OLEH kHAIRUL JASMI
MereKA ada di pusat keramaian; di trotoar, di rumah makan, terminal, stasiun, dan hotel. Menenteng peralatan semir. Mereka kehilangan masa kanak-kanaknya: bermain gundu, mengaji di surau atau mandi di kali atau bersenda gurau.
Dengan mata kuyu dan baju dekil, mereka merayu orang agar
memberikan sepatunya untuk disemir agar memperoleh imbalan. Apa boleh buat,
mereka tinggalkan sekolah, tapi bukan semata karena kemauannya. Mereka
terpanggil membantu orangtua, terpaksa karena harus makan, dan sederet alasan
yang membuat mereka pun jauh dari hingar-bingarnya dunia pendidikan.