Rabu, 15 Januari 2014

Mengenang Wali Kota Pejuang Bagindo Aziz Chan

OLEH  Anas Nafis

 PENGANTAR

Enam tahun yang lalu yakni di bulan Juli tahun 1999 tulisan mengenai Bagindo Aziz Chan ini telah diturunkan Harian Singgalang, namun karena banyaknya pertanyaan mengenai sepak terjang beliau yang disampaikan kepada penulis, ada baiknya disampaikan kembali juga melalui harian yang sama. 
Asli tulisan berasal dari majalah resmi pemerintah “Madjalah Penerangan Sumatera Tengah” No. 112, 15 Djuli 1953, tahun IV dengan judul tulisan “PAHLAWAN NASIONAL AZIZ CHAN”.
Melihat judul tulisan di atas serta suara-suara yang berkembang belakangan ini agar beliau diusulkan sebagai “Pahlawan Nasional”, hemat penulis sebelum permintaan itu disampaikan, ada baik diteliti terlebih dahulu mengapa sampai ada judul majalah pemerintah tahun 1953 itu seperti demikian.
            Selamat membaca !

Padang Juli 2005
Anas Nafis
<a href="http://962b2kncnry4uua-zn3oysrpuj.hop.clickbank.net/" target="_top">Click Here!</a>

Cermin Halte dan Pemko Padang

OLEH Nasrul Azwar

Halte untuk penumpang Trans Padang tanpa tempat duduk
Tak jelasnya konsep, arah, realisasi pembangunan dan penataan Kota Padang 10 tahun terakhir, bukan saja direpresentasikan atau diwakili semrawutnya Pasar Raya Padang, tetapi dapat dilihat dari cara Pemerintah Kota Padang membangun halte dengan melakukan bongkar pasang berulang-ulang. Realitas ini adalah gambaran nyata buruknya tata kelola Pemerintah Kota Padang yang dipimpin Fauzi Bahar selama dua periode dengan dua wakilnya: Yusman Kasim (2004-2009) dan Mahyeldi Ansharullah (2009-2014). 

Selasa, 14 Januari 2014

Sistem Pendidikan: Penjara Nasional

OLEH Nasrul Azwar
Sistem Pendidikan Nasional Indonesia bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia lndonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Sistem pendidikan juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial, dan sikap menghargai jasa para pahlawan serta berkeinginan untuk maju. Iklim belajar mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri sendiri dan budaya belajar di kalangan masyarakat terus dikembangkan agar tumbuh sikap dan perilaku yang kreatif, inovatif, dan berorientasi ke masa depan.

WAWANCARA DENGAN ANDREA HIRATA: “Lebih Senang Dikontak Guru Ketimbang Pejabat”


Pengantar Redaksi
Buku Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov merupakan karya Andrea Hirata Seman yang mencengangkan banyak orang di negeri ini. Tiga buku, minus Maryamah Karpov, meledak di pasaran. Selain di Indonesia, Laskar Pelangi juga diterbitkan di Malaysia, Singapura, Spanyol, dan beberapa negara Eropa lainnya.

Pekan Budaya: Habiskan Dana Lagi


OLEH Nasrul Azwar
Pekan Budaya Sumbar (Foto Antara)
Pekan Budaya Provinsi Sumatera Barat resmi dibuka kemarin di halaman Kantor Gubernur. Iven tahunan ini berlangsung sejak 4  sampai dengan 10 November 2013. Dari informasi yang diperoleh, pelaksanaan seremoni dan kegiatan digelar di beberapa lokasi: Gubernuran, Taman Budaya dan Museum Nagari, serta Kantor Dinas Budpar. Ini beda dengan tahun lalu yang terpusat. Tema yang diangkat , saya kira cukup “seksi”, yakni Gelar Kreasi Budaya Menuju Ekonomi Kreatif.  

PEMERINTAH DAERAH HARUS RESPONS: Dewan Kesenian Masih Diperlukan




OLEH  Nasrul Azwar

Sekjen Aliansi Komunitas Seni Indonesia (AKSI)


Lembaga kesenian formal—sebutlah ia bernama dewan kesenian—yang ada di Sumatera Barat, baik tingkat provinsi, kota, maupun kabupaten, lima tahun terakhir nyaris hilang ditelan waktu. Jika pun terdengar suaranya, taruhlah Dewan Kesenian Tanah Datar dan Kota Bukittinggi, tak lebih sekadar menjalankan program sporadis.
Kita mengetahui, dengan segala kemampuan dan keterbatasannya, tugas dan fungsi dewan kesenian adalah membina, mengembangkan, menghidupkan, dan memajukan kesenian, baik tradisi maupun modern, dan sekaligus membangun peradaban serta kebudayaan. Dewan kesenian yang ada selama ini dikelola masyarakat kesenian di tempat masing-masing.

Senin, 13 Januari 2014

Melipat Dua Minangkabau

OLEH Nasrul Azwar

Membaca Minangkabau dalam perspektif keberagaman (plural) budaya pada saat kini dipandang sangat penting. Masyarakat Minangkabau dalam perspektif kultural dan historistiknya dengan pelbagai elemen dan institusi sosial yang dimilikinya, telah mampu menyelaraskan sekaligus mengembangkan prinsip demokrasi budaya. Kultur Minangkabau dan masyarakat pendukungnya yang terbuka menerima keberagaman, berkontribusi besar pada perjalanan bangsa ini. Tapi itu dulu. 
Kini, meruyak dan menyubur gagasan dan wacana di tengah masyarakat Minang yang justru kontraproduktif dengan semangat prinsip demokrasi budaya dan penghormatan pada keberagaman. Barangkali kasus paling update adalah tentang penolakan berbagai organisasi masyarakat dan individu terhadap rencana pembangunan Superblok Lippo Grup di Kota Padang. Namun, tak sedikit pula yang mendukung pembangunannya.

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...