Menyelesaikan kuliah di Jurusan Kimia, Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1985 dengan predikat mahasiswa abadi. Aktivitas sebagai Ketua Umum Perkumpulan Studi Ilmu Kemasyarakatan, Ketua Dewan Mahasiswa ITB bidang Pengabdian Masyarakat dan Aplikasi Teknologi serta penggiat Yayasan Mandiri Bandung yang bergerak di bidang teknologi tepat guna, telah mewarnai pengambilan keputusannya untuk tidak bekerja di dunia profesi kimia. Ia lebih memilih bekerja sebagai aktivis di tengah-tengah masyarakat miskin Indonesia yang terpinggirkan oleh pembangunan, ketimbang menjadi sekrup pada dunia industri yang sedang digalakkan oleh Pemerintahan Orde Baru.
Uwan, demikian ia
akrab disapa, sudah menjadi aktivis LSM sejak 1976 di Kota Bandung, selanjutnya
mendirikan Lembaga Pengembangan INS Kayutanam, Padang Pariaman sebagai wujud
keprihatinan terhadap ketidaksiapan lulusan pendidikan formal memasuki dunia kerja
pada akhir tahun 1985. Uwan memimpin lembaga ini sampai tahun 1988.
Karena perlu
konsentrasi penuh mendampingi masyarakat di berbagai pelosok di Sumatera Barat,
bersama teman-temannya mendirikan Yayasan Insan 17 di Padang. Sempat 4 tahun
memimpin lembaga ini sampai pada tahun 1992. Di Makassar, Sulawesi Selatan, ia
terpilih menjadi Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi)
dan berkiprah sebagai pejuang lingkungan hidup sampai pensiun pada Juni 1996.
Periode pensiun
ini diisinya dengan merantau kembali ke kampung halaman dan belajar bertani
sayur-sayuran yang bervisi alami di dataran tinggi Lembah Gumanti, Kabupaten
Solok. Waktu itu ia bangga sekali membagi-bagikan kartu nama berpredikat petani
sayur dan buah, namun lengkap dengan e-mail dan website.
Tapi, dunia
aktivisme tak dapat ditinggalkannya. Buktinya perjalanan nasib mengharuskannya
menjadi Ketua Koperasi Ekuator Minang Media. Sebuah koperasi yang bergerak di
sektor modern, yang memiliki beberapa anak perusahaan. Di antaranya koran
komunitas Harian Umum Mimbar Minang dengan tagline: untuk pembaharuan dan
silaturahmi, portal internet mimbarminang.com, Penerbit Pustaka Mimbar Minang,
perusahaan teknologi informasi Ekuator Minang Cyber, Kantor Hukum Ekuator, dan
Perkebunan Kopi Arabika Ekuator Minang Agro di dataran tinggi Kabupaten Solok
Selatan.
Lebih dari 6
tahun menjadi Ketua Koperasi, tuntutan kebutuhan keluarga mengharuskannya
memilih pekerjaan lanjut sebagai konsultan di sektor pertambangan dan
perkebunan. Sebagai pencinta lingkungan, ia pernah menawarkan gagasan
pendekatan skenario dalam pengakhiran tambang, yang ia deklarasikan sebagai
soft landing mine closure scenario.
Pendekatan ini
mendapat respons positif dari dunia pertambangan dan dijadikan pola
pengelolaan tambang berkelanjutan.
Di samping itu,
melihat dahsyatnya konversi lahan menjadi perkebunan sawit dan menghidupi
jutaan orang, saat ini ia tengah berkutat membangun perspektif baru dalam
perkebunan yang justru harus menyejahterakan masyarakat sekitar kebun.
Bersama karyawan
sebuah perusahaan perkebunan swasta nasional yang mengedepankan tema “tumbuh
kembang bersama masyarakat”, yang sejalan dengan visi dan keprihatinannya
melihat maraknya konflik lahan yang terjadi di berbagai belahantanah air. Untuk
sektor perkebunan yang rawan konflik ini, ia menawarkan gagasan community based
forest management, integrated rural development and Strategic Corporate Social
Responsibility.
Penerima beasiswa
Ashoka yang berbasis di Amerika sebagai public-service entrepreneur pada 1986,
Zukri Saad dicap sebagai “salah satu dari tujuh orang gila Indonesia” versi
panel ahli di Harian Kompas pada 1992. Pada tahun 2013 menerima Satyalancana
Kebaktian Sosial dari Pemerintah RI karena ketekunannya menjadi donor darah.
Sampai bulan Oktober 2015 ini ia telah mendonorkan darahnya sebanyak 133 kali.
Menikahi boru Harahap yang pernah menjadi mahasiswinya, ia dikaruniai 3 orang anak yang menanjak dewasa, Kelana, Rindu, dan Kembara. Sembari bekerja di beberapa provinsi, di waktu luangnya ia tetap menekuni hobi berkebun organik dan menyelam. Apa yang tengah diusahakan dan menjadi perhatiannya, diistilahkannya sebagai “produk generasi”.
Semua tulisan sudah diterbitkan dalam bentuk buku berjudul Kredit kepada Tuhan: Skenario Masa Depan (2017).
ZS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar