Sabtu, 19 April 2014

Koalisi, Kolusi dan Kepentingan Rakyat

OLEH Israr Iskandar
Pengajar FIB Unand

Belakangan ini gonjang-ganjing politik terfokus pada masalah prospek koalisi pemerintahan yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Presiden sendiri sudah mengingatkan dan memberikan sinyal akan mengevaluasi keberadaan beberapa partai peserta koalisi, khususnya Partai Golkar dan PKS. Kedua partai ini dianggap mengingkari butir-butir konsensus koalisi yang dulu mereka teken dan sepakati dengan SBY.
Reaksi keras SBY atas Golkar dan PKS tentu saja tak terlepas dari sikap kedua parpol yang mengusulkan hak angket pajak beberapa waktu lalu. Meskipun usulan itu kandas, tapi tampaknya SBY tetap geram dengan “inkosistensi” kedua parpol. SBY dan Demokrat sedikit diuntungkan,  karena Gerindra yang selama ini dikenal kritis pada pemerintah justru menolak usulan angket.

Minangkabau Merayakan Globalisasi

OLEH Nasrul Azwar

Perbincangan yang berkaitan dengan masyarakat dan kebudayaan Minangkabau—katakanlah itu seni tradisi Minangkabau—kerap berarti berbicara mengenai tatanan masyarakat dengan struktur  sosial, nilai-nilai, norma tradisional yang sebagian masyarakat masih membayangkan sesuatu yang ideal dan asli. Tatanan masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat dengan sistem kekerabatan matrilineal dan bahkan dalam batas tertentu, sistem politik matriarki, sedangkan norma-norma dan nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai dan norma-norma yang terkandung dalam berbagai bentuk ekspresi kabahasaan seperti pepatah petitih, pantun, dan cerita lisan berupa kaba (Faruk dalam Minangkabau di Persimpangan Generasi: 2007).

Melacak Asal Dongeng

OLEH Maya Lestari Gf
Penulis

Dongeng selalu memiliki tempat di berbagai kebudayaan. Dari Asia hingga Eropa, dari kumpulan kecil keluarga Suku Inuit di Kutub Utara hingga kota-kota metropolitan dunia, dongeng selalu hadir, terutama di tengah kanak-kanak. Dongeng sejak dahulu telah dianggap sebagai media yang baik untuk mengajarkan nilai-nilai positif. Kisah-kisah kebaikan, kepahlawanan, kejujuran selalu mewarnai hampir setiap dongeng di dunia. Di Indonesia kita mengenal kisah Bawang Putih dan Bawang Merah yang mirip dengan kisah Cinderella di Perancis, Ashputtel di Jerman, Katie Woodencloak di Norwegia, dan Little Saddleslut di Yunani. Di berbagai kebudayaan lain juga dikenal dongeng semisal Pangeran Katak, yang mengisahkan pangeran yang dikutuk jadi katak, lalu berbalik jadi pangeran kembali setelah dicium seorang putri. 

Selasa, 08 April 2014

Bahaya Laten Investasi Politik



OLEH Nasrul Azwar
pemilu.okezone.com

Pemilihan umum untuk anggota calon legislatif dan DPD akan dilangsungkan 9 April 2014. Ini pesta politik tercatat penting dalam sejarah bangsa ini. Selain penting, dana yang digelontorkan cukup besar. Diperkirakan, uang yang dikucurkan para calon mencapai Rp115 triliun. Ada sekitar 200 ribu calon di seluruh Indonesia yang memperebutkan 19.699 kursi di 2.471 daerah pemilihan.

Kamis, 03 April 2014

Kondisi Pariwisata Sumbar Setelah “G 30 S”

OLEH DR Abdullah Rudolf Smit CTM CHt-IBH
Praktisi dan Konsultan Pariwisata dan menetap di Sumatra Barat sejak 2002

Bila pertanyaan ini diajukan kepada para praktisi pariwisata di Kota Padang saat ini, maka jawaban yang akan diberikan pasti bernada negatif. Sudah tentu yang dimaksud dengan praktisi pariwisata di sini bukanlah pemilik hotel bintang empat satu-satunya yang masih berdiri setelah G30S (Gempa 30 September 2009), tetapi pengelola biro perjalanan wisata, pendukung pariwisata seperti toko cenderamata, kedai/lapau, rumah makan/restoran, angkutan taksi, armada transportasi, dan lain-lain.

Rabu, 02 April 2014

Tan Malaka: Sebuah Opera tentang Ketidakhadiran

OLEH Devy Kurnia Alamsyah
Sutradara “Selopanggung” dan nominator Festival Film Dokumenter (FFD) 2010
Wajah kebingungan terpancar pada sebagian besar penonton yang melenggang keluar dari ruang pertunjukan Teater Salihara Oktober tahun lalu. Ragam pertanyaan sepertinya membuat beberapa hadirin kebingungan. Pertanyaan yang muncul dari keraguan dan ketidaktahuan.
“Opera apa ini? Sungguh, tak mengerti. Tidak ada ceritanya.”
“Judulnya Opera Tan Malaka, tapi dimana Tan Malaka-nya?”
“Goenawan Mohammad (GM) yang terlalu pintar atau aku yang terlalu bodoh?”
“Oh, jadi itu yang Tan Malaka itu? Dia komunis ya? Atheis dong!”

Mambangkik Batang Tarandam Perkeretaapian Sumatera Barat

OLEH Willson Gustiawan
Dosen Politeknik Negeri Universitas Andalas Padang dan Pecinta Kereta Api
 
Kereta api ke Pariaman-Padang (Foto Iggoy)
Suara tut…tut…tut, sinyal nyala, serangkaian kereta siap masuk stasiun. Setelah melewati ampang-ampang perlintasan sebidang. Lokomotif bergerak di rel bergigi, melambat untuk beristirahat sejenak. Lalu siap melanjutkan perjalanan melewati kawasan berpemandangan elok di Sumatera Barat.
Kereta api Sumatera Barat, pada masa jayanya melayani penumpang dan barang di berbagai rute. Kereta api melayani relasi Payakumbuh sampai Padang, Sawahlunto sampai Teluk Bayur Padang. Ujung rel di Sungai Limau dan Limbanang juga pernah dilewati. Bahkan jalur sampai ke Pekanbaru melalui Muaro. Total, jalur kereta api di Sumatera Barat mencapai 240 km.

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...