OLEH Khairul Jasmi (Wartawan)
Bapisah bukannyo bacarai
Usahlah adiak manangih juo
…
Kampuang den jauh da, sanak tiado
Denai jo sia uda tinggakan
Tiar Ramon |
Nama Tiar Ramon, Jan Juneid, Elly Kasim, dan almarhum Samsi Hasan, bagi khalayak Minang, sudah tidak asing lagi. Mereka adalah penyanyi dan anak zamannya Minangkabau. Namanya tetap dikenang sepanjang masa. Tapi, hari-hari ini, salah seorang dari mereka dipanggil lagi oleh Tuhan.
Dialah Tiar Ramon, penyanyi Minang yang olah vokalnya sangat bagus, sama bagusnya dengan peng-hayatan, jika ia sedang menyanyi. Uda Tiar, begitu ia disapa, meninggal dunia ketika bersama istrinya, Nurili Dahlan, mengunjungi keluarganya di Pekanbaru, Riau. Ia menderita diabetes, dan diduga juga gangguan pada kepala, akibat kecelakaan dua tahun silam. Jenazah penyanyi ini, dikebumikan di nagarinya, Sungai Garinggiang, Pariaman.
“Da Tiar nyaris melegenda, ia hebat,” kata seniman Alwi Karmena, kepada Republika. Tiar meninggalkan seorang istri dan seorang puteri. Kepergian penyanyi serba bisa ini, menyentakkan seniman Sumatera Barat. “Yang bernas hilang satu-satu, yang baru muncul tidak bisa menyamai mereka yang telah pergi,” kata Alwi lagi.
Tiar Ramon yang bernama asli Bachtiar Rahman itu, bagi warga Minang, adalah lelaki yang amat dikenal. “Jarang bersua, tapi kalau mendengar lagunya, pasti kami tahu, dialah Tiar Ramon,” tutur Miswardi, 45 tahun, seorang penggemar Tiar, di Padang.
Tiar adalah lelaki yang tak hanya dikagumi generasi tahun 2000, tapi juga oleh generasi 60 sampai 1990-an. Ia bagai berjalan di jalan yang lempang bersama segelintir penyanyi Minang waktu itu. Lagu-lagunya, membawa muatan moral, etika dan falsafah Minang yang kuat. Ia berada dengan penyanyi yang muncul jauh di bela-kangnya, hadir dengan lagu-lagu yang kering, tanpa muatan edukatif.
Tiar, yang pernah menjadi ketua Pappri Sumatera Barat itu, tahun-tahun terakhir usianya berusaha membangkitkan dunia tarik suara Minang. Ia juga berusaha menghentikan pembajakan, memperjuangkan nasib penyanyi, dan pencipta lagu serta para musisi. Perjuangan belum selesai, ia keburu dipanggil Sang Pencipta.
Sepanjang usianya, menurut Alwi Karmena dan Yusril Ardanis, pemusik lainnya, Tiar menyaksikan dengan hati perih, betapa penghargaan kepada penyanyi di daerah-nya tidak sebagaimana mestinya. Namun Tiar nyaris sendirian, teman-temannya sudah banyak yang pindah ke Jakarta. Elly Kasim, artis cantik bersuara rancak itu, sejak pindah ke Jakarta, sepertinya ia tidak punya waktu lagi, untuk merintangkan penggemarnya di kampung halaman. Tiar Ramon, kata penyanyi gamat Minang, Jan Juneid, mulai terjun ke panggung musik tahun 1973, ia dikontrak oleh seorang produser di Malaysia selama dua tahun. ***
Padang, 24 Oktober 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar