Jumat, 11 Juli 2014

Mmbangun Jejaring dan Sistem Penelitian di Perguruan Tinggi

OLEH Edison Munaf
Guru Besar Universitas Andalas 

Manusia tidak dirancang untuk gagal dalam meneliti, tapi manusialah yang sering gagal dalam merancang penelitian. -Edison Munaf
Tulisan ini dikompilasi dari beberapa bacaan, pengalaman penulis melakukan penelitian dan penulisan artikel selama hampir 25 tahun, diskusi dan kunjungan ke lembaga riset di perguruan tinggi (PT) dan perusahaan di berbagai belahan dunia dan pengalaman sebagai reviewer artikel yang dipublikasi di Elsevier dan sebagai Editorial board pada Asian Journal of Chemistry. Mudah-mudahan ada manfaatnya.

Rajo Adat dan Rajo Ibadat

OLEH Puti Reno Raudha Thaib
Ketua Umum Bundo Kanduang Sumatera Barat
Puti Reno Raudha Thaib
Setelah secara sepintas pada minggu lalu disampaikan tentang institusi Rajo Alam, maka selanjutnya marilah kita melihat pula sebuah institusi yang masih punya kaitan erat dengan institusi Rajo Alam, yaitu Rajo Adat dan Rajo Ibadat yang disebut juga sebagai Rajo Duo Selo.
Rajo Adat yang berkedudukan di Buo adalah salah seorang dari Rajo Duo Selo di samping Raja Ibadat yang berkedudukan di Sumpur Kudus. Juga menjadi salah seorang dari Rajo Tigo Selo yang dikepalai oleh Raja Alam. Rajo Adat berwenang memutuskan perkara-perkara masalah peradatan, apabila pihak Basa Ampek Balai tidak dapat memutuskannya. Apabila ada persoalan adat yang tidak mungkin pula dapat diputuskan oleh Raja Adat, persoalan tersebut dibawa kepada Raja Alam. Raja Alam lah memutuskan segala sesuatu yang tidak dapat diputuskan oleh yang lain.

Jaan Masuak Sumbarang Lubang Se!

OLEH Wisran Hadi
Ilustrasi: http://areawedding.wordpress.com/
 Mas Sam mangapik tigo macam surek kaba di katiaknyo. Mukonyo karuah. Saroman banyaknya persoalan nan indak salasai. Sasudah duduak di ateh bendi, surek kaba tu diampok annyo ka dakek Muncak, si kusie bendi, konco palangkinnyo tu.
“O...alah Muncak. Lihat gambar-gambar di surat kabar ini. Ini foto seorang pejabat yang ditangkap karena dituduh korupsi. Dia tersenyum dan melambaikan tangan seakan tak bersalah sama sekali. Tidak ada lagi rasa malu. 

Rabu, 02 Juli 2014

Urang Nan Maliang Minyak, Kusie Bendi Nan Disuruah Bapikie Maatasinyo

OLEH  Wisran Hadi
Gadang bana hati Muncal pagi ko. Sambia badendang-dendang ketek, inyo taruih mamacu bendinyo ka arah kampuang Jao. Mas Sam heran juo stek, baa kok kusie bendi nan surang ko agak lain kalakuannyo dari minggu-minggu nan taralah. Maninggaan parangai inyo ndak?         
“Gadang bana hati Muncak pagi ko mah. Baa? Manang lotre? Dapek minantu?” tanyo Mas Sam nan taakuak-akuak duduak di ateh bendi tu.
“Kini baru taraso manfaat bendi.  Waden indak paralu bensin, premium, solar apolai pertamak. Kudo den cukuik diagiah makan rumpuik sagarondong, dadak sabelek, sagu sakapiang. Kini baa raso badan urang-urang nan baoto tu. Bensin naiak. Subsidi ditarik,” jawab Muncak.

Selasa, 01 Juli 2014

DPRD MINTA KE JALUR HUKUM: Usut Pemotongan Dana Produksi

Pementasan Nilam Binti Malin di Jakarta
Kabar tak sedap terkait pemotongan dana produksi Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT) yang diduga dilakukan oknum pejabat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sumbar, disikapi DPRD Sumbar.
Wakil rakyat di parlemen meminta agar persoalan tersebut dibawa ke jalur hukum jika memang memiliki bukti-bukti. Tujuannya untuk memberikan efek jera terhadap birokrat agar tidak mengulangi lagi perbuatannya.

Biaya Produksi Seniman Dipotong

Penampilan Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT)
di Festival Nasional Teater Tradisional 2014 di Jakarta.
Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT) yang mewakili Sumbar pada Festival Nasional Teater Tradisional 2014 di Jakarta, 13-18 Juni lalu, berhasil meraih penghargaan sebagai Grup Penampil Terbaik. Hanya saja, prestasi itu tak sepenuhnya bisa dinikmati para seniman yang berkreativitas di grup yang dikelola secara swadaya tersebut.

Minggu, 29 Juni 2014

Curito Malin Kundang dalam Perspektif Ekonomi dan Pariwisata[1]

OLEH Sastri Bakry[2]
Sastri Bakry
Batu Malin Kundang terletak di sebelah selatan Kota Padang, di Aie Manih Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Sumatera Barat. Ia menjadi satu dari sekian banyak objek wisata di Kota Padang Tercinta. Mungkin bagi penduduk kota Padang, terutama menengah ke atas batu Maling Kundang tidak lagi menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi. Dan hal ini lazim terjadi dalam suatu daerah. Misalnya ketika saya mengajak seorang teman yang sudah lama tinggal di Jakarta untuk melihat objek wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dia menjawab belum pernah masuk TMII.

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...