Sabtu, 11 Februari 2023

Karya Seniman Ibenzani Usman, “Tugu Padang Area” Tetenger Kota Padang

REPORTASE Rahmat Irfan Denas)

mantagisme.com--Ketika orang-orang mendengar Padang, seketika,  bayangan tetenger (tanda khas) apa yang terlintas? Barangkali ada yang berimajinasi Batu Malin Kundang, Pantai Padang, Masjid Raya Sumbar, buah bengkuang, randang, dan lainnya. Tidak banyak yang tahu, jika kota ini punya tetenger yang sarat dengan kandungan sejarah.

Tugu Padang Area, demikian balok huruf menerakan nama monumen yang menjulang di Bundaran Jalan Soetomo, Simpang Haru, Padang. Tugu ini memiliki puncak berbentuk menyerupai lidah api. Tapaknya berbentuk bidang segi tiga yang dikelilingi kobaran api dan dihiasi relief di dinding-dindingnya.

Setiap daerah atau kota memiliki ikon (tanda) yang mengingatkan orang pada tempat tersebut. Ikon suatu tempat disebut sebagai tetenger. Artinya ciri atau tanda khas (landmark-dalam bahasa Inggris). Tetenger bisa berupa gedung, menara, patung, jembatan, tempat ibadah, atau alun-alun.

Di berbagai kota di Indonesia, ada beberapa tetenger yang menjadi favorit wisatawan. Ada Monumen Nasional (Monas) di Jakarta, Jembatan Ampera di Palembang, Gedung Sate di Bandung, dan Jam Gadang di Bukittinggi.

Selain alam, tetenger menjadi tujuan utama wisatawan ketika berkunjung. Di pelbagai kota besar dunia, tetenger dapat menarik jutaan wisatawan untuk datang. Orang-orang menyemuti Menara Eiffel di Paris, mengantre untuk menaiki Patung Liberty di New York, dan rela berkeringat menjajal Tembok Raksasa di China. Berfoto di tetenger sepertinya menjadi penanda sah wisatawan pergi ke suatu daerah.

Galibnya tetenger, biasanya berada di jantung kota tapi tidak demikian dengan Tugu Padang Area, Tugu Simpang Haru, dan Tugu Lidah Api. Areal tamannya tak begitu luas. Tugu ini tak sepopuler tetenger lainnya, taruhlah Batu Malin Kundang. Maklum, area monumen ini tidak ditujukan untuk tujuan wisata tapi sekadar mengenang sebuah peristiwa sejarah di tempat tersebut. Letaknya berada di tengah bundaran yang tak masuk jalan protokol di Kota Padang. Tetenger ini tersandera hiruk-pikuk lalu lintas kendaraan. 

Jika kita menilik relief yang ada pada dinding di tapak Tugu Padang Area, terkandung peristiwa perjuangan masyarakat Kota Padang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Mulai dari peristiwa pengibaran bendera Merah Putih di Padang, kedatangan Sekutu di Teluk Bayur, hingga perjuangan para pemuda melawan tentara Belanda.

Tidak hanya reliefnya yang sarat dengan kandungan sejarah, lokasi tempat tugu tugu ini merupakan saksi gugurnya para syuhada dalam mempertahankan dan merebut kemerdekaan yang disebut sebagai Peristiwa Padang Area.

Sebagaimana dicatat dalam buku Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI di Minangkabau 1945–1950, para pelajar di STM Simpang Haru menyerang tentara Belanda yang berusaha menguasai Kota Padang. Pertempuran demi pertempuran membawa jatuhnya banyak korban di kedua belah pihak.

Tugu Padang Area memang dibangun untuk mengenang lokasi Peristiwa Padang Area. Tapi, ingatan terhadap peristiwa tersebut lambat laun menghilang. Keberadaannya seolah hanya benda yang berdiri tegak di tengah bundaran.

Perancang Tugu Simpang Haru

Bersama samarnya ingatan warga terhadap kandungan sejarah Tugu Simpang Haru, bersama itu pula nama sosok di balik perancang tugu terlupakan. Media ini mencoba menanyai beberapa warga pejalan kaki yang di sekitar tugu. Ketika ditanyakan siapa perancang tugu, tidak ada yang tahu. Sampai akhirnya, didapatkan jawaban di Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Padang (UNP).

"Tugu Padang Area dibangun pada tahun 1991 yang dirancang oleh Ibenzani Usman," ujar dosen seni rupa UNP, Efrizal, M.Pd, beberapa waktu lalu.

Ibenzani Usman, sosok di balik perancang tugu ini adalah seorang seniman yang sekaligus Guru Besar Seni Rupa di UNP.

Dijelaskan Efrizal, di bawah kepemimpinan Wali Kota Padang Syahrul Ujud yang saat itu gencar-gencarnya membangun monumen, baik yang berupa tugu maupun patung. Pemko Padang mengumpulkan seniman dan tokoh perjuangan kemerdekaan demi mewujudkan konsep Padang Kota Perjuangan. Iben, demikian ia akrab disapa, diminta untuk merancang monumen di lokasi bekas terjadinya peristiwa Padang Area.

"Di antara sekian monumen yang dibangun, Tugu Padang Area adalah yang terbesar, baik dari ukuran bangunan dan biaya," lanjut Efrizal yang ikut bersama Iben mengerjakan proyek tugu ini.

Efrizal menjelaskan, Iben memadukan semangat napak tilas perlawanan pelajar STM dengan filosofi adat Minangkabau dalam rancangan Tugu Padang Area. Hal itu tampak pada tiga lidah api yang bersilang, melambangkan Tungku Tigo Sajarangan yang terdiri dari penghulu, alim ulama, dan cadiak pandai.

"Oleh sebab itulah, monumen tersebut disebut pula sebagai Tugu Tungku Tigo Sajarangan," tandas Efrizal.

Tertarik mengetahui lebih jauh tentang Ibenzani Usman, saya mencari tahu informasi Ibenzani Usman di FBS UNP. Saya mencoba menelusuri skripsi-skripsi mahasiswa di Perpustakaan FBS, berharap bertemu skripsi yang mengangkat topik Ibenzani Usman. Tapi, tidak membuahkan hasil. Apakah memang belum ada atau saya yang kurang beruntung? 

Penasaran, saya coba mencari informasi kepada Ketua Jurusan Seni Rupa UNP, Syafwan, M.Si.

"Belum ada mahasiswa yang mengangkat sosok Iben ke dalam topik skripsi," ujar Syafwan. 

Syafwan memperlihatkan foto lawas yang tersuruk. Foto tersebut, diambil sekitar 1960-an, mengabadikan tiga sosok, yakni Ibenzani Usman bersama Adrin Kahar, dan, Sumarjadi.

"Ibenzani bersama dua rekannya di dalam foto merupakan pendiri Jurusan Seni Rupa UNP, yang dulu awalnya bernaung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Univesitas Andalas," ujar Syafwan menerangkan. 

Dijelaskan Syafwan, mahasiswanya tak banyak yang tahu tentang Iben. Nama Iben tidak familiar oleh mahasiswa. Kebanyakan mahasiswa hanya mengetahui Ibenzani Usman sebatas nama ruang galeri di Gedung FBS. Padahal, selain pendiri jurusan, Iben merupakan Guru Besar Seni Rupa UNP

Ibenzani Usman lahir pada 15 April 1937 dan meninggal pada pada 28 Juli 1995. Ia merupakan tamatan Jurusan Seni Rupa (sekarang Fakultas Seni Rupa dan Desain) Institut Teknologi Bandung (ITB). Walaupun pendidikan formalnya mulai dari S-1 hingga S-3 berkutat di seni rupa, Ibenzani dikenal pula sebagai seorang pencipta lagu dan komponis. Lagu "Lintuah" yang menyentuh dan populer adalah di antara lagu ciptaannya.

Sebagai seorang seniman, Ibenzani banyak memberikan andil bagi Kota Padang, kota kelahirannya. Lewat seni, ia meninggalkan karya yang kini melekat sebagai identitas dan tetenger Kota Padang. Tidak hanya Tugu Padang Area, Iben adalah pembuat Lambang Kota Padang dan pencipta “Mars Padang Kota Tercinta”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...