OLEH Nasrul Azwar dan Rahmat Irfan Denas (Jurnalis)
Oi
Jawinar.., Jawi Jawi
Ondeh
Jawinar oi
Tajadi juo
apo nan Den takuikkan
Dulu kau
cinto, kini kau tak ajan
Aden
bacampaan
Malam minggu ka patang ko
Aden apel
ka rumah kau
Hei jan
kan pintu, pintu nan ka dibukak
Tapi Abak
kau tagak macik palakak
Langkah Den
baserak
Lirik bergenre kocak itu bagian penggalan lagu berjudul “Jawinar” salah satu dari ratusan lagu yang diciptakan sekaligus dinyanyikan Nedi Gampo, yang cukup populer di era tahun 90-an. Lagu ini cukup kocak dibawakan Nedi Gampo.
Sebelum Nedi Gampoi, seniman musik Minang dengan
aliran genre jenaka dan lucu ialah Syamsi Hasan. Bedanya, Syamsi Hasan semata
menyanyi sedangkan Nedi Gampo penyanyi sekaligus pencipta, dan komposer atau
piñata lagu.
Seniman musik Minangkabau ini—bernama asli Nedi Erman—bagi pengamat musik menyebutnya sebagai penyanyi kocak dan jenaka Minangkabau. Penamaan ini sepertinya disesuaikan dengan lirik-lirik lagu Nedi Gampo yang memang cenderung mengocok perut pendengar.
Penyanyi legendaris asal Parak Jua, Tanah Datar
ini meninggal dunia pada Kamis 28 Februari 2019, pukul 07.30 di Rumah Sakit
Islam Ibnu Sina Padang. Nedi yang juga maju sebagai calon anggota legislatif
DPRD Sumatera Barat ini dari Partai Gerindra
mengembuskan napas terakhir dalam usia 54 tahun karena serangan jantung.
Semasa berkiprah dalam blantika permusikan
Minangkabau, Nedi Gampo memilih jalur musik jenaka dan kocak. Pada era 90-an, genre
ini mendominasi perjalanan musik Minang saat itu. Genre pun ini menginspirasi
dan diikuti banyak seniman musik, antara lain almarhum Ajo Andre (meninggal
Jumat 18 September 2015), Edi Cotok, Buset, Minang Kocak, dan lainnya.
Saat era keemasannya, karyanya diekspresikan
lewat pita kaset dengan infrastruktur tape.
Era setelah itu seniman musik Minang bertransformasi kepada cakram padat (compact disc-CD), MP3, dan bentuk
digital lainnya mengikuti perkembangan teknologi.
“Nedi Gampo itu seniman yang gigih. Kegigihannya
itu terlihat dari keputusannya menyanyikan lagu Minang jenaka. Padahal, genre musik
ini tak banyak peminatnya. Tapi, Nedi justru menjadikannya sebagai lahan musik
dan kreativitasnya,” kata Rhian D’Kincai, pencipta lagu Minang dan jurnalis
senior di Sumatera Barat.
Rhian D’Kincai mengenang Nedi Gampo sebagai
sosok yang telah banyak berkontribusi pada perjalaan musik dan lagu Minang
kontemporer, termasuk tentu saja menggairahkan industri permusikan di Sumatera
Barat.
“Kehadiran Nedi dengan musiknya telah membuat
industri musik Minang terasa lebih
berwarna. Corak lagu Minang tak lagi terbatas
pada tema-tema parasaian, air mata,
dan kesedihan lainnya,” kata Rhian mengenang.
Saat itu, lagu jenaka dan dendang kim membuat
Nedi tak pernah sepi pesanan untuk tampil di tengah penggemarnya. “Jenis musik kocak
dan jenaka itu pula yang membawanya ke mana-mana. Tidak hanya di daerah
perantauan Indonesia, tapi sampai ke negara jiran di Malaysia,” ujar Rhian.
Sampai jelang wafatnya, Nedi aktif dengan job dendang KIM-nya. Selain lagu jenaka,
Nedi mengangkat popularitas lagu Kim yang sempat merajai lagu Minang pada
dekade 90-an.
“Damam Akiak”, “Angguak-angguak Geleng”, dan
“Kaleng Kuncang” ialah beberaoa ratusan judul lagu lagu yang ia bawakan dan
ciptakan sendiri. Setelah diangkat kembali oleh Nedi, lagu Kim kembali populer
dan digarap oleh banyak penyanyi setelahnya.
“Kini, nyaris seluruh penyanyi membawakan
dendang Kim,” ujar Rhian.
