OLEH H. Kamardi
Rais Dt. P. Simulie
Pada penghujung
tahun 1957 situasi tanah air semakin panas. Seakan-akan bara api yang siap
nyala membakar daun-daun kering yang berserakan di persada tanah air. Belum
setahun gerakan-gerakan daerah mengambilalih
jabatan Gubernur Sumatera Tengah oleh Ketua Dewan Banteng A. Husein dari tangan
Gubernur sipil Ruslan Muljohardjo, (20 Desember 1956) Gubernur Sumatera Utara St.
Komala Pontas diambilalih oleh Simbolon (22 Desember 1956). Kolonel Simbolon kemudian didaulat oleh Letkol
Djamin Gintings. Gubernur Sumatera Selatan Winarno oleh Panglima Barlian (9
Maret 1957).
Kabinet Ali II
memang sudah jatuh digantikan oleh Kabinet Djuanda yang dibentuk oleh formatur
tunggal Bung Karno. Keadaannya semakin tidak berdaya menyelesaikan kemelut
tanah air yang chaos di segala bidang
: politik, ekonomi, sosial, keamanan dan pemerintahan.