Minggu, 09 Maret 2014

Saatnya Mengembalikan Investasi Politik


OLEH Nasrul Azwar


Untuk menuju kekuasan politik sepasang kandidat presiden, gubernur, bupati, wali kota, calon legislatif malah wali nagari yang ikut bersaing dalam sebuah pemilu, menjadi omong kosong saja jika mereka tak mengeluarkan uang sepeserpun. Kota Padang baru saja menyelesaikan pilkada putaran kedua. Tapi kita tak tahu, berapa  dana yang dihabiskan dua pasang para kandidat calon Wali Kota Padang itu yang bertarung pada 5 Maret lalu.

Jumat, 07 Maret 2014

PARADE TEATER NASKAH WISRAN HADI: “Selamat Datang di Koto Tingga”



OLEH GUSRIYONO
Jurnalis
Pementasan Orang-orang Bawah Tanah
…. Ada kunjungan. Datang sumbangan. Tidak berbunga.
 Kalungkanlah!
Kalungkan bunga-bunga….
…. Ada kunjungan. Turun bantuan. Lunak bunganya. Sajikan!
Sajikanlah adat budaya lama….
Selamat datang di Koto Tingga. Welcome….
Malin meneriakkan kata-kata tersebut beberapa kali melalui toa atau pengeras suara yang dipegangnya. Pemberitahuan tersebut sebagai isyarat agar penduduk Koto Tingga, yang tinggal beberapa orang itu, bersiap-bersiap menyambut tamu yang berkunjung dengan tarian sesuai budaya yang mereka pertahankan—dalam hal ini Minangkabau. Muncullah penduduk Koto Tingga yang berprofesi sebagai pedagang, yang menjual berbagai macam produk Koto Tingga termasuk adat dan budaya.
Kemudian, pemusik dengan gandang tamburnya menyajikan musik riang menyambut pengunjung, diiringi penari, 3 laki-laki dan 3 perempuan. Mereka menarikan budaya lama itu di depan kuburan yang dianggap kuburan Bundo Kanduang. Kuburan itu didirikan di atas tanah yang disewa secara kredit kepada Panglimo.

WAWANCARA DENGAN HALIM HD: Ruang Publik dalam Desain Politik Kota


Halim HD

Pangantar
Ruang publik, terutama di kota, dimiliki dan dikelola pemerintah dan dijadikan komoditas. Sementara masyarakat tidak menyadari bahwa ruang publik itu milik mereka. Ada proses kanalisasi di kota berdasarkan arus politik yang dibawa partai politik dan elit. Sehingga, menimbulkan segregasi berpikir dan sosial ekonomi di kalangan masyarakat.   
Networker kebudayaan, Halim HD, pada perayaan iven Panggung Publik Sumatera 2012 berkunjung ke Padang dan Padangpanjang. Selain menghadiri Panggung Publik ia juga ikut perayaan Hari Teater Dunia 2012 di Padangpanjang. Sebelum balik ke Solo, tempat ia menetap, kami berdiskusi di rumah budayawan, Yusrizal KW, di Komplek Cemara II Gunungpangilun. Hadir juga ketua Entrepreneur Club (EC) Padang, Tomy Iskandar. 

Kamis, 06 Maret 2014

PANGGUNG PUBLIK SUMATERA 2012: Melawan Lupa Memori Sosial Bersama Teater



OLEH GUSRIYONO
Jurnalis
Pertunjukan teater dalam iven Panggung Publik Sumatera 2012
Sebenarnya, teater itu milik publik yang tercerabut ketika pekerja dan pegiat teater memboyongnya ke gedung pertunjukan sehingga sulit diakses oleh si empunya. Lalu, ketika muncul keinginan untuk mengembalikan teater ke panggung masyarakat, pekerja dan seniman teater harus membangun memori sosial serta menciptakan teater untuk semua orang di ruang publik.
Ratusan orang, meliputi anak-anak, pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum, berkumpul di gerbang masuk gedung M Syafei Padangpanjang. Seorang lelaki berdasi lengkap dengan stelan jas berteriak-teriak mengaku koruptor dan minta ditangkap oleh polisi. Namun tidak ada polisi yang mau menangkapnya. Berbagai argumen ia lontarkan, seperti wakil rakyat atau pemerintah menghadapi kumpulan massa. Hingga akhirnya yang mengaku koruptor ngacir dengan vespa butut, yang disebut mobil itu, bersama dua pengawalnya.

Belajar Filosofi Gotong Royong pada Karanggo



OLEH GUSRIYONO

Jurnalis

Darvies Rasjidin, pelukis, bersama karyanya
Butuh waktu dua tahun untuk mengerjakan lukisan ini. Setiap selesai 50 semut, saya istirahat, atau mengerjakan lukisan lain. Besoknya mulai lagi 100 semut dan seterusnya, hingga 153.761 semut,” kata pelukisnya, Darvies Rasjidin. Lukisan tersebut dipajang dalam pameran lukisan tiga pelukis asal Sumbar, Darvies Rasjidi, Herisman Is, dan Tamsil Rosha, bertajuk ”Tiga Rupa Bumi” di Taman Budaya Sumbar.   Lukisan Taiji, lambang tradisional untukkekuatan Yin dan Yang, berwarna hitam-merah-putih dalam bingkai persegi berwarna merah dengan tingkat kekentalan yang berbeda. Di atasnya berkerubung semut-semut, atau lebih tepat disebut karanggo, yang berjumlah ribuan. Ada 153.761 semut atau karanggo di sana, sesuai judul lukisan itu 153.761 SM.

Rabu, 05 Maret 2014

“Kaphe Padang” (Respons Terhadap Perantau Minang di Aceh pada 1920-an)



OLEH Deddy Arsya
Pengarang
Kaphe Padang, si kafir dari Padang, istilah yang populer pada paruh kedua abad ke-19 di Aceh. Terminologi yang mengandung stigma, yang dilekatkan kebanyakan orang Aceh kepada perantau asal Minangkabau di sana. Mengapa stigma ini bisa muncul? 
Masyarakat Minangkabau adalah masyarakat yang termasuk paling awal ‘terbaratkan’ di Indonesia. Terbaratkan lewat pendidikan Belanda. Pendidikan Belanda yang telah dengan cepat populer di tengah masyarakatnya bahkan sejak pertengahan abad ke-19.

‘Cerita Perjalanan’ dalam Pariwisata Kita




OLEH Deddy Arsya
Pengarang tinggal di Padang
Cerita-cerita perjalanan menjadi populer kembali dewasa ini. Majalah traveling berlahiran. Rubrik jalan-jalan hadir setiap minggu di suratkabar besar dan kecil. Buku-buku cerita perjalanan dengan gampang ditemui pada rak-rak toko buku, baik yang ditulis belakangan maupun yang telah bernilai langka dalam literatur kesejarahan.
Genre ini punya ikatan erat dengan proses penjajahan. Teks-teks perjalanan menginspirasi penjelajah Eropa awal menemukan dunia baru. Tetapi di sisi yang berbeda, teks-teks ini juga punya hubungan dengan kepentingan pariwisata. Sejarah pariwisata modern konon mengambil bentuk promosi paling awal melalui kisah-kisah perjalanan.

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...