OLEH Heru Joni Putra
Mahasiswa
Sastra Inggris FIB Unand
Heru Joni Putra dan Agus Hernawan |
Setiap ada tulisan perihal kritik sastra,
tak jarang muncul polemik, baik itu yang mempermasalahkan langkanya kritikus
sastra, karya kritik yang tidak layak,
ataupun yang mempertanyakan peran akademisi sastra sebagai kritikus
sastra.
Setidaknya hal tersebut selalu menjadi bahan
pembicaraan yang tak dapat dihindarkan. Tetapi tetap saja tak ada muncul
kritikus yang diharapkan—(sebenarnya penggunaan kata “diharapkan” di sini pun
agak meragukan bagi saya, karena harapan sastrawan sebagai produsen karya
sering tak sesuai dengan harapan kritikus), sehingga polemik-polemik mengenai
kritik sastra terus berlanjut sampai sekarang dan bahkan merembes ke masalah
lain.