Senin, 23 November 2020

Nedi Gampo, “Manggampokan” Sejarah Musik Minang Kocak

OLEH Nasrul Azwar dan Rahmat Irfan Denas (Jurnalis)

 

Oi Jawinar.., Jawi Jawi

Ondeh Jawinar oi

Tajadi juo apo nan Den takuikkan

Dulu kau cinto, kini kau tak ajan

Aden bacampaan


Malam minggu ka patang ko

Aden apel ka rumah kau

Hei jan kan pintu, pintu nan ka dibukak

Tapi Abak kau tagak macik palakak

Langkah Den baserak

 

Lirik bergenre kocak itu bagian penggalan lagu berjudul “Jawinar” salah satu dari ratusan lagu yang diciptakan sekaligus dinyanyikan Nedi Gampo, yang cukup populer di era tahun 90-an. Lagu ini cukup kocak dibawakan Nedi Gampo.  

Sebelum Nedi Gampoi, seniman musik Minang dengan aliran genre jenaka dan lucu ialah Syamsi Hasan. Bedanya, Syamsi Hasan semata menyanyi sedangkan Nedi Gampo penyanyi sekaligus pencipta, dan komposer atau piñata lagu.

Seniman musik Minangkabau ini—bernama asli Nedi Erman—bagi pengamat musik menyebutnya sebagai penyanyi kocak dan jenaka Minangkabau. Penamaan ini sepertinya disesuaikan dengan lirik-lirik lagu Nedi Gampo yang memang cenderung mengocok perut pendengar.

Penyanyi legendaris asal Parak Jua, Tanah Datar ini meninggal dunia pada Kamis 28 Februari 2019, pukul 07.30 di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang. Nedi yang juga maju sebagai calon anggota legislatif DPRD Sumatera Barat ini dari Partai Gerindra  mengembuskan napas terakhir dalam usia 54 tahun karena serangan jantung.

Semasa berkiprah dalam blantika permusikan Minangkabau, Nedi Gampo memilih jalur musik jenaka dan kocak. Pada era 90-an, genre ini mendominasi perjalanan musik Minang saat itu. Genre pun ini menginspirasi dan diikuti banyak seniman musik, antara lain almarhum Ajo Andre (meninggal Jumat 18 September 2015), Edi Cotok, Buset, Minang Kocak, dan lainnya.

Saat era keemasannya, karyanya diekspresikan lewat pita kaset dengan infrastruktur tape. Era setelah itu seniman musik Minang bertransformasi kepada cakram padat (compact disc-CD), MP3, dan bentuk digital lainnya mengikuti perkembangan teknologi.

“Nedi Gampo itu seniman yang gigih. Kegigihannya itu terlihat dari keputusannya menyanyikan lagu Minang jenaka. Padahal, genre musik ini tak banyak peminatnya. Tapi, Nedi justru menjadikannya sebagai lahan musik dan kreativitasnya,” kata Rhian D’Kincai, pencipta lagu Minang dan jurnalis senior di Sumatera Barat.

Rhian D’Kincai mengenang Nedi Gampo sebagai sosok yang telah banyak berkontribusi pada perjalaan musik dan lagu Minang kontemporer, termasuk tentu saja menggairahkan industri permusikan di Sumatera Barat.  

“Kehadiran Nedi dengan musiknya telah membuat industri musik Minang terasa lebih

berwarna. Corak lagu Minang tak lagi terbatas pada tema-tema parasaian, air mata, dan kesedihan lainnya,” kata Rhian mengenang.

Saat itu, lagu jenaka dan dendang kim membuat Nedi tak pernah sepi pesanan untuk tampil di tengah penggemarnya. “Jenis musik kocak dan jenaka itu pula yang membawanya ke mana-mana. Tidak hanya di daerah perantauan Indonesia, tapi sampai ke negara jiran di Malaysia,” ujar Rhian.

Sampai jelang wafatnya, Nedi aktif dengan job dendang KIM-nya. Selain lagu jenaka, Nedi mengangkat popularitas lagu Kim yang sempat merajai lagu Minang pada dekade 90-an.

“Damam Akiak”, “Angguak-angguak Geleng”, dan “Kaleng Kuncang” ialah beberaoa ratusan judul lagu lagu yang ia bawakan dan ciptakan sendiri. Setelah diangkat kembali oleh Nedi, lagu Kim kembali populer dan digarap oleh banyak penyanyi setelahnya.

“Kini, nyaris seluruh penyanyi membawakan dendang Kim,” ujar Rhian.

Jauh sebelum dikenal sebagai penyanyi jenaka dan pelantun dendang Kim, Nedi awalnya membawakan lagu-lagu serius.

Nedi memulai kariernya sebagai penyanyi lewat album lagu “Sayuik Sauleh” pada awal

dekade 90-an. Ia mencuat sebagai pencipta lagu lewat lagu “Sapayuang Bajauah Hati dan Lenyai” yang dipopulerkan Zalmon, juga telah berpulang pada 21 Mei 2011 di Padang.

Nedi dikenal pula sebagai penata musik rekaman setelah sukses mengaransir lagu-lagu

pada album “Cinto Putiah Babungo Ungu”. Ia punya talenta membawakan musik serius. “Suaranya bagus. Tapi, Nedi memilih menekuni jalur musik jenaka. Bukan dia tidak bisa (membawakan lagu serius). Dia punya kemampuan musik dan vokal

bagus, tapi dia berpikir tidak akan bisa bersaing dengan misalnya, Zalmon dan An Roys dan lainnya,” terang Rhian yang juga penyair ini.

Rhian mengenang Nedi sebagai sosok yang berani bersikap dan tegas. Nedi itu pegawai di Unand. Lalu memutuskan berhenti sebagai PNS. Sementara untuk menjadi PNS itu sangat sulit, dia malah berhenti. “Tidak berapa seniman yang seperti itu,” tandas Rhian.

Kepergian Nedi Gampo yang terkesan mendadak itu, mengejutkan rekan seniman dan koleganya.

Sementara itu, Atma Tampan, salah seorang seniman, mengatakan, Nedi Gampo salah seorang komposer musik dan juga sebagai pencipta lagu, tidak saja lagu lagu kocak juga lagu lagu pop Minang.

“Kalau penyanyi kocak Minang yang melegenda dulunya Syamsi Hasan. Nedi Gampo muncul memposisikan dirinya sebagai penyanyi Minang kocak setelah era Syamsi Hasan. Bedanya keduanya, jika Syamsi Hasan hanya sebagai penyanyi Minang kocak yang lagu dan musik digarap orang lain. Sedangkan Nedi pencipta dan penyanyi,” terang Tampan.

Nedi Gampo pernah kuliah di ASKI Padang Panjang (kini-ISI). Umumnya lagu lagu kocak yang dibawakannya adalah garapan dia sendiri,  baik materi lagu maupun musiknya. “Jadi memang pantas dikatakan sebagai pioner lagu genre kocak Minang,” urainya.

Masyarakar dan pelaku seni terutama musik Minang mengaku terkejut atas kepergian Nedi Gampo. Ia meninggal karena serangan jantung.

Jenazah disemayamkan dan dimandikan di rumah orang tuanya di Parak Jua, Nagari Baringin, Kecamatan Lima Kaum, Kota Batusangkar, Tanahdatar, setelah disemayamkan terlebih dahulu di rumahnya Kompleks Perumahan Batang Kabuang Asri dan Kompleks Perumahan Jihad Padang. Nedi Gampo kelahiran 23 April 1965 ini meninggalkan anak 3 perempuan dan 2 laki-laki dari 2 orang istri. Lima ratusan pelayat tampak berduka saat almarhum dilepas ke taman keabadiannya.

Muhammad Shadiq Pasadigoe mewakili Ikatan Keluarga Tanah Datar melepas almarhum dengan duka cita dan ditutup dengan doa oleh Muasri.

Terlihat melayat tokoh dan seniman antara lain Muasri (Kepala Taman Budaya Sumatera Barat), Desri Ayunda, Asnam Rasyid, Agus Taher, Rina Hastuti, Indra Sakti Nauli, H. Boy Lestari Datuak Palindih, dan lainnya.

Jenazah Nedi Gampo tiba di rumah duka di Parak Jua Batusangkar sekitar pukul 13.30 dan dikebumikan di pandam pekuburan keluarga di Pincuran Tujuah, Batusangkar. Sebelum dikebumikan jenazah disalatkan di Masjid Raya Lantai Batu yang merupakan tempat dulu semasa kecil almarhum mengaji.

Rekan sesama artis Minang mengantarkan kepergian almarhum Nedi Gampo. Salah seorang rekan sesama penyanyi Minang, An Roys di Batusangkar mengatakan, sosok Nedi Gampo merupakan pribadi ceria dan sesepuh bagi kalangan musik Minang.

