Menulis Novel “Kerja”
Kreatif!
OLEH Darman
Moenir
Sastrawan
MENULIS karya sastra, dalam hal ini, novel, pada
hkreatifakikatnya adalah “pekerjaan” (di antara tanda petik) . Setelah Allah
SWT menciptakan laut maka manusia membuat garam. Setelah Allah SWT menciptakan
kapas maka manusia menenun kain. Setelah Allah SWT menciptakan eter, maka
manusia mengadakan komunikasi maya. Dan setelah Allah SWT menciptakan alat
bicara dan kata dan bahasa (juga bahasa Indonesia), maka manusia mengadakan
bahasa tulis, penyair menciptakan puisi, novelis menciptakan novel. Mencipta
melalui pemberian yang Mahakuasa itu adalah kreativitas!
Sekali garam terbentuk, sekali kain tertenun, dan sekali
internet terujud, maka kreativitas itu berubah menjadi produktivitas. Pembuat
garam, penenun dan pembuat piranti dunia maya berikut hanya mengulang atau
melanjutkan apa yang dikerjakan pendahulu. Tidak lebih, tidak kurang. Begitu
pula, menulis Salah Asuhan (1928), merupakan
pencapaian luar biasa Abdul Muis. Siapa pun yang kemudian menulis seperti yang dilakukan Abdul Muis takkan
menghasilkan novel bermutu. Sekali lagi, bermutu,
satu kata yang saya pinjam dari Suryadi, yang sekarang berada di Negeri
Belanda.