Jumat, 07 Maret 2014

WAWANCARA DENGAN HALIM HD: Ruang Publik dalam Desain Politik Kota


Halim HD

Pangantar
Ruang publik, terutama di kota, dimiliki dan dikelola pemerintah dan dijadikan komoditas. Sementara masyarakat tidak menyadari bahwa ruang publik itu milik mereka. Ada proses kanalisasi di kota berdasarkan arus politik yang dibawa partai politik dan elit. Sehingga, menimbulkan segregasi berpikir dan sosial ekonomi di kalangan masyarakat.   
Networker kebudayaan, Halim HD, pada perayaan iven Panggung Publik Sumatera 2012 berkunjung ke Padang dan Padangpanjang. Selain menghadiri Panggung Publik ia juga ikut perayaan Hari Teater Dunia 2012 di Padangpanjang. Sebelum balik ke Solo, tempat ia menetap, kami berdiskusi di rumah budayawan, Yusrizal KW, di Komplek Cemara II Gunungpangilun. Hadir juga ketua Entrepreneur Club (EC) Padang, Tomy Iskandar. 

Kamis, 06 Maret 2014

PANGGUNG PUBLIK SUMATERA 2012: Melawan Lupa Memori Sosial Bersama Teater



OLEH GUSRIYONO
Jurnalis
Pertunjukan teater dalam iven Panggung Publik Sumatera 2012
Sebenarnya, teater itu milik publik yang tercerabut ketika pekerja dan pegiat teater memboyongnya ke gedung pertunjukan sehingga sulit diakses oleh si empunya. Lalu, ketika muncul keinginan untuk mengembalikan teater ke panggung masyarakat, pekerja dan seniman teater harus membangun memori sosial serta menciptakan teater untuk semua orang di ruang publik.
Ratusan orang, meliputi anak-anak, pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum, berkumpul di gerbang masuk gedung M Syafei Padangpanjang. Seorang lelaki berdasi lengkap dengan stelan jas berteriak-teriak mengaku koruptor dan minta ditangkap oleh polisi. Namun tidak ada polisi yang mau menangkapnya. Berbagai argumen ia lontarkan, seperti wakil rakyat atau pemerintah menghadapi kumpulan massa. Hingga akhirnya yang mengaku koruptor ngacir dengan vespa butut, yang disebut mobil itu, bersama dua pengawalnya.

Belajar Filosofi Gotong Royong pada Karanggo



OLEH GUSRIYONO

Jurnalis

Darvies Rasjidin, pelukis, bersama karyanya
Butuh waktu dua tahun untuk mengerjakan lukisan ini. Setiap selesai 50 semut, saya istirahat, atau mengerjakan lukisan lain. Besoknya mulai lagi 100 semut dan seterusnya, hingga 153.761 semut,” kata pelukisnya, Darvies Rasjidin. Lukisan tersebut dipajang dalam pameran lukisan tiga pelukis asal Sumbar, Darvies Rasjidi, Herisman Is, dan Tamsil Rosha, bertajuk ”Tiga Rupa Bumi” di Taman Budaya Sumbar.   Lukisan Taiji, lambang tradisional untukkekuatan Yin dan Yang, berwarna hitam-merah-putih dalam bingkai persegi berwarna merah dengan tingkat kekentalan yang berbeda. Di atasnya berkerubung semut-semut, atau lebih tepat disebut karanggo, yang berjumlah ribuan. Ada 153.761 semut atau karanggo di sana, sesuai judul lukisan itu 153.761 SM.

Rabu, 05 Maret 2014

“Kaphe Padang” (Respons Terhadap Perantau Minang di Aceh pada 1920-an)



OLEH Deddy Arsya
Pengarang
Kaphe Padang, si kafir dari Padang, istilah yang populer pada paruh kedua abad ke-19 di Aceh. Terminologi yang mengandung stigma, yang dilekatkan kebanyakan orang Aceh kepada perantau asal Minangkabau di sana. Mengapa stigma ini bisa muncul? 
Masyarakat Minangkabau adalah masyarakat yang termasuk paling awal ‘terbaratkan’ di Indonesia. Terbaratkan lewat pendidikan Belanda. Pendidikan Belanda yang telah dengan cepat populer di tengah masyarakatnya bahkan sejak pertengahan abad ke-19.

‘Cerita Perjalanan’ dalam Pariwisata Kita




OLEH Deddy Arsya
Pengarang tinggal di Padang
Cerita-cerita perjalanan menjadi populer kembali dewasa ini. Majalah traveling berlahiran. Rubrik jalan-jalan hadir setiap minggu di suratkabar besar dan kecil. Buku-buku cerita perjalanan dengan gampang ditemui pada rak-rak toko buku, baik yang ditulis belakangan maupun yang telah bernilai langka dalam literatur kesejarahan.
Genre ini punya ikatan erat dengan proses penjajahan. Teks-teks perjalanan menginspirasi penjelajah Eropa awal menemukan dunia baru. Tetapi di sisi yang berbeda, teks-teks ini juga punya hubungan dengan kepentingan pariwisata. Sejarah pariwisata modern konon mengambil bentuk promosi paling awal melalui kisah-kisah perjalanan.

Studi Banding Anggota Dewan Barangkali hanya Tabiat Inferior



OLEH Zulprianto 
Dosen Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Andalas
Studi banding atau comparative study merupakan cara yang lazim digunakan untuk membandingkan satu hal yang kita miliki dengan hal lain yang dimiliki pihak lain. Begitu mulianya esensi dari studi banding tersebut, berbagai lembaga negara mulai dari pusat sampai daerah termasuk perguruan tinggi menganggarkan dana khusus setiap tahunnya sehingga studi banding menjadi rutinitas tahunan. Karena sudah dianggarkan, para pihak yang akan berangkat studi banding biasanya berkilah, jika diprotes, bahwa kegiatan tahunan tersebut merupakan haknya, bagian atau fasilitas yang harus diperoleh sebagai konsekuensi dari posisi yang sedang dijabat. Anggaran yang diajukan pun bervariasi menurut level pejabatnya. Pejabat nasional biasanya (meski tidak selalu) melakukan studi banding ke negara lain; pejabat daerah studi banding ke daerah lain. Tidak jarang kita mendengar jika para pejabat yang melakukan kunjungan juga memboyong anggota keluarga lain.

Fenomena Aji Mumpung Orang Parpol



OLEH Dirwan Ahmad Darwis
Penulis pengamat sosial dan Koordinator Ikatan Setia Kawan Wartawan Malaysia Indonesia, tinggal di Kuala Lumpur E-mail: dirwan2005@hotmail.com
Dari beragam informasi yang diperoleh, baik dari obrolan maupun bacaan, terkait topik di atas, tergerak hati saya untuk menulis fenomena perilaku orang-orang partai politik (parpol) di Indonesia. Sekaligus, ketertarikan itu termasuk membincangkan pemimpin parpol yang sekaligus juga pemimpin rakyat: apakah kapasitas sebagai Presiden, Menteri, Gubernur hingga ke Bupati dan Walikota. Selain itu, saya juga ingin menyinggung para pejabat dan pengikutnya yang berasal dari partai termasuk inner circle (orang dalam) di sekelilingnya.  

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...