OLEH Mestika Zed
Guru Besar Ilmu Sejarah dan
Direktur Pusat Kajian Sosial-Budaya & Ekonomi (PKSBE), Universitas Negeri
Padang
Mestika Zed |
SEJARAH memerlukan
peristiwa. Peristiwa memerlukan tokoh. Dan tokoh harus tewas dalam peristiwa.
Bagi yang tidak tewas dalam peristiwa, nasibnya akan dipertimbangkan lewat
sejarah.
Masalahya sejarah yang
mana? Sejarah formal? Atau sejarah publik?
Oleh karena politik yang
mendefinisikan syarat-syarat menjadi tokoh ”pahlawan” didasarkan pada ideologi,
maka ia menjadi urusan ”politik ingatan” (politics
of memory) rezim yang berkuasa. Dalam konstruksi ”politik ingatan” semacam
itu, ada tokoh yang harus diingat dan diulang-ulang mengingatnya, bahkan dengan
berbagai cara (buku, film, bangunan dan arsip), dan pada saat yang sama ada
pula yang wajib dilupakan. Ada tokoh yang pada suatu zaman dielu-elukan,
kemudian hilang atau dihilangkan dari peredaran memori bangsa. Mengapa bisa
demikian?