REPORTASE Rahmat Irfan Denas)
mantagisme.com--Ketika orang-orang mendengar Padang, seketika, bayangan tetenger (tanda khas) apa yang terlintas? Barangkali ada yang berimajinasi Batu Malin Kundang, Pantai Padang, Masjid Raya Sumbar, buah bengkuang, randang, dan lainnya. Tidak banyak yang tahu, jika kota ini punya tetenger yang sarat dengan kandungan sejarah.Tugu Padang Area, demikian balok huruf menerakan nama monumen yang menjulang di Bundaran Jalan Soetomo, Simpang Haru, Padang. Tugu ini memiliki puncak berbentuk menyerupai lidah api. Tapaknya berbentuk bidang segi tiga yang dikelilingi kobaran api dan dihiasi relief di dinding-dindingnya.
Setiap daerah atau kota memiliki ikon (tanda)
yang mengingatkan orang pada tempat tersebut. Ikon suatu tempat disebut sebagai
tetenger. Artinya ciri atau tanda khas (landmark-dalam
bahasa Inggris). Tetenger bisa berupa gedung, menara, patung, jembatan, tempat
ibadah, atau alun-alun.
Di berbagai kota di Indonesia, ada
beberapa tetenger yang menjadi favorit wisatawan. Ada Monumen Nasional (Monas)
di Jakarta, Jembatan Ampera di Palembang, Gedung Sate di Bandung, dan Jam
Gadang di Bukittinggi.
Selain alam, tetenger menjadi tujuan
utama wisatawan ketika berkunjung. Di pelbagai kota besar dunia, tetenger dapat
menarik jutaan wisatawan untuk datang. Orang-orang menyemuti Menara Eiffel di
Paris, mengantre untuk menaiki Patung Liberty di New York, dan rela berkeringat
menjajal Tembok Raksasa di China. Berfoto di tetenger sepertinya menjadi
penanda sah wisatawan pergi ke suatu daerah.
Galibnya tetenger, biasanya berada
di jantung kota tapi tidak demikian dengan Tugu Padang Area, Tugu Simpang Haru,
dan Tugu Lidah Api. Areal tamannya tak begitu luas. Tugu ini tak sepopuler
tetenger lainnya, taruhlah Batu Malin Kundang. Maklum, area monumen ini tidak
ditujukan untuk tujuan wisata tapi sekadar mengenang sebuah peristiwa sejarah
di tempat tersebut. Letaknya berada di tengah bundaran yang tak masuk jalan
protokol di Kota Padang. Tetenger ini tersandera hiruk-pikuk lalu lintas
kendaraan.
Jika kita menilik relief yang ada
pada dinding di tapak Tugu Padang Area, terkandung peristiwa
perjuangan masyarakat Kota Padang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Mulai dari peristiwa pengibaran bendera Merah Putih di Padang, kedatangan
Sekutu di Teluk Bayur, hingga perjuangan para pemuda melawan tentara Belanda.
Tidak hanya reliefnya yang sarat dengan
kandungan sejarah, lokasi tempat tugu tugu ini merupakan saksi gugurnya para
syuhada dalam mempertahankan dan merebut kemerdekaan yang disebut sebagai Peristiwa
Padang Area.
Sebagaimana dicatat dalam buku Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI di
Minangkabau 1945–1950, para pelajar di STM Simpang Haru menyerang
tentara Belanda yang berusaha menguasai Kota Padang. Pertempuran demi
pertempuran membawa jatuhnya banyak korban di kedua belah pihak.
Tugu Padang Area memang dibangun untuk
mengenang lokasi Peristiwa Padang Area. Tapi, ingatan terhadap peristiwa
tersebut lambat laun menghilang. Keberadaannya seolah hanya benda yang berdiri
tegak di tengah bundaran.
Perancang Tugu Simpang Haru
Bersama samarnya ingatan warga terhadap
kandungan sejarah Tugu Simpang Haru, bersama itu pula nama sosok di
balik perancang tugu terlupakan. Media ini
mencoba menanyai beberapa warga pejalan kaki yang di sekitar tugu. Ketika ditanyakan
siapa perancang tugu, tidak ada yang tahu. Sampai akhirnya, didapatkan jawaban
di Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Padang
(UNP).
"Tugu Padang Area dibangun pada tahun
1991 yang dirancang oleh Ibenzani Usman," ujar dosen seni rupa UNP,
Efrizal, M.Pd, beberapa waktu lalu.
Ibenzani Usman, sosok di balik
perancang tugu ini adalah seorang seniman yang sekaligus Guru Besar Seni Rupa
di UNP.
Dijelaskan Efrizal, di bawah
kepemimpinan Wali Kota Padang Syahrul Ujud yang saat
itu gencar-gencarnya membangun monumen, baik yang berupa tugu maupun
patung. Pemko Padang mengumpulkan seniman dan tokoh perjuangan kemerdekaan
demi mewujudkan konsep Padang Kota Perjuangan. Iben, demikian ia akrab
disapa, diminta untuk merancang monumen di lokasi bekas terjadinya peristiwa
Padang Area.
"Di antara sekian monumen
yang dibangun, Tugu Padang Area adalah yang terbesar, baik dari ukuran bangunan
dan biaya," lanjut Efrizal yang ikut bersama Iben mengerjakan proyek tugu
ini.
Efrizal menjelaskan, Iben memadukan
semangat napak tilas perlawanan pelajar STM dengan filosofi adat Minangkabau
dalam rancangan Tugu Padang Area. Hal itu tampak pada tiga lidah api yang
bersilang, melambangkan Tungku Tigo Sajarangan yang terdiri dari penghulu, alim
ulama, dan cadiak pandai.
"Oleh sebab itulah, monumen
tersebut disebut pula sebagai Tugu Tungku Tigo Sajarangan," tandas
Efrizal.
Tertarik mengetahui lebih jauh tentang
Ibenzani Usman, saya mencari tahu
informasi Ibenzani Usman di FBS UNP. Saya
mencoba menelusuri skripsi-skripsi mahasiswa di Perpustakaan FBS,
berharap bertemu skripsi yang mengangkat topik Ibenzani Usman. Tapi,
tidak membuahkan hasil. Apakah memang belum ada atau saya yang kurang beruntung?
Penasaran, saya coba mencari informasi kepada Ketua Jurusan Seni Rupa UNP,
Syafwan, M.Si.
"Belum ada mahasiswa yang
mengangkat sosok Iben ke dalam topik skripsi," ujar Syafwan.
Syafwan memperlihatkan foto lawas yang
tersuruk. Foto tersebut, diambil sekitar 1960-an, mengabadikan tiga sosok,
yakni Ibenzani Usman bersama Adrin Kahar, dan, Sumarjadi.
"Ibenzani bersama dua rekannya di
dalam foto merupakan pendiri Jurusan Seni Rupa UNP, yang dulu awalnya bernaung
di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Univesitas Andalas," ujar
Syafwan menerangkan.
Dijelaskan Syafwan,
mahasiswanya tak banyak yang tahu tentang Iben. Nama Iben tidak familiar
oleh mahasiswa. Kebanyakan mahasiswa hanya mengetahui Ibenzani Usman
sebatas nama ruang galeri di Gedung FBS. Padahal, selain pendiri jurusan, Iben
merupakan Guru Besar Seni Rupa UNP
Ibenzani Usman lahir pada 15 April 1937
dan meninggal pada pada 28 Juli 1995. Ia merupakan tamatan Jurusan Seni Rupa (sekarang
Fakultas Seni Rupa dan Desain) Institut Teknologi Bandung (ITB). Walaupun
pendidikan formalnya mulai dari S-1 hingga S-3 berkutat di seni rupa, Ibenzani dikenal
pula sebagai seorang pencipta lagu dan komponis. Lagu "Lintuah" yang
menyentuh dan populer adalah di antara lagu ciptaannya.
Sebagai seorang seniman, Ibenzani banyak memberikan andil bagi Kota Padang, kota kelahirannya. Lewat seni, ia meninggalkan karya yang kini melekat sebagai identitas dan tetenger Kota Padang. Tidak hanya Tugu Padang Area, Iben adalah pembuat Lambang Kota Padang dan pencipta “Mars Padang Kota Tercinta”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar