Sabtu, 09 Maret 2024

Tentang Zukri Saad

Zukri “Uwan” Saad dilahirkan pada pagi berkabut di pinggang Gunung Marapi, di Jorong Pincuran Landai, Nagari Kubang Putiah, Banuhampu, Agam, Sumatera Barat, pada  5 November 1955. 

Menyelesaikan kuliah di Jurusan Kimia,  Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1985 dengan predikat mahasiswa abadi. Aktivitas sebagai Ketua Umum Perkumpulan Studi Ilmu Kemasyarakatan, Ketua Dewan Mahasiswa ITB bidang Pengabdian Masyarakat dan Aplikasi Teknologi serta penggiat Yayasan Mandiri Bandung yang bergerak di bidang teknologi tepat guna, telah mewarnai pengambilan keputusannya untuk tidak bekerja di dunia profesi kimia. Ia lebih memilih bekerja sebagai aktivis di tengah-tengah masyarakat miskin Indonesia yang terpinggirkan oleh pembangunan, ketimbang menjadi sekrup pada dunia industri yang sedang digalakkan oleh Pemerintahan Orde Baru.

Uwan, demikian ia akrab disapa, sudah menjadi aktivis LSM sejak 1976 di Kota Bandung, selanjutnya mendirikan Lembaga Pengembangan INS Kayutanam, Padang Pariaman sebagai wujud keprihatinan terhadap ketidaksiapan lulusan pendidikan formal memasuki dunia kerja pada akhir tahun 1985. Uwan memimpin lembaga ini sampai tahun 1988. 

Karena perlu konsentrasi penuh mendampingi masyarakat di berbagai pelosok di Sumatera Barat, bersama teman-temannya mendirikan Yayasan Insan 17 di Padang. Sempat 4 tahun memimpin lembaga ini sampai pada tahun 1992. Di Makassar, Sulawesi Selatan, ia terpilih menjadi Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) dan berkiprah sebagai pejuang lingkungan hidup sampai pensiun pada Juni 1996.

Periode pensiun ini diisinya dengan merantau kembali ke kampung halaman dan belajar bertani sayur-sayuran yang bervisi alami di dataran tinggi Lembah Gumanti, Kabupaten Solok. Waktu itu ia bangga sekali membagi-bagikan kartu nama berpredikat petani sayur dan buah, namun lengkap dengan e-mail dan website.

Tapi, dunia aktivisme tak dapat ditinggalkannya. Buktinya perjalanan nasib mengharuskannya menjadi Ketua Koperasi Ekuator Minang Media. Sebuah koperasi yang bergerak di sektor modern, yang memiliki beberapa anak perusahaan. Di antaranya koran komunitas Harian Umum Mimbar Minang dengan  tagline: untuk pembaharuan dan silaturahmi, portal internet mimbarminang.com, Penerbit Pustaka Mimbar Minang, perusahaan teknologi informasi Ekuator Minang Cyber, Kantor Hukum Ekuator, dan Perkebunan Kopi Arabika Ekuator Minang Agro di dataran tinggi Kabupaten Solok Selatan.

Lebih dari 6 tahun menjadi Ketua Koperasi, tuntutan kebutuhan keluarga mengharuskannya memilih pekerjaan lanjut sebagai konsultan di sektor pertambangan dan perkebunan. Sebagai pencinta lingkungan, ia pernah menawarkan gagasan pendekatan skenario dalam pengakhiran tambang, yang ia deklarasikan sebagai soft landing mine closure scenario. 

Pendekatan ini mendapat respons positif dari dunia pertambangan dan dijadikan pola pengelolaan tambang berkelanjutan. 

Di samping itu, melihat dahsyatnya konversi lahan menjadi perkebunan sawit dan menghidupi jutaan orang, saat ini ia tengah berkutat membangun perspektif baru dalam perkebunan yang justru harus menyejahterakan masyarakat sekitar kebun. 

Bersama karyawan sebuah perusahaan perkebunan swasta nasional yang mengedepankan tema “tumbuh kembang bersama masyarakat”, yang sejalan dengan visi dan keprihatinannya melihat maraknya konflik lahan yang terjadi di berbagai belahantanah air. Untuk sektor perkebunan yang rawan konflik ini, ia menawarkan gagasan community based forest management, integrated rural development and Strategic Corporate Social Responsibility.

Penerima beasiswa Ashoka yang berbasis di Amerika sebagai public-service entrepreneur pada 1986, Zukri Saad dicap sebagai “salah satu dari tujuh orang gila Indonesia” versi panel ahli di Harian Kompas pada 1992. Pada tahun 2013 menerima Satyalancana Kebaktian Sosial dari Pemerintah RI karena ketekunannya menjadi donor darah. Sampai bulan Oktober 2015 ini ia telah mendonorkan darahnya sebanyak 133 kali.

Menikahi boru Harahap yang pernah menjadi mahasiswinya, ia dikaruniai 3 orang anak yang menanjak dewasa, Kelana, Rindu, dan Kembara. Sembari bekerja di beberapa provinsi, di waktu luangnya ia tetap menekuni hobi berkebun organik dan menyelam. Apa yang tengah diusahakan dan menjadi perhatiannya, diistilahkannya sebagai “produk generasi”. 

Semua tulisan sudah diterbitkan dalam bentuk buku berjudul Kredit kepada Tuhan: Skenario Masa Depan (2017).  

ZS

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...