Senin, 11 Maret 2024

Merokok Sehat

Ketemu
teman lama di Bogor. Siang, Selasa 25 September 2001 itu Uwan ada waktu lowong di sela-sela kesibukan memfasilitasi “Semiloka Teknologi Informasi Menuju Masyarakat Madani”. Profesor Gunawan Wiradi mengajak makan siang di Warung Sunda di tengah keramaian pasar Bogor, dekat dengan Jembatan Merah.

Lama tak bertemu, kami mengeratkan kembali buhul silaturahmi dengan saling bertanya peruntungan masing-masing. Cukup asyik mengingat sudah banyaknya kawan-kawan yang duluan dipanggil Illahi. Mampu mendatangkan kesadaran bahwa sekali waktu setiap manusia akan mendapat perintah menghadap, tentu dengan cara berangkat yang merupakan misteri Tuhan. Bisa dengan tiba-tiba, bisa pula setelah cobaan bertahun-tahun di dera sebab. Wallahualam.
Di usianya yang senja, ahli agraria 4 zaman ini masih tetap saja merokok, minum kopi, mengkonsumsi daging dan tidak pantang makan jeroan. Lengkap sudah. Fully cholesterol. Ia telah merokok sejak umur belasan tahun tanpa pernah istirahat namun merasa sehat walafiat di umurnya yang lewat 69 tahun. Suaranya masih lantang, mukanya berseri-seri, banyak ketawa dan tak habis-habisnya melemparkan guyonan. Pendengaran prima, pikirannya sangat jernih dan menyampaikan sesuatu dengan sistematika yang runut sehingga gampang dipahami. Tak pernah sakit berat, paling-paling hanya flu ringan dan masuk angin. 

Siang itu, setelah kepedasan makan ikan peda ( ikan asin hasil pengawetan dengan penggaraman yang tidak disusul dengan pengeringan) bersama sambal terasi lengkap dengan petai dan lalapan, rokok kami langsung mengepul-ngepul. Ganti berganti, Gudang Garam Surya maupun Sampoerna Mild. Sampai pukul tiga kami ngalor ngidul membahas topik apa saja.

Sebelum interaksi intensif berakhir, Uwan tanya apa resepnya bisa sehat di umur setua itu. Pak Gun menceritakan bahwa ia menjalani pola hidup penuh kesederhanaan. Ojo ngoyo istilahnya orang Jawa.

Ia memulai hidupnya di pagi hari dengan melakukan olah pernapasan yang paling sederhana, yakni pola air mengalir dalam metoda pernapasan Cina. Tarik napas dari dada melalui hidung dalam-dalam, keluarkan pelan-pelan. Cukup 10 sampai 20 kali. Lanjutkan dengan pernapasan perut, juga tarikan dalam, lalu hembuskan dengan kuat bersamaan dengan mengeluarkan suara. Ulangi agak 10-20 kali. Tutup olah napas dengan pernapasan dada agak 5 x lagi dan lakukan relaksasi. Seluruh proses tak sampai setengah jam.

Kiat lain yang dikembangkan adalah banyak minum air putih. Bangun pagi setelah olah napas, minum air putih semampunya. Rata-rata 4 gelas atau sekitar 1.000 cc. Jumlah yang biasa saja, apalagi kalau sudah rutin. Rata-rata 6-7 liter air dihirupnya per hari. Tiga kali seminggu ia mengkonsumsi vitamin C dosis tinggi yang sekaligus ada unsur kalsiumnya, yakni tablet besar Calcium D-Redoxon atau CDR. Di samping itu, tiap hari ia mengonsumsi sebutir Hemaviton Skin Care. Multivitamin mana mengandung unsur vitamin E untuk mendukung regenerasi sel kulit dan ada unsur selenium yang dipercayanya sebagai pencegah kanker.

Terapi yang lebih strategis sebenarnya adalah mengembangkan pola hidup yang tetap berpikir dan selalu berproduksi. Untuk itu, ia khusus mencadangkan waktu untuk menulis. Bisa makalah, bahan kuliah ataupun artikel ringan. Bahkan kumpulan puisinya kini tengah dipersiapkan untuk naik cetak. Ada pula waktu khusus dialokasikan untuk menonton berita televisi, biasanya sore hingga lepas Magrib. Mengamati perkembangan nasional maupun internasional.  

Ruang dan pojok-pojok rumah dipenuhi oleh alunan musik klasik selang seling dengan musik Jawa. Tak jarang diputar kaset macapat (bentuk puisi Jawa tradisional, setiap baitnya mempunyai baris kalimat (gatra) tertentu, setiap gatra mempunyai jumlah suku kata (guru wilangan) tertentu, dan berakhir pada bunyi sanjak akhir (guru lagu; guru suara tertentu), misalnya Dandanggula, Kinanti, Maskumambang; tembang cilik) yang berisi petuah-petuah dalam tradisi masyarakat jawa tentang kehidupan, budi pekerti dan cara mengontrol hawa nafsu. Nafsu untuk berkuasa, mengejar pangkat atau menumpuk materi.

Nuansa olah fisik dan nutrisi psikologis tampaknya kunci gaya hidup Profesor Gunawan. Hidup sehat tetap merokok. Ha...ha...ha. Pembaca yang budiman, itulah makan siang Uwan yang produktif dan bergizi, di tengah riuh rendahnya transaksi di jantung pasar Bogor.

Kita nampaknya harus percaya ada korelasi langsung antara proses kreatif seseorang dengan merokok. Buktinya, banyak sekali wartawan di Mimbar Minang menulis reportase atau artikel sambil menikmati rokok. Apalagi ditemani oleh kopi hangat. Berbatang-batang rokok dan bergelas-gelas kopi tampaknya pemandangan rutin. Walaupun semua tahu, dampak merokok bisa menyebabkan kanker dan meracuni perokok pasif di sekelilingnya, kebiasaan merokok sulit untuk dihentikan.

Mitos merokok merangsang kreativitas tampaknya belum akan sirna di masa masa turbulensi ekonomi yang masih mendera Indonesia saat ini. Namun apapun, turut pengalaman Pak Gun, perlu dimbangi dengan olah fisik, nutrisi psikologis, dan multivitamin suplemen. Itulah, hidup sehat tetap merokok. ZS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...