Jauh sebelum dikenal sebagai penyanyi jenaka dan
pelantun dendang Kim, Nedi awalnya membawakan lagu-lagu serius.
Nedi memulai kariernya sebagai penyanyi lewat
album lagu “Sayuik Sauleh” pada awal
dekade 90-an. Ia mencuat sebagai pencipta lagu
lewat lagu “Sapayuang Bajauah Hati dan Lenyai” yang dipopulerkan Zalmon, juga
telah berpulang pada 21 Mei 2011 di Padang.
Nedi dikenal pula sebagai penata musik rekaman
setelah sukses mengaransir lagu-lagu
pada album “Cinto Putiah Babungo Ungu”. Ia punya
talenta membawakan musik serius. “Suaranya bagus. Tapi, Nedi memilih menekuni
jalur musik jenaka. Bukan dia tidak bisa (membawakan lagu serius). Dia punya
kemampuan musik dan vokal
bagus, tapi dia berpikir tidak akan bisa
bersaing dengan misalnya, Zalmon dan An Roys dan lainnya,” terang Rhian yang
juga penyair ini.
Rhian mengenang Nedi sebagai sosok yang berani bersikap
dan tegas. Nedi itu pegawai di Unand. Lalu memutuskan berhenti sebagai PNS.
Sementara untuk menjadi PNS itu sangat sulit, dia malah berhenti. “Tidak berapa
seniman yang seperti itu,” tandas Rhian.
Kepergian Nedi Gampo yang terkesan mendadak itu,
mengejutkan rekan seniman dan koleganya.
Sementara itu, Atma Tampan, salah seorang
seniman, mengatakan, Nedi Gampo salah seorang komposer musik dan juga sebagai
pencipta lagu, tidak saja lagu lagu kocak juga lagu lagu pop Minang.
“Kalau penyanyi kocak Minang yang melegenda
dulunya Syamsi Hasan. Nedi Gampo muncul memposisikan dirinya sebagai penyanyi Minang
kocak setelah era Syamsi Hasan. Bedanya keduanya, jika Syamsi Hasan hanya
sebagai penyanyi Minang kocak yang lagu dan musik digarap orang lain. Sedangkan
Nedi pencipta dan penyanyi,” terang Tampan.
Nedi Gampo pernah kuliah di ASKI Padang Panjang
(kini-ISI). Umumnya lagu lagu kocak yang dibawakannya adalah garapan dia
sendiri, baik materi lagu maupun
musiknya. “Jadi memang pantas dikatakan sebagai pioner lagu genre kocak Minang,”
urainya.
Masyarakar dan pelaku seni terutama musik Minang
mengaku terkejut atas kepergian Nedi Gampo. Ia meninggal karena serangan
jantung.
Jenazah disemayamkan dan dimandikan di rumah
orang tuanya di Parak Jua, Nagari Baringin, Kecamatan Lima Kaum, Kota
Batusangkar, Tanahdatar, setelah disemayamkan terlebih dahulu di rumahnya Kompleks
Perumahan Batang Kabuang Asri dan Kompleks Perumahan Jihad Padang. Nedi Gampo
kelahiran 23 April 1965 ini meninggalkan anak 3 perempuan dan 2 laki-laki dari
2 orang istri. Lima ratusan pelayat tampak berduka saat almarhum dilepas ke
taman keabadiannya.
Muhammad Shadiq Pasadigoe mewakili Ikatan
Keluarga Tanah Datar melepas almarhum dengan duka cita dan ditutup dengan doa
oleh Muasri.
Terlihat melayat tokoh dan seniman antara lain
Muasri (Kepala Taman Budaya Sumatera Barat), Desri Ayunda, Asnam Rasyid, Agus
Taher, Rina Hastuti, Indra Sakti Nauli, H. Boy Lestari Datuak Palindih, dan
lainnya.
Jenazah Nedi Gampo tiba di rumah duka di Parak
Jua Batusangkar sekitar pukul 13.30 dan dikebumikan di pandam pekuburan
keluarga di Pincuran Tujuah, Batusangkar. Sebelum dikebumikan jenazah disalatkan
di Masjid Raya Lantai Batu yang merupakan tempat dulu semasa kecil almarhum
mengaji.
Rekan sesama artis Minang mengantarkan kepergian
almarhum Nedi Gampo. Salah seorang rekan sesama penyanyi Minang, An Roys di
Batusangkar mengatakan, sosok Nedi Gampo merupakan pribadi ceria dan sesepuh
bagi kalangan musik Minang.
