Bagian 3 dari 5 tulisan
OLEH Yulizal Yunus Datuak Rajo Bagindo
Sistem pemerintahan nagari berkembang sejalan dengan sistem demokrasi dan kelarasan serta perubahan yang terjadi di nagari. Sistem itu meliputi struktur, SDM dan mekanisme organisasi (manajemen) pemerintahan nagari. Perubahan sistem pemerintahan nagari itu banyak ditulis penulis Minangkabau (a.l. AM Dt. Batuah, Dt. Sanggono Dirajo, Bahar Dt.Nagari Basa, AA Navis, Dr. Chairul Anwar, A.Dt. Rajo Mangkuto dll.) setelah dibanding dan dikombinasikan liputan para penulis itu dapat dijelaskan pada nagari lama intinya “sistem adat setangkup dengan sistem pemerintahan nagari."
Perkembangan Sistem Pemerintahan nagari
- Nagari tradisi-1 menganut demokrasi kelarasan Koto Piliang (Dt.
Ketumanggungan) abad ke-8 secara singkat dapat digambarkan :
§
Nagari otonomi
§
Pemerintah Nagari (Eksekutif dan Legislatif). Struktur
pemerintahan (eksekutif) Kapalo Nagari, Kapalo Jorong/ Kampung, Penghulu Kaum
(Datuk 4 suku) dan Rakyat (Paruik, Jurai dan Kaum Suku). Struktur pemerintah
(legislatif) adalah Ketua KN, Kumpulan Penghulu dari Kampung/ Jorong plus
penghulu kaum dan rakyat.
§
KN (Kerapatan Adat) dipimpin penghulu pucuk diplih dari
penghulu anggota KN
§
KN berfungsi legislatif
§
Ketua KN langsung menjadi Kapalo Nagari (eksekutif) dan
diberi hak mengangkat perangkat nagari dengan struktut/ formasi sesuai
kebutuhan.
§
Peradilan nagari (yudikatif) diangkat dengan mufakat
Kapalo Nagari dan KN
§
Sandi hukum adat: adat basandi alua jo patuik, alam
takambang jadi guru.
2.
Nagari tradisi-2 menganut
demokrasi kelarasan Bodi Caniago (Dt. Perpatih nan Sabatang sampai
Adityawarman):
§ Sudah
otonomi
§ Pemerintah
Nagari (Eksekutif dan Legislatif). Struktur pemerintahan (eksekutif) Kapalo
Nagari, Kapalo Jorong/ Kampung, Penghulu Kaum (Datuk 4 suku) dan Rakyat
(Paruik, Jurai dan Kaum Suku). Struktur pemerintah (legislatif) adalah Ketua
KN, Kumpulan Penghulu kaum dari kaum di Kampung/ Jorong dan rakyat.
§ KN
(Kerapatan Adat) wakil penghulu kaum diplih dari kumpulan penghulu kaum
§ KN
berfungsi legislatif
§ Ketua
KN langsung menjadi Kapalo Nagari (eksekutif) dan diberi hak mengangkat
perangkat nagari terdiri dari: manti (sekretaris), cati, bandaro, parik paga,
pendidikan dan peradilan.
§ Peradilan
nagari (yudikatif) menjadi perangkat nagari diangkat Kapalo Nagari bersama KN
§ Sandi adat tetap seperti
nagari tradisi-1
3. 1803-1837 pasca tradisi dan
penguatan pengaruh Islam
a. Nagari tawaran ulama
§ Otonomi
§ Pengaruh Islam lebih menguat
§ Pemerintahan nagari eksekutif,
legislative dan yudikatif. Ada pemisahan kekuasaan trias politika: Dewan Nahi
(Yudikatif) wakil fungsionaris Tungku Tigo Sajarangan, Badan Ulil Amri
(Eksekutif) dan Dewan Amar Ma’ruf
(Legislatif). Ketiga Dewan/ Badan ini dipilih umat (rakyat). Cerminan
nilai tali tigo sapilin (syara’/ anggo tanggo, undang/ raso pareso, aturan/
hukum adat/ alua jo patuik), dijalankan fungsionaris tungku tigo sajarangan:
ulama, penghulu, cadiak pandai dilembagakan dalam KN.
Struktur: Badan Ulil Amri/ Kapalo Nagari, Kapalo Jorong/
Kampung, Penghulu Kaum dan Umat (Rakyat). Perangkat nagari: manti (sekretaris),
bandaro, paga nagari, cati (pembangunan), pendidikan, kapalo kampong/ jorong
dan kaum membantu.
§ Penghulu
+ ulama dipilih wakil untuk duduk di legislative dan yudikatif serta eksekutif/
kapalo nagari.
§ Kapalo
Nagari terbitkan aturan adat salingka nagari
§ Sandi
adat ditawarkan: ABS-SBK diaplikasikan SM-AM
b. Nagari
ABS-SBK
§ Otonomi
§ Aspirasi
perjanjian Marapalam (771 H)
§ Pemerintahan
nagari eksekutif (Kapalo Nagari), legislatif (KN: wakil NM, AU dan CP dipilih
kerapatan NM,AU,CP. Kerapatan NM, AU dan CP dipilih Kerapatan NM,AU dan CP) dan
Yudikatif (Peradilan Nagari).
§ Struktur:
Kapalo Nagari (dipilih t-3s), Kapalo Jorong/ Kampung, Penghulu Kaum dan
Rakayat.
§ Perangkat
nagari: manti (sekretaris), bandaro, paga nagari, cati (pembangunan),
pendidikan.
