OLEH Agus Taher (Budayawan)
Dengan ketinggian 1.400-1.600 m dpl, maka Alahan Panjang menjadi kawasan ibu nagari paling tinggi di Sumatera Barat. Sementara Kota Bukittinggi sekitar 900 m dpl dan Kota Padang Panjang hanya 650-850 m dpl.
Oleh karena itu, dari sisi
kesejukan alamnya, maka Alahan Panjang menjadi Eropa-nya Ranah Minang. Paling tidak iklimnya
mirip dengan kondisi musim semi dan musim gugur di Perancis.
Adalah sebuah kelangkaan alam, ketika
pesona Gunung Talang
menyatu harmonis dengan keindahan danau kembar dan Gunung Talang, serta pebukitan dan kawasan lembah. Di
kawasan lembah ini usaha tani, pemukiman penduduk dan aktivitas ekonomi lainnya berkembang. Harmonisasi
alam itu terjadi dalam suatu kawasan nagari bernama Alahan Panjang. Kelangkaan
dan harmonisasi alam inilah yang menghantarkan kita kepada satu catatan bahwa
Alahan Panjang adalah nagari penuh berkah.
Kawasan Lembah Gumanti ini
merupakan kawasan subur, karena setiap letusan Gunung Talang memberikan tambahan unsur hara S, P,
Ca, Mg yang tinggi. Itu sebabnya, nagari ini menjadi sentra produksi bawang,
lobak, cabe dan tomat utama di Sumatera Barat, serta wilayah satu-satunya yang
dikenal sebagai penghasil terung pirus, markisa konyal, dan beras hitam yang
menyehatkan.
Juga itu alasannya, penduduk
Alahan Panjang sudah cukup sejahtera, meskipun baru fokus di segmen produksi
usaha-tani. Apabila masyarakatnya mampu pula
didorong menangani home industry dan
perdagangan, seperti masyarakat Bukittinggi dan Payakumbuh, maka Alahan Panjang
akan lebih luar biasa pertumbuhan ekonominya.
Satu berkah lagi, menjelang sampai
ke ibu Nagari Alahan Panjang dan pusat wisata danau, terbentang kebun teh yang
menghijau luas, membuat kampung kelahiran Muhammad Natsir dan Gamawan Fauzi ini
makin memukau. Decak kagum wisatawan sudah bermunculan walaupun nagari anugerah ini belum terurus.
Tak terurusnya kawasan Alahan
Panjang terlihat dari sembrawutnya pertumbuhan rumah dan tempat usaha di
sepanjang jalan menjelang ibu nagari Alahan Panjang hingga kawasan wisata. Jalan pun sempit, sebagian di tepi
jurang. Nanti, ketika kawasan ini akan berkembang
sebagai pusat wisata modern, maka sulitnya penataan ruang di Alahan Panjang ini
sama rumitnya dalam membenahi kawasan kampung Jawa Dalam Kota Padang sekarang.
Kawasan pasar Alahan Panjang juga mirip Kampung Jawa Dalam, yang sumpek dan kumuh.
Pebukitannya pun digunduli sejak
lama. Yang tumbuh hanya ilalang dan
pakis. Barangkali sebagai akibat
peladangan berpindah dan begitu intensifnya pendudukAlahan Panjang berusaha
tani, akan tetapi kurang memperhatikan konservasi lahan. Persoalan ini sudah mulai berdampak buruk. Kekurangan
air pada kawasan yang lebih tinggi dari kawasan danau sudah mulai menggejala.
Pembiaran Alahan Panjang
berkembang tanpa disain inilah yang diibaratkan sebagai gadis cantik yang belum
di-make-up. Pembiaran jangka panjang adalah sebuah bencana.
Pariwisata Megatren Baru Dunia
Ketika sekitar 300 tahun yang lalu, sektor industri mulai diposisikan
sebagai basis perekonomi dan kemajuan peradaban dunia, maka dalam abad 21 ini
sektor pariwisata berkibar sebagai sektor unggulan. Prospektifnya sektor
pariwisata sebagai basis ekonomi tidak hanya digarap oleh negara-negara yang
tidak memiliki kekayaan sumberdaya alam, seperti kepulauan Bahama dan
Singapura, akan tetapi dikelola secara sungguh-sungguh oleh negara petro
dollar, seperti Dubai, Arab Saudi, dan beberapa negara di jazirah Arab. Juga
dikembangkan secara besar-besaran oleh negara industri, seperti AS, Eropah,
Cina, Jepang, dan Korea Selatan.
Para
pemimpin cerdas negara-negara tersebut betul-betul memaknai pesatnya
perkembangan industri parawisata global. Organisasi Pariwisata Dunia (WTO) memprediksi
jumlah wisatawan akan meningkat dari 613 juta pada tahun 1997 menjadi 1,6
miliar pada tahun 2020.
WTO juga melaporkan bahwa
pariwisata internasional adalah penghasil devisa terbesar dunia dan merupakan
faktor penting dalam neraca pembayaran di banyak negara.
