Rabu, 16 Oktober 2013

PUISI Esha Tegar Putra


PUISI Esha Tegar Putra

Akan Ada yang Lelap

“Akan ada yang lelap dalam gerimis.” Seperti terakhir kali
aku katakan, seketika gerimis bertikaian. Dan kau benar terlelap
dalam dongengan yang tak akan pernah mampu kuselesaikan.

Seketika itu aku lupa menanam potongan kisah tentang sakit.
Semisal amuk gelombang, pohon tumbang, tusukan pada
punggung, atau maut yang sembarangan bermain tangan.

Gerimis teramat lamban, ada angin bergerak kosong, tik-tak
tik-tok jam sahut-bersahut dengan napasmu (atau barangkali
bunyi getar pada jantungmu.)

“Tapi seketika itu waktu adalah hitungan mundur kepergian.”
Sampai hari bermain curang. Waktu cuma imajinasi mengenai
cuaca dalam potongan gambar bergerak, tak akan bisa disangkal.

Di lamban gerimis, sisa napasmu tinggal gaung udara dalam
ruangan: Dan beberapa potongan gambar kuhentikan di antaranya.

Mata Anjing

CERPEN Alizar Tanjung
Aku menyaksikan mata anjing di beranda. Mata anjing di atas meja ukiran jepara. Di atas piring kaca dialas kain putih. Matanya mengeliat. Sebilah pisau di sebelah mata anjing. Pisau itu kemudian memantulkan mata anjing. Pisau itu memantulkan kepalaku, hidungku yang berdarah-darah, pipiku yang berdarah-darah, telingaku, keningku, kelopak mataku, jenggot tipisku.
Aku dapat melihat mataku bermain-main di bola dunia mata anjing. Dua bola mataku, aku saksikan sayu.
“Tuanku yang punya ruh. Kau orang hidup. Aku kini benda mati yang hidup.” Ouh, mata itu bicara. Mata paling setan yang pernah kusaksikan. Paling setan dari hari setan. Konon hari itu hari ketika Adam dilemparkan ke dunia. Hawa merayunya memakan buah kemelaratan. Terlemparlah Adam. Tapi memang kodrat perempuan. Ia berasal dari tulang rusuk yang bengkok, kalau engkau biarkan ia akan terus bengkok, kalau engkau paksa meluruskan ia akan patah.

PUISI Ramadhani


PUISI Ramadhani

Mulanya Kata

dalam bunyi apa sunyi menyelinap dalam kata?
pada ngilu-pilu sesayat luka
atau gebalau perang yang kacau

di jalan yang mana kata menjemput kedatangan makna?
apa pada jauh tempuh sebuah perjalanan
atau di sudut ruang perenungan

dalam rupa yang mana sunyi mengikat makna pada kata?
apa pada catatan para ahli bahasa
atau serupa dahaga penyair akan aksara


Kandangpadati 2010

Puisi Riyon Fidwar

Puisi Riyon Fidwar

Airmata

mengapa hanya airmata yang mengiba
ketika luka membisa, mengorek
sum-sum dan urat nadi
sedangkan kuku dan rambut
tak pernah mengundang tangis
bila di potong dan di iris

mengapa hanya airmata yang mengiba
ketika darah nanah
membasuh pedang dan peluru
apakah airmata ramuan kepiluan,
atau ramuan kerinduan?



Padang, 2010

Marapulai

CERPEN Delvi Yandra

Malam ini adalah malam terberat sepanjang hidupku. Pikiranku terus melambung. Aku hanya terus duduk merenung di sudut kamar. Di atas lapik kubentangkan kitab suci tanpa membaca surat-surat di dalamnya. Sesungguhnya, besok aku akan menjadi marapulai.
Bukan pekerjaan yang kupersoalkan atau masalah setoran yang cukup membuat repot tapi ini adalah persoalan anjuran agama. Besok aku akan melaksanakan akad nikah. Gadis pinangan yang dipilih Abak bukanlah perempuan yang kucintai. Sebenarnya aku belum berniat mencari pendamping hidup dengan alasan bahwa aku masih ingin menikmati kesendirian dengan pekerjaanku. Jadi, tak perlu kiranya kusebutkan bagaimana sebenarnya perempuan itu. Yang jelas, ia bukan perempuan yang dapat membuat aku jatuh hati padanya. Tidak ada pesona yang menarik.

Senin, 14 Oktober 2013

Catatan Pertunjukan “Empat Lingkar” Komunitas Intro Payakumbuh: Puitik, Monoton, dan Sedikit Gagap


OLEH Susandro
Penikmat Teater
Adegan pertunjukan Empat Lingkar (Dok)
“Mereka lahir tersebab takdir dan impian. Setelah lahir mereka pun tumbuh dalam impian. Dan ketika hamil mereka kembali bermimpi, obsesi, klise, bahkan menakutkan.”
Frase di atas jadi kata kunci pertunjukan teater Empat Lingkar yang diusung Komunitas Seni Intro Payakumbuh, karya dan sutradara Della Nasution—seorang perempuan aktivis seni—yang dilangsungkan di arena sederhana di Komunitas Seni Intro Payakumbuh pada 4 Desember 2010. 

Koreografer Perempuan Bicara tentang Perempuan

OLEH Asril Muchtar
Pemerhati Seni Pertunjukan dan Dosen ISI Padang Panjang
“Jalan Andami” karya Evadila(Foto AM)
Minggu, (26/12/2010) ada dua karya tari yang menjadi peristiwa budaya di Padang Panjang, yakni; “Jalan Andami” karya Evadila dan “Aku dan Sekujur Manekin” karya Nike Suryani. Kedua karya ini didedikasikan sebagai tugas akhir penciptaan tari Program Pascasarjana ISI Padang Panjang dan sebagai pertunjukan penutup tahun 2010.
Evadila mementaskan koreografinya di Gedung Jurusan Teater ISI, sedangkan Nike Suryani di Auditorium ISI Padang Panjang.
Keduanya mencoba membaca persoalan yang banyak dialami oleh para perempuan dalam kasus dan suasana batin yang berbeda. Evadila mencoba menoleh ke masa silam dengan menginterpretasi episode Kataluak Koto Tanau dari kaba (cerita) Anggun Nan Tongga versi seni tutur sijobang.

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...