"Saya mewakili rekan sesama artis Minang
menyampaikan duka yang dalam atas berpulangnya bang Nedi Gampo, semoga beliau
ditempatkan Allah Swt d isisiNya yang mulia," kata An Roys.
Sementara rekan sesama artis lainnya Budi Setia
alias Buset yang juga hadir di rumah duka, mengatakan, bahwa sosok mendiang merupakan
pribadi pantang menyerah, meskipun dia dalam keadaan sakit tetapi yang
diperlihatkannya tetap keceriaan dan menghibur rekan-rekan dengan gurauannya.
"Sebagai pembina dalam Persatuan Artis
Komedi Indonesia (Paski) Sumatera Barat, beliau bagi saya menjadi motivasi.
Semoga beliau ditempatkan ditempat yang baik," ujar Buset.
“Kami lima bersaudara. Uda Nedi anak pertama.
Uda kami orang yang sangat penyayang pada adik-adiknya. Terakhir Uda Edi tampil
di Tanjung Pinang pada Selasa malam (26 Februari 2019), Rabu pulang dan tiba di
Padang langsung dirawat. Saya dapat kabar dari anaknya pukul 19.00 siap Magrib
bahwa ia masuk rumah sakit dan paginya kembali dikabari anak almarhum yang
menyebutkan sudah tiada. Sebelum tampil di Tanjung Pinang, Uda Nedi main Kim di
Kalimantan," ujar Noverman, adik Nedi Gampo.
Nedi Gampo juga terdaftar sebagai calon
legislatif pada pemilu 2019 ini untuk DPRD Sumbar dari Partai Gerindra Dapil
Sumbar 6. Ratusan orang melayat ke rumah duka, termasuk Bupati Tanah Datar
Irdinansyah Tarmizi, para kepala OPD Pemda Tanah Datar, tokoh masyarakat serta
para artis, seniman, budayawan dan produser.
Pria bernama asli Nedi Erman ini lahir 23 April
1965 memulai karier sebagai penyanyi
pada awal dekade 1990-an dengan memakai nama panggung Nedi Gampo. Ia mengaku
terinspirasi dari penyanyi legendaris Minang, Zalmon.
Album lagu pertamanya berjudul Sayuik Sauleh Produksi Pitunang Record. Saat
itu, lagu-lagunya diputar dengan pemutar musik tape dari kaset berpita hitam.
Ia mencuat sebagai pencipta lagu lewat lagu Sapayuang
Bajauah Hati dan Lenyai yang
dipopulerkan Zalmon, juga telah berpulang pada 21 Mei 2011 di Padang.
Nedi Gampo dikenal sebagai penyanyi dengan
sentuhan lirik yang mengocok perut. Meskipun dengan penyampaian yang lawak,
tetapi banyak sekali pesan dan pembelajaran yang bisa dipetik dari
lagu-lagunya. Nedi Gampo lewat liriknya juga leluasa menyuarakan kritikan
sosial, yang salah satunya tersaji di album Dimakan
Caciang.
Karyanya
Pada era sekarang, barangkali penggemar musik
Minang lebih mengenal Buset sebagai salah satu penyanyi kocak nan lawak dari
Minangkabau.
Nedi Gampo dikenal sebagai penyanyi dengan
sentuhan lirik yang mengocok perut dengan idiom ratok garah. Lagunya yang legendaries antara lain “Silet Sabana
Tajam”, “Muko Balakang nan Inyo Tikam”, “Uwia Uwia Maminta Gatah”, “Nan Karambia
Mamanjek Baruak”, “Calm dan ‘Berharga Mahal’, Kalau Mati Dimakan Caciang,” “Anak
Kampus”, “Ginyang Ginyang”, “Kiper Maju”, “Den Cilok Pitih Apak Den dalam Saku”,
“Hei Hei Cinto Kacang Abuih” “Cinto Kampus”.
Album,
1. Sagalo Gadang tahun 1993
Produksi Pitunang Record
2. Pisau Silet tahun 1995
Produksi Gita Virma Record
3. Aki Suak tahun 1996
Produksi Baramas
4. Jawinar tahun 1998
Produksi Gita Virma Record
5. Bangku Angek tahun 2000
Produksi Gita Virma Record
6. Uwia-uwia Mintah Gatah
tahun 2001 Produksi Gita Virma Record
7. Diamakan Caciang tahun
2005 Produksi Gita Virma Record
8. Angguak-angguak Geleng
tahun 2007 Produksi Gita Virma Record
9. Barangkek Kosong tahun
2008 Produksi Balada Record
Tidak ada komentar:
Posting Komentar