Tampilkan postingan dengan label IN MEMORIAM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label IN MEMORIAM. Tampilkan semua postingan

Selasa, 02 Maret 2021

Keprihatinan Maestro Dendang Minangkabau, Sawir Sutan Mudo

OLEH Nasrul Azwar

KABAR duka menghinggapi dunia seni pertunjukan tradisi Minangkabau. Salah seorang maestro seni dendang saluang, Sawir Sutan Mudo, meninggal dunia dalam usia 78 tahun di rumahnya di Aua Tajungkang, Tangah Sawah, Guguk Panjang, Bukittinggi, Selasa 9 Juni 2020, pukul 06.00 karena usia lanjut.

Senin, 23 November 2020

Nedi Gampo, “Manggampokan” Sejarah Musik Minang Kocak

OLEH Nasrul Azwar dan Rahmat Irfan Denas (Jurnalis)

 

Oi Jawinar.., Jawi Jawi

Ondeh Jawinar oi

Tajadi juo apo nan Den takuikkan

Dulu kau cinto, kini kau tak ajan

Aden bacampaan


Malam minggu ka patang ko

Aden apel ka rumah kau

Hei jan kan pintu, pintu nan ka dibukak

Tapi Abak kau tagak macik palakak

Langkah Den baserak

 

Lirik bergenre kocak itu bagian penggalan lagu berjudul “Jawinar” salah satu dari ratusan lagu yang diciptakan sekaligus dinyanyikan Nedi Gampo, yang cukup populer di era tahun 90-an. Lagu ini cukup kocak dibawakan Nedi Gampo.  

Sebelum Nedi Gampoi, seniman musik Minang dengan aliran genre jenaka dan lucu ialah Syamsi Hasan. Bedanya, Syamsi Hasan semata menyanyi sedangkan Nedi Gampo penyanyi sekaligus pencipta, dan komposer atau piñata lagu.

Seniman musik Minangkabau ini—bernama asli Nedi Erman—bagi pengamat musik menyebutnya sebagai penyanyi kocak dan jenaka Minangkabau. Penamaan ini sepertinya disesuaikan dengan lirik-lirik lagu Nedi Gampo yang memang cenderung mengocok perut pendengar.

Jumat, 23 Oktober 2020

Darman Moenir, "Berbako" kepada Kata-kata

OLEH Eko Yanche Edrie (Wartawan)

Seingat saya, pertemuan pertama dengan Darman Moenir adalah di Harian Singgalang, tak lama setelah galodo Bukit Tui 1987. Saya kebetulan mengantarkan berita dari Padang Panjang ke kantor redaksi di Jalan Veteran 17. Darman duduk di hadapan Bang Joesfik Helmy yang menjadi Wapemred Singgalang.

"Iko Darman Moenir, Bung, salami lah ciek," kata Bang Jimmy—sapaan akrab M. Joesfik Helmy—sambil mengamit saya.

Saya menyalaminya dan memperkenalkan diri. Lalu Darman memuji tulisan saya tentang 'Kipeh Sate' yang dimuat tiap Rabu di Harian Singgalang. Saya merasa tersanjung, karena saya sudah lama mengenal nama Darman Moenir. Tentu saja sebagai penikmat sastra, saya sudah baca juga novel Bako karyanya. Tapi, baru kali itulah saya bertemu Darman Moenir dan berkenalan.

Jumat, 04 September 2020

Marah Agus Yunus, Lukisannya Dijadikan Payung….

PELUKIS TEMPO DULU MINANGKABAU

OLEH Alwi Karmena (Budayawan)

Foto Yeni Purnama
Kehidupan berkesenian memang kehidupan yang pahit. Apalagi kalau seniman yang berkesenian itu tersuruk di pelosok. Tak punya tukang anjung. Tak punya kesempatan bergantung dengan ahli sponsor. Bagaimana pun prestasinya. Dia akan rebah dilanda lajunya derap gegas orang-orang yang beruntung karena punya tukang "tandem".

Senin, 02 September 2019

Prof Mestika Zed, di mana Saja Asal di Surga

Saya bersama dengan Prof Dr Mestika Zed, M.A dalam sebuah seminar. Foto Dok Pribadi


 IN MEMORIAM

OLEH Muhammad Nasir (Dosen di UIN Imam Bonjol Padang)

Suatu siang 30 Agustus 2019 di sebuah seminar, seseorang pria yang amat saya kenal menggamit saya yang baru masuk ke ruangan sebuah seminar. “Sini!” katanya seraya menggeser sebuah kursi kosong di sampingnya. Di barisan paling belakang ruangan. Nervous dan agak grogi saya duduk di sampingnya. Di samping Prof Dr Mestika Zed, M.A, Guru Besar Sejarah Universitas Negeri Padang. Guru saya juga.

“Bagaimana tesis Anda? Jadi membahas terorisme?” tanya Prof Mestika Zed singkat dan hangat.

“Alhamdulillah Prof. Sudah selesai. Ya Allah, Prof masih ingat itu,” jawabku sedikit kaget dengan pertanyaan yang lebih mirip sapaan hangat itu.

“Ya, ingatlah. Tapi saya hanya  agak-agak lupa nama Anda,” jawabnya.

Sabtu, 16 Januari 2016

Sjafrial Arifin dan Mata Elang

OLEH Eko Yanche Edrie
Sjafrial Arifin
Dalam dua hari ini berita duka kehilangan wartawan senior bertirit-tirit saja. Saya menulis obituari untuk almarhum Uda Zaili Asril, Senin (11/1/2016) sekitar pukul 23.55 WIB. Semalam saya harus tulis satu obituari lagi, kali ini untuk senior saya Uda Sjafrial Arifin atau kami di Surat Kabar Singgalang memanggilnya Da Cap. Da Cap meninggal dalam usia 67 tahun.

Kegelisahan Sutan Zaili Asril

OLEH Nasrul Azwar
Sutan Saili Asril
Tulisan dan pemikiran lebih panjang usianya daripada penulisnya karena ia akan dibaca terus menerus dari generasi ke generasi kendati penulisnya telah tiada. Kegelisahan paling panjang bagi Sutan Zaili Asril adalah Minangkabau, serta langkanya wartawan yang melahirkan buku.
Sutan Ziali Asril (60), wartawan senior yang visioner juga mantan COO Grup Padang Ekspres, telah dikebumikan di pandam pekuburan keluarga di Korong Kiambang, Kenagarian Pakanbaru, Kecamatan 2 x 11 VI Lingkung, Padang Pariaman, Sumatera Barat, Selasa (12/1/2016) menjelang salat Ashar. Ia istirahat di sebelah pusara Umi, ibunya, untuk selamanya.

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...