"Saya mewakili rekan sesama artis Minang menyampaikan duka yang dalam atas berpulangnya bang Nedi Gampo, semoga beliau ditempatkan Allah Swt d isisiNya yang mulia," kata An Roys.

Sementara rekan sesama artis lainnya Budi Setia alias Buset yang juga hadir di rumah duka, mengatakan, bahwa sosok mendiang merupakan pribadi pantang menyerah, meskipun dia dalam keadaan sakit tetapi yang diperlihatkannya tetap keceriaan dan menghibur rekan-rekan dengan gurauannya.

"Sebagai pembina dalam Persatuan Artis Komedi Indonesia (Paski) Sumatera Barat, beliau bagi saya menjadi motivasi. Semoga beliau ditempatkan ditempat yang baik," ujar Buset.

“Kami lima bersaudara. Uda Nedi anak pertama. Uda kami orang yang sangat penyayang pada adik-adiknya. Terakhir Uda Edi tampil di Tanjung Pinang pada Selasa malam (26 Februari 2019), Rabu pulang dan tiba di Padang langsung dirawat. Saya dapat kabar dari anaknya pukul 19.00 siap Magrib bahwa ia masuk rumah sakit dan paginya kembali dikabari anak almarhum yang menyebutkan sudah tiada. Sebelum tampil di Tanjung Pinang, Uda Nedi main Kim di Kalimantan," ujar Noverman, adik Nedi Gampo.

Nedi Gampo juga terdaftar sebagai calon legislatif pada pemilu 2019 ini untuk DPRD Sumbar dari Partai Gerindra Dapil Sumbar 6. Ratusan orang melayat ke rumah duka, termasuk Bupati Tanah Datar Irdinansyah Tarmizi, para kepala OPD Pemda Tanah Datar, tokoh masyarakat serta para artis, seniman, budayawan dan produser.

Pria bernama asli Nedi Erman ini lahir 23 April 1965  memulai karier sebagai penyanyi pada awal dekade 1990-an dengan memakai nama panggung Nedi Gampo. Ia mengaku terinspirasi dari penyanyi legendaris Minang, Zalmon.

Album lagu pertamanya berjudul Sayuik Sauleh Produksi Pitunang Record. Saat itu, lagu-lagunya diputar dengan pemutar musik tape dari kaset berpita hitam. Ia mencuat sebagai pencipta lagu lewat lagu Sapayuang Bajauah Hati dan Lenyai yang dipopulerkan Zalmon, juga telah berpulang pada 21 Mei 2011 di Padang.

Nedi Gampo dikenal sebagai penyanyi dengan sentuhan lirik yang mengocok perut. Meskipun dengan penyampaian yang lawak, tetapi banyak sekali pesan dan pembelajaran yang bisa dipetik dari lagu-lagunya. Nedi Gampo lewat liriknya juga leluasa menyuarakan kritikan sosial, yang salah satunya tersaji di album Dimakan Caciang.

Karyanya

Pada era sekarang, barangkali penggemar musik Minang lebih mengenal Buset sebagai salah satu penyanyi kocak nan lawak dari Minangkabau.

Nedi Gampo dikenal sebagai penyanyi dengan sentuhan lirik yang mengocok perut dengan idiom ratok garah. Lagunya yang legendaries antara lain “Silet Sabana Tajam”, “Muko Balakang nan Inyo Tikam”, “Uwia Uwia Maminta Gatah”, “Nan Karambia Mamanjek Baruak”, “Calm dan ‘Berharga Mahal’, Kalau Mati Dimakan Caciang,” “Anak Kampus”, “Ginyang Ginyang”, “Kiper Maju”, “Den Cilok Pitih Apak Den dalam Saku”, “Hei Hei Cinto Kacang Abuih” “Cinto Kampus”.

Album,  

1.       Sagalo Gadang tahun 1993 Produksi Pitunang Record

2.      Pisau Silet tahun 1995 Produksi Gita Virma Record

3.      Aki Suak tahun 1996 Produksi Baramas

4.      Jawinar tahun 1998 Produksi Gita Virma Record

5.      Bangku Angek tahun 2000 Produksi Gita Virma Record

6.      Uwia-uwia Mintah Gatah tahun 2001 Produksi Gita Virma Record

7.      Diamakan Caciang tahun 2005 Produksi Gita Virma Record

8.     Angguak-angguak Geleng tahun 2007 Produksi Gita Virma Record

9.      Barangkek Kosong tahun 2008 Produksi Balada Record 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...