Penerimaan devisa dari
pariwisata internasional pada tahun 1996 saja, mengungguli ekspor produk minyak
tanah, kendaraan bermotor, peralatan telekomunikasi, tekstil maupun barang atau
jasa lainnya.
Itu kata dunia !
Kementerian Pariwisata pun sudah
mulai mempersiapkan transformasi menuju Tourism 4.0 dalam grand strategy pengembangan wisata di Indonesia. Disebutkan bahwa
kunci dalam grand strategy pariwisata
era industri 4.0 adalah pengembangan dan pembinaan SDM, sesuai dengan program
yang ditetapkan Presiden Jokowi tahun ini yakni fokus pada SDM.
Nah, megatren dunia dan makin
besarnya perhatian pemerintah RI pada pengembangan sektor pariwisata ini adalah kabar baik bagi Alahan
Panjang dan Sumatera Barat. Alahan
Panjang memiliki modal dasar dan kekuatan utama, yakni pesona alam yang luar
biasa. Yang belum dimiliki adalah kesiapan SDM. Juga, kita belum punya grand design yang komprehensif, yang
akan memberikan multiplier effect
terhadap perkembangan sektor pariwisata, pertanian, home industry, kerajinan dan kesenian rakyat, perdagangan,
perhotelan, rumah sakit, dan jasa.
Termasuk industri kuliner sebagai salah satu kekuatan dan daya tarik
kunjungan wisata ke Sumbar. Juga, belum jelas bagaimana strategi yang jitu
dalam mendorong investasi dan promosi wisata.
Sepekan setelah hari raya iedul
fitri yang lalu, saya ke Alahan Panjang menghadiri akad nikah famili di Masjid Ummi yang cantik itu. Karena acara diundur, saya
manfaatkan waktu tunggu sekitar 2 jam itu mencermati panorama di sekeliling
danau.
Kesan saya pertama, orang
Alahan Panjang sepertinya lebih suka warna hijau tanaman, sehingga keindahan
warna merah-kuning-kelabu dan ungu hampir tak tampak. Bayangan saya, kalau ada bukit berbunga, atau
objek wisata taman bunga di lokasi-lokasi pebukitan botak di latar belakang
danau, seperti yang biasa disaksikan di Eropa dan beberapa lokasi wisata di
Jakarta-Bogor, betapa makin hebatnya Alahan Panjang.
Kedua, sepanjang
jalan selepas kebun teh hanya dipenuhi oleh semak belukar, rumah dan kedai
diatas tebing dan pinggir jurang. Hampir tak ada pepohonan, apalagi pohon-pohon
berdaun banyak warna dan banyak bunga. Padahal satu-dua flamboyan masih kelihatan berbunga di sana.
Angan-angan saya, apabila jalan
ini sudah diatur tata gunanya untuk kenyamanan wisata masa datang, kemudian di
kiri-kanannya ditanami bunga, maka betapa impresifnya Alahan Panjang.
Agar bernuansa keminangkabauan, bunga-bunga yang
ditanam itu adalah sejenis puding.
Pantun adat tentang itu berbunyi: "Elok ranahnyo Minangkabau, rupo
karambie tinggi-tinggi, cando pinangnyo lingguyaran, rupo rumpuiknyo ganti-ganti an, pudiang ameh batimba jalan, rangkiang baririk
kiri-kanan."
Alasan teknisnya, puding termasuk
tanaman yang tahan kekeringan dan daunnya tak mudah rontok. Hampir tak perlu perawatan, seperti repotnya mengurus
tanaman pucuk merah yang sedang digandrungi oleh beberapa pemda di Sumatera Barat.
Ketiga, ketika
makan di sebuah restoran, yang bagian depannya di pinggir jalan dan bagian
belakangnya di tepi jurang
yang tak terlalu dalam, lain lagi kesannya. Menunya enak, akan tetapi kurang
nikmat, karena makanan yang dihidangkan sudah dingin. Barangkali, sudah mulai
disosialisasikan penyediaan makanan hangat.
Dulu, ketika saya masih bertugas di BPTP Sukarami Solok, di rumah makan
Kayu Aro itu setiap hari tersedia gulai gajeboh hangat. Itu yang menjadi buruan
saya dan penyuka makanan.
Banyak lagi yang muncul dalam
"pangana", yang perspektifnya bergegaslah Pemkab Solok menyiapkan grand design pembangunan pariwisata di
Alahan Panjang. Mendesain Alahan Panjang, juga berarti
merancang Ranah Minang. Karena itulah potensi dan kekuatan Ranah Minang. Rangkulah
putra-putri, tokoh dan elite Solok untuk mengusung visi "Bersama Kita Bisa".
Satu catatan saya: "Bergerak
dan mogoknya rangkaian kereta api tergantung lokomotif dan masinis. Lokomotif dan masinis itu adalah pemkab dan pemimpinnya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar