SIMFest VI
2015: Musik Menjawab Kegelisahan Kultural
Sawahlunto, Penabuh
drum kondang asal Ibukota Jakarta, Gilang Ramadan mengunci dengan aktraktif dan
memukau ribuan penikmat musik hari pertama Sawahlunto International Music Festival
(SIMFest VI) 2015 di Lapangan Segitiga Kota Sawahlunto, Jumat (18/9/2015),
sekitar pukul 23.30 WIB.
Seniman dan drumer terbaik Indonesia ini,
mengawali penampilannya secara tunggal. Tak hentinya, standing applause dari penonton bergema menyambut serenten tingkah
harmonisasi bebunyian drum dan desiran simbal. Tampil dinamis dan komunikatif,
Gilang mengakhiri permainan tunggalnya
dengan mengajak para penonton dan pejabat Kota Sawahlunto untuk terus
melanjutkan SIMFest ini.
“Ini festival seni yang sangat bagus.
Jangan berhenti sampai di sini. SIMFest ini membuat kita tersenyum. Dunia akan damai
selama musik terus dimainkan. Selamat malam Sawahlunto,” kata Gilang. Penonton
pun menyambutnya: “Malam....”
Lalu ia memanggil dua seniman lainnya naik
ke atas panggung untuk bersama-sama kolaborasi melahirkan bebunyian yang indah.
“Saya panggil teman saya, Aldon, pemusik
tradisi ranah Minang. Ia akan mainkan saluang dan bansi. Lalu Steev Kindwald
peniup alat musik etnis dunia dari Amerika. Kedua musisi ini adalah seniman
hebat dunia,” terang Gilang.
Dengan tingkat improvisasi yang tinggi
dan dinamis, ketiga pemusik yang berbeda-beda kepiawaian ini, memunculkan happening arts memesona telinga.
Perpaduan bebunyian alat musik yang mereka mainkan, kembali mempertegas gagasan
utama dari SIMFest yang telah kali digelar di Kota Sawahlunto ini, yakni
tentang keberagam musik etnik dan dialog budaya lewat musik. Kehadiran musisi
dalam perayaan SIMFest ini seperti menjawab kegelisahan kultural.
“Ini kolaborasi yang sangat memukau. Kita
seolah merasakan komunikasi intensif perjalanan budaya. Bebunyian dan
harmonisasi yang mereka hasilkan menjadi catatan kekuatan peradaban manusia
kontemporer kendati memainkan musik tradisi etnis. SIMFest “memaksa” seniman
musik menjawabnya, sekaligus menepis kegelisahan kultural,” kata Yusrizal KW,
sastrawan nasional yang malam itu larut di antara penonton.
SIMFest VI ini dibuka secara resmi oleh
Walikota Sawahlunto Ali Yusuf dengan pemukulan gandang tambua di atas panggung
bersama dengan pejabat-pejabat lainnya. Setelah pemukukan gendang, Walikota
Sawahlunto selanjutnya mengenakan salempang hasil tenunan masyarakat Silungkang
Sawahlunto kepada semua seniman yang hadir dalan SIMFest.
“Pemasangan salempang ini kepada seniman
yang ikut memeriahkan SIMFEst merupakan “ritual” wajib sejak pertama kali
SiMFest digelar pada 2010 lalu,” kata pembawa acara Kurniasih Zaitun.
Sementara itu, Edy Utama dan Hilltrud
Cordes, dua orang kurator SIMFest 2015 ini, dalam sambutannya mengatakan, sejak
pertama kali digelar SIMFest ini hingga yang keenam kalinya pada 2015,
konsistensi menjaga keberagaman musik etnik dunia, tetap dipertahankan.
“Ini penting untuk menguatkan kembali
harmonisasi kebersamaan dan saling menghormati keberagaman budaya antarbangsa.
Musik adalah bagian penting dari peristiwa ini. kekayaan musik etnis di dunia ini,
membuka banyak kemungkinan terjadinya komunikasi kultural. Sebagai kurator,
kami sangat respek dengam hal itu. SIMFest konsisten pada pilihan itu,” kata
Edy Utama dan Hilltrud Cordes.
Selain penampilan Gilang Ramadan, SIMFest hari pertama ini juga menghadirkkan
Kelompok Arastra Dol dari Bengkulu, Talempon Olah Raso dari Kota Sawahlunto,
Group Stierwascher dari Austria, dan Steev Kindwald dari Amerika.
Di antara ribuan penonton itu, tampak
mantan Walikota Sawahlunto Amran Nur dua periode 2003-2013. Semasa ia jadi
walikota, SIMFest ini digagas dan dilahirkan. Juga, dengan khsusk menikmati
musik, Susilo Siswo Utomo, mantan Wakil Menteri ESDM periode (2009-2014), Jasman
Rizal (mantan kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Solok), Makzul Veri, mantan
Ketua KPU Sumbar, seniman dan pencinta musik dari Padang, dan masyakarat Sawahlunyo.
(NA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar