CERPEN Deddy Arsya
Dia hendak menuruni tangga kapal ketika ingatan pada
mimpinya tiba-tiba menghentikannya. Beberapa hari belakangan ini, dia terbayang
lagi leher-leher yang putus tertebas parang, decap bunyi anak panah menghujam
kulit tubuh, atau letusan meriam yang menyalak tiada henti. Bermula, dua malam
berturut-turut di Batavia, sejak itu, dia terus bermimpi lagi tentang perang melawan
pasukan Pangeran, kelepak terompah kuda, desing dan letusan balansa, besi-besi
yang berdentang, juga dentuman-dentuman yang memekakkan telinga. Dia mulai lagi
membayangkan nyalang mata musuh yang meregang nyawa menatapnya tak kejap-kejap,
bunyi daging-daging yang terkelupas dan gosong terpanggang, tubuh-tubuh yang
sungsang, juga kepala yang lepas dari badan.