§ Tingkatan
pemerintahan: (1) Minangkabaukabau (rajo 3 selo + basa 4 balai), (2) Luak
(koordinator kelarasan), (3) Lareh (federasi nagari-nagari dipimpin kapalo
lareh), (4) Nagari (kapalo nagari), (5) Jorong (kapalo jorong), (6) kampung
(kapalo kampung/ jika perlu), (7) kaum (kapalo kaum), (8) kerabat (mamak
rumah), (9) paruik (ibu tertua), (10) rakyat (anak kapanakan).
§ Sandi
adat ditawarkan: ABS-SBK diaplikasikan SM-AM
4.
1837-1942 Masa Belanda, pasca Perang Paderi sampai masuk
Jepang
Nagari
berdasarkan Stb774 th 1914 dan Stb 667 th 1918
§ Nagari
tidak otonomi lagi
§ Sudah
struktur bawah dari Ass. Residen. KN (legislative, wakil t32: NM,AU dan CP)
semula setara dan setangkup dengan pemerintahan nagari strukturnya seperti
ditempatkan di bawah Kapalo Nagari. Kapalo Nagari sekaligus ketua KN (Stb 774
th 1914). Kapalo nagari dipilih t-3s dikukuhkan SK Residen Weskust Sumatera an.
Pemerintahan Hindia Belanda (Stb 667 th 1918).
§ Kapalo
nagari dipilih
§ Struktur
lengkapnya (1) Residen Sumatera (2) Ass. Residen, (3) Nagari Hoofd, (4) Kapalo
Jorong, (5) Penghulu kaum, (6) Rakyat.
§ Perangkat
nagari: juru tulis, peradilan, bandaro, paga nagari, cati (pembangunan),
pendidikan.
§ Kepala
nagari dipilih Kerapatan Nagari (penghulu) digaji
§ Penghulu
ba-SK
5. 1942-1945 era
Jepang sampai masa kemerdekaan
§ Nagari
sistem militer
§ tak
otonom
§ Kapalo
Nagari ditunjuk Jepang
§ KN
(Legislatif) dibiarkan jalan begitu saja tapi tak dihormati, anggotanya
terjaris kerja paksa ke logas, KN tidak bisa melindungi.
§ Sandi
adat ABS-SBK tidak dihormati
§ Kepala
nagari penghulu dipilih masy. diangkat
jepang
1.
1945 - 1979 masa Kemerdekaan, Orla dan Orba
a.
Nagari Sumatera Barat (Maklumat Residen Sumbar 20/21 th 1946) sejak revolusi
–orla.
§ Nagari
wil. pemerintahan terendah dalam sistem NKRI
§ Kepala
nagari dipilih KN dari t3s diangkat pemerintah.
§ Pem.
Nagari terdiri dari (1) Kapalo Nagari, (2) DPN (Dewan Perwakilan Nagari)
sebagai legislatif wakil t3s: NM, AU dan CP dan KN tidak dieksplisitkan dan (3) Peradilan Nagari (PN) sebagai
yudikatif.
§ Struktur:
(1) Kapalo Nagari, (2) Kapalo Jorong, (3) Penghulu kaum dan (4) rakyat.
§ Perangkat
Kapalo Nagari: Sekretaris, Bendahara dan Kaur-kaur.
b. Nagari
Sumatera Tengah 1949
§ tak
otonomi
§ Pemerintah
nagari: (1) wali wilayah (eksekutif) dipilih dari t3s NM, AU dan CP, (2) DPR
Wilayah (legislatif wakil t3-s NM, AU dan CP ), KN juga hilang dan (3)
Peradilan Nagari (yudikatif) diplih dari t-3s.
§ Struktur
pemerintah nagari: (1) Wali Wilayah (langsung ke Bupati), (2) Kapalo Jorong,
(3) Kapalo kaum dan (4) rakyat.
§ Perangkat
nagari: Sekretaris, Bendahara dan Kaur-kaur.
c. Nagari
perubahan
§ tak
otonomi
§ Wali
wilayah dirubah menjadi Wali Nagari, DPRWilayah dirubah menjadi DPRN, peradilan
ditiadakan. Struktur kepala kaum dirubah menjadi penghulu kaum.
§ Perangkat
diperbanyak termasuk kaur pembangunan.
d. Nagari 1959 (Instruksi Peperda No.
02.462.1963 dan SK Gub. No. 32/Desa/GSB/59
§ tak otonom
§ Pem.
Nagari terdiri dari (1) Kepala Nagari dan (2) BMN.
§ Rubah
struktur, (1) wali nagari dirubah menjadi kepala nagari (lengsung terstruktur
ke camat), (2) DPRN bagai legislatif dirubah menjadi BMN (Badan Musyawarah
Nagari) berada di bawah struktur Muspika di tingkat kecamatan. Anggota BMN
ditunjuk Muspika dari 10 unsur masyarakat: adat, agama, FN (fron nasional),
LSN, koperasi, wanita, tani/ nelayan, buruh, pemuda dan veteran.
§ Kepala
Nagari disyaratkan surat TTT PRRI dari Kodam 17 Agustus.
e. Nagari Orla (SK Gub No 32/GSB/59)
§
Perubahan
Kepala Nagari dirubah lagi Wali Nagari dan BMN diganti DPRN bawahan dari
Muspika di tingkat kecamatan (camat, koter kec., polisi kecamatan). Sivil
dikomandoi militer.
f. Nagari 1968 (SK Gub. No. 15/GSB/68)
§ tak
otonom
§ struktur
sama dengan SK Gub 32/GSB/59.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar