Rabu, 02 April 2014

Membangun Kebudayaan Maritim

OLEH Indra J Piliang
Ketua Dewan Pendiri Nangkodo Baha Institute
Indra J Piliang
Dalam rangka mengisi waktu luang ketika menghadiri acara Partai Golkar di Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman, saya berkesempatan memancing di pantai Piaman Laweh. Atas jasa baik Pak Akhir, mantan Kepala Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri (SUPMN) Pariaman, saya dan sejumlah teman berlayar ke lautan biru.
Semula, kami merencanakan untuk memancing pada malam hari. Tetapi, kondisi muara sungai Batang Naras sedang pasang elang (tidak tinggi), maka kapal tidak bisa melaut. Terpaksa kami menunggu pagi hari, lalu berangkat pada 19 Juli 2011.

Butir-butir Implementasi ABS-SBK dan Penjelasannya

OLEH Puti Reno Raudha Thaib
Ketua Umum Bundo Kanduang Sumatera Barat
A.  Bidang sosial
a)     Sistem kekerabatan (individu, keluarga batih, keluarga kaum)
b)     Sistem kemasyarakatan (suku, nagari, kelarasan)
c)      Lembaga/institusi/organisasi.
d)     Norma-norma dan sistem
e)     Sistem hubungan – interaksi sosial
f)       Hak dan kewajiban.

Selasa, 01 April 2014

Penyair Salon dan Politikus Salon

OLEH Deddy Arsya
Pengarang

WS. Rendra, penyair yang terkenal itu, di tahun 1980an, pernah memperkenalkan sebuah istilah yang kemudian juga terkenal: ‘penyair salon’. Mereka, tulis Rendra dalam sebuah sajak, adalah penyair yang asyik-masyuk “bersajak tentang anggur dan rembulan” sementara melupakan realitas sosial yang buruk tempat di mana mereka berpijak. Penyair yang sibuk bersolek diri dengan keindahan kata-kata, tetapi tidak mau terlibat dalam kenyataan pahit dari masyarakatnya. Ketika itu, Orde Baru memang sedang makmur akibat ‘boom’ minyak. Pembangunanisme dirayakan, tetapi bersifat berat sebelah. Di tengah kemajuan ekonomi rezim, kepincangan sosial merebak. Rendra berbicara dalam sajaknya pada konteks ini.

Estetika dalam Perspektif Budaya Minangkabau

OLEH Yusriwal
Peneliti di Fakultas Sastra Unand
Ukiran pandai sikek di rumah gadang 
Masalah estetika cukup rumit karena bidang ini bukan hanya sebatas seni dan filsafat. Untuk memahami estetika, beberapa hal perlu diperhatikan: 1) apresiasi terhadap seni mencakup pengamatan (mendengarkan, membaca, dan lain-lain) pada situasi dan modus yang berbeda sehingga seseorang dapat menikmati dan meresapi segala sesuatu yang terpendam dalam karya tersebut. Apresiasi sering melibatkan berbagai kalangan seperti dosen, pencinta seni, serta melalui berbagai cara seperti peragaan, percakapan formal, dan bahkan dengan mengulangi secara diam-diam; 2) kritik terhadap karya seni terdiri atas kata-kata, yaitu kata-kata tentang karya seni dan dirancang untuk lebih memahami dan mengapresiasi karya seni (gaya atau periodenya) dengan cermat. 

Senin, 31 Maret 2014

Prolog tentang Buku Estetika Minangkabau


Yusriwal
Tidak banyak buku tentang estetika terdapat dalam bahasa Indonesia yang dapat digunakan sebagai buku sumber atau buku teori untuk menelaah objek estetika. Beberapa buku dapat disebutkan di sini, antara lain Estetika Filsafat Keindahan (Mudji Sutrisno, 1993), Estetika Sebuah Pengantar (Djelantik, 1999), Filsafat Estetika (Anwar, 1985), Filsafat Seni (Jakob Sumarjo, 2000), dan ada 4 buah buku tentang Estetika dari The Liang Gie.
Namun dalam bahasa Inggris terdapat cukup banyak buku estetika yang dapat dapat digunakan sebagai sumber teori dalam penelaahaan objek estetika. Namun, karena keterbatasan bahasa menjadikan buku-buku tersebut tidak dapat digunakan secara maksimal.

Sabtu, 29 Maret 2014

Angga Djamar: Hidup Adalah Menari

OLEH Gusriyono
Jurnalis
Angga Djamar
Tidak banyak perempuan yang berani mengabdikan diri dan bertahan menjadi penari. Angga Djamar salah seorang dari perempuan yang sedikit itu. Kerja keras dan proses yang terus menerus menjadi kunci utama suksesnya.
”Menari adalah hidupku,” kata Angga tegas. Dia baru saja selesai latihan, bersama penari Nan Jombang lainnya; Rio, Intan, Geby, dan Ririn. Kami bertemu di rumahnya di Belimbing, Padang, tempat latihan sekaligus tempat tinggal keluarga besar Nan Jombang Dance Company yang dinakhodai Ery Mefri, koreografer.
“Sejak gempa September 2009 lalu, kami latihan di sini. Sebelumnya di Taman Budaya Sumbar. Mudahan-mudahan tidak lama lagi, “ladang tari” Nan Jombang di Balaibaru sudah bisa dipakai untuk latihan,” tuturnya, memberi kabar tentang tempat latihan dan pertunjukan seni yang sedang dibangunnya. Barangkali, Angga sedikit dari perempuan yang bersikukuh memilih jalan hidup sebagai penari. Baginya, apapun pilihan hidup, kemauan dan kerja keras adalah prinsip yang harus dipegang kuat, untuk mencapai apa yang dipilih dan dicita-citakan itu.

Kamal Guci: Minangkabau Terintegrasi Empat Unsur


OLEH Gusriyono
Jurnalis
Kamal Guci dan lukisannya
Dalam satu minggu kemarin, jika Tuan dan Nyonya berkunjung ke Galeri Taman Budaya Sumbar, maka Tuan dan Nyonya dapat melihat lukisan-lukisan mengungkap topografi Minangkabau. Lukisan-lukisan itu kebanyakan bercerita tentang Minangkabau yang risau.
Memasuki Galeri Taman Budaya Sumbar, Tuan dan Nyonya akan berhadap-hadapan dengan sebuah lukisan potret. Seorang lelaki gondrong dengan kumis melintang sedang tersenyum. Senyum yang risau penuh kegalauan. Itulah potret si pelukis Kamal Guci. Pelukis asal Lubuk Guci, Pakandangan, Padangpariaman, ini menggelar pameran tunggal lukisannya bertajuk “Dari Ranah Menembus Rantau” tanggal 2-8 Agustus lalu.

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...