Sabtu, 16 Maret 2024

Alahan Panjang, Si Cantik yang Belum Dirias


OLEH
Agus Taher (Budayawan)

Dengan ketinggian 1.400-1.600 m dpl, maka Alahan Panjang menjadi kawasan ibu nagari paling tinggi di Sumatera Barat.  Sementara Kota Bukittinggi sekitar 900 m dpl dan Kota Padang Panjang hanya 650-850 m dpl.

Oleh karena itu, dari sisi kesejukan alamnya, maka Alahan Panjang menjadi Eropa-nya Ranah Minang. Paling tidak iklimnya mirip dengan kondisi musim semi dan musim gugur di Perancis.

Adalah sebuah kelangkaan alam, ketika pesona Gunung Talang menyatu harmonis dengan keindahan danau kembar dan Gunung Talang, serta pebukitan dan kawasan lembah. Di kawasan lembah ini usaha tani, pemukiman penduduk dan aktivitas ekonomi lainnya berkembang. Harmonisasi alam itu terjadi dalam suatu kawasan nagari bernama Alahan Panjang. Kelangkaan dan harmonisasi alam inilah yang menghantarkan kita kepada satu catatan bahwa Alahan Panjang adalah nagari penuh berkah. 

Kawasan Lembah Gumanti ini merupakan kawasan subur, karena setiap letusan Gunung Talang memberikan tambahan unsur hara S, P, Ca, Mg yang tinggi. Itu sebabnya, nagari ini menjadi sentra produksi bawang, lobak, cabe dan tomat utama di Sumatera Barat, serta wilayah satu-satunya yang dikenal sebagai penghasil terung pirus, markisa konyal, dan beras hitam yang menyehatkan. 

Juga itu alasannya, penduduk Alahan Panjang sudah cukup sejahtera, meskipun baru fokus di segmen produksi usaha-tani.  Apabila masyarakatnya mampu pula didorong menangani home industry dan perdagangan, seperti masyarakat Bukittinggi dan Payakumbuh, maka Alahan Panjang akan lebih luar biasa pertumbuhan ekonominya.

Satu berkah lagi, menjelang sampai ke ibu Nagari Alahan Panjang dan pusat wisata danau, terbentang kebun teh yang menghijau luas, membuat kampung kelahiran Muhammad Natsir dan Gamawan Fauzi ini makin memukau. Decak kagum wisatawan sudah bermunculan walaupun nagari anugerah ini belum terurus.

Tak terurusnya kawasan Alahan Panjang terlihat dari sembrawutnya pertumbuhan rumah dan tempat usaha di sepanjang jalan menjelang ibu nagari Alahan Panjang hingga kawasan wisata.  Jalan pun sempit, sebagian di tepi jurang.  Nanti, ketika kawasan ini akan berkembang sebagai pusat wisata modern, maka sulitnya penataan ruang di Alahan Panjang ini sama rumitnya dalam membenahi kawasan kampung Jawa Dalam Kota Padang sekarang. Kawasan pasar Alahan Panjang juga mirip Kampung Jawa Dalam, yang sumpek dan kumuh.

Pebukitannya pun digunduli sejak lama.  Yang tumbuh hanya ilalang dan pakis.  Barangkali sebagai akibat peladangan berpindah dan begitu intensifnya pendudukAlahan Panjang berusaha tani, akan tetapi kurang memperhatikan konservasi lahan.  Persoalan ini sudah mulai berdampak buruk. Kekurangan air pada kawasan yang lebih tinggi dari kawasan danau sudah mulai menggejala.

Pembiaran Alahan Panjang berkembang tanpa disain inilah yang diibaratkan sebagai gadis cantik yang belum di-make-up. Pembiaran jangka panjang adalah sebuah bencana.

Pariwisata Megatren Baru Dunia

Ketika sekitar  300 tahun yang lalu, sektor industri mulai diposisikan sebagai basis perekonomi dan kemajuan peradaban dunia, maka dalam abad 21 ini sektor pariwisata berkibar sebagai sektor unggulan. Prospektifnya sektor pariwisata sebagai basis ekonomi tidak hanya digarap oleh negara-negara yang tidak memiliki kekayaan sumberdaya alam, seperti kepulauan Bahama dan Singapura, akan tetapi dikelola secara sungguh-sungguh oleh negara petro dollar, seperti Dubai, Arab Saudi, dan beberapa negara di jazirah Arab. Juga dikembangkan secara besar-besaran oleh negara industri, seperti AS, Eropah, Cina, Jepang, dan Korea Selatan.

Para pemimpin cerdas negara-negara tersebut betul-betul memaknai pesatnya perkembangan industri parawisata global. Organisasi Pariwisata Dunia (WTO) memprediksi jumlah wisatawan akan meningkat dari 613 juta pada tahun 1997 menjadi 1,6 miliar pada tahun 2020.

