bahasa dan Sastra tentulah tidak akan berhasil jika tidak dilanjutkan dengan upaya nyata. Untuk itu, perlu dilihat upaya-upaya apa saja yang mampu mengantarkan sastra Indonesia untuk mencapai panggung antar bangsa tersebut.

Transformasi Pantun Melayu, Sastra Indonesia, Globalisasi, dan Karakter Bangsa

OLEH T. Silvana Sinar
(Universitas Sumatera Utara)

“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri” (Soekarno, Founding Fathers)

Mantan Presiden SBY berbantun
Pendahuluan
Bangsa Indonesia saat sekarang ini sedang dilanda gelombang “tsunami teknologi informasi dan komunikasi”. Gelombang yang terus menerpa setiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, hingga banyak di antara kita yang terbawa arusnya, hanyut ditelan ganasnya gelombang “samudera modernisasi”. Para generasi kita terimbas yang cukup akut. Mereka hidup dalam dunia teknologi informasi modern yang membuat mereka begitu cepat dan lihai dalam menguasai teknologi itu daripada generasi tua.
Sayangnya, penguasaan teknologi itu tidak diikuti dengan mendalami apakah fungsi dan manfaatnya. Para orang tua pun tak berani berbuat banyak, ketika anak-anak mereka menguasai teknologi, misalnya telepon selular. Hal ini dikarenakan para orang tua tidak menguasai teknologi itu.

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...