OLEH Deddy Arsya
Pengarang
WS. Rendra, penyair yang terkenal itu, di
tahun 1980an, pernah memperkenalkan sebuah istilah yang kemudian juga terkenal:
‘penyair salon’. Mereka, tulis Rendra dalam sebuah sajak, adalah penyair yang asyik-masyuk
“bersajak tentang anggur dan rembulan” sementara melupakan realitas sosial yang
buruk tempat di mana mereka berpijak. Penyair yang sibuk bersolek diri dengan
keindahan kata-kata, tetapi tidak mau terlibat dalam kenyataan pahit dari
masyarakatnya. Ketika itu, Orde Baru memang sedang makmur akibat ‘boom’ minyak.
Pembangunanisme dirayakan, tetapi bersifat berat sebelah. Di tengah kemajuan
ekonomi rezim, kepincangan sosial merebak. Rendra berbicara dalam sajaknya pada
konteks ini.