WTO juga melaporkan bahwa pariwisata internasional adalah penghasil devisa terbesar dunia dan merupakan faktor penting dalam neraca pembayaran di banyak negara.

Penerimaan devisa dari pariwisata internasional pada tahun 1996 saja, mengungguli ekspor produk minyak tanah, kendaraan bermotor, peralatan telekomunikasi, tekstil maupun barang atau jasa lainnya.

Itu kata dunia !

Kementerian Pariwisata pun sudah mulai mempersiapkan transformasi menuju Tourism 4.0 dalam grand strategy pengembangan wisata di Indonesia. Disebutkan bahwa kunci dalam grand strategy pariwisata era industri 4.0 adalah pengembangan dan pembinaan SDM, sesuai dengan program yang ditetapkan Presiden Jokowi tahun ini yakni fokus pada SDM.

Nah, megatren dunia dan makin besarnya perhatian pemerintah RI pada pengembangan sektor  pariwisata ini adalah kabar baik bagi Alahan Panjang dan Sumatera Barat.  Alahan Panjang memiliki modal dasar dan kekuatan utama, yakni pesona alam yang luar biasa. Yang belum dimiliki adalah kesiapan SDM. Juga, kita belum punya grand design yang komprehensif, yang akan memberikan multiplier effect terhadap perkembangan sektor pariwisata, pertanian, home industry, kerajinan dan kesenian rakyat, perdagangan, perhotelan, rumah sakit, dan jasa.  Termasuk industri kuliner sebagai salah satu kekuatan dan daya tarik kunjungan wisata ke Sumbar. Juga, belum jelas bagaimana strategi yang jitu dalam mendorong investasi dan promosi wisata. 

Sepekan setelah hari raya iedul fitri yang lalu, saya ke Alahan Panjang menghadiri akad nikah famili di Masjid Ummi yang cantik itu. Karena acara diundur, saya manfaatkan waktu tunggu sekitar 2 jam itu mencermati panorama di sekeliling danau. 

Kesan saya pertama, orang Alahan Panjang sepertinya lebih suka warna hijau tanaman, sehingga keindahan warna merah-kuning-kelabu dan ungu hampir tak tampak.  Bayangan saya, kalau ada bukit berbunga, atau objek wisata taman bunga di lokasi-lokasi pebukitan botak di latar belakang danau, seperti yang biasa disaksikan di Eropa dan beberapa lokasi wisata di Jakarta-Bogor, betapa makin hebatnya Alahan Panjang.  

Kedua, sepanjang jalan selepas kebun teh hanya dipenuhi oleh semak belukar, rumah dan kedai diatas tebing dan pinggir jurang. Hampir tak ada pepohonan, apalagi pohon-pohon berdaun banyak warna dan banyak bunga. Padahal satu-dua flamboyan masih kelihatan berbunga di sana.

Angan-angan saya, apabila jalan ini sudah diatur tata gunanya untuk kenyamanan wisata masa datang, kemudian di kiri-kanannya ditanami bunga, maka betapa impresifnya Alahan Panjang. 

Agar bernuansa keminangkabauan, bunga-bunga yang ditanam itu adalah sejenis puding.  Pantun adat tentang itu berbunyi: "Elok ranahnyo Minangkabau, rupo karambie tinggi-tinggi, cando pinangnyo lingguyaran,  rupo rumpuiknyo ganti-ganti an, pudiang ameh batimba jalan, rangkiang baririk kiri-kanan."  

Alasan teknisnya, puding termasuk tanaman yang tahan kekeringan dan daunnya tak mudah rontok.  Hampir tak perlu perawatan, seperti repotnya mengurus tanaman pucuk merah yang sedang digandrungi oleh beberapa pemda di Sumatera Barat.

Ketiga, ketika makan di sebuah restoran, yang bagian depannya di pinggir jalan dan bagian belakangnya di tepi jurang yang tak terlalu dalam, lain lagi kesannya. Menunya enak, akan tetapi kurang nikmat, karena makanan yang dihidangkan sudah dingin. Barangkali, sudah mulai disosialisasikan penyediaan makanan hangat.  Dulu, ketika saya masih bertugas di BPTP Sukarami Solok, di rumah makan Kayu Aro itu setiap hari tersedia gulai gajeboh hangat. Itu yang menjadi buruan saya dan penyuka makanan.

Banyak lagi yang muncul dalam "pangana", yang perspektifnya bergegaslah Pemkab Solok menyiapkan grand design pembangunan pariwisata di Alahan Panjang.  Mendesain Alahan Panjang, juga berarti merancang Ranah Minang. Karena itulah potensi dan kekuatan Ranah Minang. Rangkulah putra-putri, tokoh dan elite Solok untuk mengusung visi "Bersama Kita Bisa". 

Satu catatan saya: "Bergerak dan mogoknya rangkaian kereta api tergantung lokomotif dan masinis.  Lokomotif dan masinis itu adalah pemkab dan pemimpinnya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...