Jumat, 25 Oktober 2013

Robohnya Benteng Moral di Minangkabau



OLEH Fadhilah

Dosen Psikologi Islam IAIN Imam Bonjol Padang

Nagari Pariangan
Beberapa waktu lalu, masyarakat Sumatera Barat dan Ranah Minang dihebohkan dengan pemberitaan tentang ditutupnya The Fellas Cafe and Resto, sebuah tempat hiburan malam di pusat kota Padang. Heboh tak karena cafe itu tak punya izin sah, tapi terutama karena ketahuan menampilkan tarian telanjang alias striptease. Mungkin  tak disangka banyak orang, tapi begitulah kenyataan sosial di Sumbar hari ini. Kota Padang seakan tak beda lagi dengan citra kota-kota metropolitan pada umumnya. Bahkan di Jakarta saja, tak ada izin tempat hiburan malam menampilkan tarian telanjang.

HUTAN ADAT DI “PERSIMPANGAN JALAN”: Kedudukan Hutan Adat di Sumatera Barat pada Era Desentralisasi



OLEH Kurnia Warman
Dosen Hukum Agraria Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang


Pendahuluan
Walaupun belum bisa mensejahterakan sebagian besar rakyat, kebijakan desentralisasi di Indonesia, pasca runtuhnya orde baru 1998, betul-betul telah dirasakan dampaknya bagi kehidupan masyarakat, termasuk masyarakat hukum adat. Secara yuridis, otonomi daerah terutama diawali dengan keluarnya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Salah satu bentuk kebijakan yang bersentuhan dengan kehidupan sosial di masyarakat paling bawah (masyarakat hukum adat) adalah berkaitan dengan sistem pemerintahan desa (village goverment). Berdasarkan UU tersebut, bentuk pemerintahan desa yang sebelumnya diseragamkan oleh pemerintah orde baru[1] boleh kembali dibentuk tidak seragam yaitu berdasarkan hak asal usul dan adat istiadat masing-masing. Pasal 1 Huruf (o) UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian dimuat juga dalam Pasal 1 Angka (12) UU No. 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Problem Eksistensi Lelaki Minangkabau



OLEH Sondri BS
Pemerhati Budaya
Pengakuan terhadap keberadaan individu di tengah lingkungan sosial dalam berbagai lingkupnya menjadi penting bagi manusia. Manusia yang mengalami krisis identitas dan eksistensi karena serangan atau tekanan dari pihak lain akan menunjukan gejala-gejala tidak percaya diri, lalu berusaha menunjukkan keberadaannya dalam bentuk simbol-simbol tradisi dan romantisme kejayaan di masa lalu.  

PUISI Sondri BS




Seseorang

I
beberapa cahaya menetesi malam
gelisah angin di bibir jendela
seseorang, mungkin menanti mimpinya
kenangan menggeliat dalam jelaga
hidup telah jauh sendirian saja
pergi bagai kereta meninggalkan stasiun
berpasang mata hanya saling melepaskan
kemudian memendam rindu, bagai ratap biola
manusia : hanya kesedihan yang dihibur dengan tawa

II
malam akan sampai diujungnya
dan kau kan sendiri memeluk kenangan
kesedihan bagai seseorang pergi
tak ingin mengulang jejaknya

lalu senyap bertanya bagai kawan
sudah kau temukan beberapa bagian hatimu yang hilang
ah, sampai kini juga belum ada kabarnya.

2012

PUISI Yeni Purnama Sari



Narasi Secangkir Kopi dan Daster

Suaminya baru saja pulang kerja. Wajahnya tampak lesu dan penat. Istrinya sedang sibuk mencuci. Bergegas ke dapur, bikin kopi. Dua sendok kopi, dua setengah sendok gula dimasukkan ke dalam cangkir.
“Suamiku suka kopi yang manis” bisiknya
Lalu ia terus tersenyum sambil mengaduk kopi. Ia mengaduk rasa pahit dan panis bersamaan. Saat mengangkat sendok, tetesan kopi jatuh di ujung dasternya. Ujung daster itu tampak sempurna kusamnya oleh tetes yang membiaskan noda hitam.
“Tak apa”, lirihnya.
Ia bertekad membiarkan noda hitam dan aroma pekat kopi menempel di daster malam pertamanya itu. Dengan begitu ia tak akan kesepian meski suaminya sedang jauh dari rumah. Aroma kopi adalah harum tubuh suaminya. Secangkir kopi telah selesai ia buat. Bergegas diantarkannya ke ruang tengah. Masih panas, jari-jari mungilnya memerah. Diletakkannya secangkir kopi itu di atas meja. Suaminya sedang asik menatap layar komputer. Masih ada kerja yang belum sudah di kantor.
Ia berdiri di hadapan suaminya. Menunggu komentar tentang kopi buatannya hari ini. Suami menyeruput kopi yang masih panas, kemudian kembali menatap layar komputer, tanpa menyisakan setetes kata untuknya.
Bibir istrinya mulai pegal menahan senyum. Tiba-tiba ada suara ketukan di pintu. Rupanya ada tamu, beberapa orang rekan kerja.
“Mari, masuk! Mari minum kopi!” Ujar suaminya sambil menyodorkan secangkir kopi.
Senyum istrinya jatuh berserak di lantai. Bergegas ia ke kamar mengganti dasternya, dan melempar daster kusam malam pertama itu di atas tumpukan kain kotor.

18 Desember 2011

Kekasih Kupu-Kupu

CERPEN Dodi Prananda                                

Karya Amrianis: Teater Malin Kundang
Apa binatang paling menarik di dunia ini? Bila mungkin pertanyaan itu kujawab, dengan matang aku akan menjawab; kupu-kupu. Bukan semata, karena karena aku memiliki kekasih cantik rupa bernama Kupu.
Cantik, indah dan menawan, itulah komentarku ketika setiap bertemu kupu-kupu. Hal yang sama ternyata juga kualami ketika bertemu Kupu. Aku mengulang komentar itu untuknya; cantik, indah dan menawan.
Aku ingat dulu, ibu sering bilang, kalau ada-ada kupu-kupu yang masuk rumah, itu artinya akan ada tamu yang datang. Imajinasi kanakku, membayangkan, kupu-kupu itulah yang akan berubah menjadi tamunya. Tapi, ternyata tidak. Seringkali, apa yang ibu bilang terjadi. Ada tamu yang datang. Tunggu! Itu akan terjadi kalau saja kupu-kupunya warna-warni, bukan berwarna hitam. Tapi, kalau saja kupu-kupunya berwarna hitam, “Penanda kematian. Akan ada yang mati. Kupu-kupu memberi kabar,” kata ibu.  Cerita itu, tak mengurangi rasa cintaku pada kupu-kupu. Dan, karena aku telah menamai diriku; Kekasih Kupu-Kupu.
***

PUISI Irmadani Fitri




Hujan Panas
Langit memang makin cerah pada pagi, juga siang jelang sore
kota ini serupa kampung halaman nan dirindu
tertahan dalam diri
serupa panas hari ini yang mengandung butir-butir hujan
membasah di ujung mata
kau bernama rindu
jadi matahari di siang ini yang esok mungkin masih kembali
dengan panas yang sama
juga bulir-bulir hujan yang disimpannya.

Kubangtungkek, 7 Mei 2011

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...