CERPEN Indrian
Koto
“Minyak aku situang-tuang, dituang dalam kuali. Bukan aku
berminyak seorang, beserta bulan dan matahari. Asam limau purut asam lima
sanding, ketiga asam limau lungga. Menurut si Mega seperti anjing, menangis
tidak akan kubawa. Berkat lailah hailallah. Huallah…”
Aku melafazkan kalimat itu pelan-pelan sambil meniupkan ke
minyak rambut merek Lavender biru-pekat di tangan sebelum menggosokan ke
rambutku.
Sisir bermerek Tancho hitam dan rapat menggaruk kepalaku
yang licin. Kusisir ke samping, ke depan, ke belakang, subhanallah,
rebahnya bagus. Aku menatap kaca yang selebar telapak tangan, memperhatikan
betul-betul wajahku di sana. Apakah minyak Lavender ini yang telah membuat
rambutku begini patuh, atau kekuatan mantera telah menggerakkan semesta tunduk
kepadaku?