Kegiatan Pesantren Ramadhan di Padang |
Ratusan ribu anak sekolah di Padang, Sumatera Barat mulai Senin lalu (minggu kedua Ramadhan), hingga tiga hari menjelang Idul Fitri, terlibat dalam kegiatan Pesantren Ramadhan. Mereka dibimbing oleh semua guru yang tinggal di lingkungan mereka sepanjang pagi hingga menjelang siang di masjid lingkungannya.
Seusai Sahur, Padang praktis hiruk pikuk oleh suara anak-anak
membaca ayat-ayat pendek lewat pengeras suara di masjid dan surau/mushalla di
dekat rumah mereka. Suara lengkingan anak-anak SD, membuat mata yang tadi
mengantuk menjadi nyalang. Bahkan di beberapa tempat anak TK pun ikut Pesantren
Ramadhan. Ini disebabkan karena mereka merengek minta diikutkan.
Untuk SD sebenarnya yang diwajibkan hanya kelas 4, 5 dan 6.
Tapi yang ikut justru semua anak dari kelas 1 sampai kelas 6. Orangtua mereka
antusias mengantarkan anak-anaknya ke masjid. Dengan demikian bukan hanya
anak-anak, tapi orangtua mereka praktis ikut Pesantren Ramadhan.
Pesantren Ramadhan dilengkapi dengan kurikulum yang disusun
pemerintah kota. Pemerintah juga menyediakan dana penunjang. Nilai ujian
Pesantren Ramadhan dikaitkan dengan nilai rapor di sekolah. PR dilaksanakan
atas inisiatif Walikota Padang Fauzi Bahar. Sampai 2005 sudah dua kali
dilaksanakan. Begitu ada Pesantren Ramadhan, pada saat yang sama “asmara subuh”
di Pantai Padang lenyap sudah. Kegiatan keagamaan ini mendapat sambutan luas
dari warga kota. Apalagi, Fauzi Bahar pada beberapa kesempatan selalu menyatakan,
PR membawa berkah yang baik bagi anak-anak.
“Mereka akan terhindar dari srigala yang bernama narkoba
tersebut,” katanya.
Ia memprediksi, hasil Pesantren Ramadhan ini akan terlihat 10 tahun mendatang. “Kota
Padang akan benar-benar aman dan orang luar akan berduyun-duyun menyekolahkan
anaknya ke sini,” katanya.
Fauzi Bahar dan wakilnya Yusman Kasim memang banyak melakukan
gebrakan. Sejak menjadi pejabat di Padang dua tahun lalu, keduanya menyikat
judi togel. Setelah sukses baru terdengar suara Kapolri yang menyatakan perang
terhadap judi.
Padang juga menyikat WTS, dan sukses. Padang kemudian
menerapkan wajib jilbab bagi anak sekolah muslim. Tak tahunya, para penentang
hiruk dan ribut tak karuan, menuduh Walikota Padang mau melakukan islamisasi.
Sesungguhnya, di Minangkabau anak sekolah banyak berjilbab
daripada yang tidak. Yang berjilbab atau pun yang tidak, tiap hari Jumat
semuanya memakai jilbab dan baju kurung. Tak sampai di situ saja, Fauzi juga
tiap pekan menggalakkan zikir massal.
Kemudian ia memasyarakatkan salat Zuhur berjamaah di sebuah
kantor dan sekolah di Padang. Semuanya disambut baik oleh warga, namun ada juga
yang mencibir.
Dengan semangat islami yang kuat itulah, kemudian Pesantren
Ramadhan digelar. Anak-anak di kota itu aktif di masjid, sesuatu yang tentunya
sangat bermanfaat.
“Dengan pesantren kilat ini, tak ada lagi anak-anak yang malas
sahur, sebab mereka harus ikut pesantren pagi hari,” kata Fauzi.
Peserta mendapat sertifikat yang ditandatangani Walikota.
Fotokopi sertifikat tadi harus diserahkan ke sekolah untuk dicatat dan dinilai
oleh sekolah masing- masing. Masih menurut Fauzi, ayat-ayat pendek yang hafal
olehnya saat ini, adalah ayat pendek yang dihapal waktu SD dulu.
“Sekarang saya Walikota, ayat pendek yang saya baca saat salat
justru yang hapal saat di SD dulu. Tidak ada waktu untuk menghapal ayat pendek
lagi setelah tamat SD. Karena itu, Pesantren Ramadhan untuk anak SD lebih
difokuskan pada hapalan ayat-ayat pendek,” kata Fauzi.
Menurut catatan Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang Nur Amin,
yang ikut Pesantren Ramadhan lebih dari 170 ribu orang anak, lebih banyak dari
tahun lalu, yang hanya 150 ribu orang anak.
Rinciannya, SD 97.264 orang, madrasah ibtidaiyah (MI) 2.479,
SMP 35.218, MTsN 4.229, SMP 35.218, SMA 24.235, MA 2.030, dan SMK 13.133 orang.
Mereka mengikuti Pesantren Ramadhan di semua masjid dan musala di lingkungan mereka. Selain ada guru khusus,
guru-guru yang berada di lingkungan mereka juga dilibatkan. Untuk memudahkan
pelaksanaan Pesantren Ramadhan, peserta setingkat SD (di beberapa tempat anak
TK pun ikut) dialokasikan waktu selama seminggu kedua Ramadhan. Untuk SMP
minggu ketiga dan SMA minggu keempat. Mata ajar tiap tingkatan sekolah
berbeda-beda, sehingga terasa betul, Pesantren Ramadhan memang berguna bagi
generasi muda di kota itu.
Selain Pesantren Ramadhan, anak-anak itu juga mengikuti
tarawih dan mencatat pengajian ustad sebagai tugas dari sekolah masing-masing.
Maka, praktis sepanjang Ramadhan, waktu anak-anak Islam di Padang benar-benar
habis untuk kegiatan keagamaan. Sayang, mereka mengeluh, sekolah tidak
diliburkan. Padahal mereka berharap Ramadhan bisa libur. ***
Harian Republika, Padang, 15 Oktober 2005
Sumber: Buku
Khairul Jasmi Minangkabau dalam Reportase (Kumpulan Feature), Penerbit Kabarita Padang, Agustus 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar