Jumat, 01 Maret 2019

Para Muda Islam yang Khusuk di Masjid

mantagisme.com—Masa depan milik para muda. Seperti hukum alam, setiap generasi punya tantangannya sendiri. Generasi muda saat ini— yang disebut milenial—yang hidup dalam era industri 4.0 dipastikan berbeda dibanding generasi era 80-an, misalnya.

Kendati begitu, pada era jaman now ini, saat perubahan drastis dan disrupsi kian menggila, belakangan, ada tren dan kecenderungan positif yang terlihat dalam perilaku kaum muda Islam kekinian. Kaum muda (profesional), mahasiswa, dan masyarakat umum di pelbagai kota-kota di Indonesia, termasuk Kota Padang, meramaikan kehidupan masjid-masjid dengan beragam aktivitas keagamaan, seperti mengaji, halakah, dan hafalan ayat-ayat pendek Alquran.

Selain meramaikan dengan aktivitas positif itu, setiap masuk waktu salat lima waktu, saf berjamaah kian hari kian banyak.

Penelusuran yang dilakukan di pelbagai masjid-masjid yang cukup besar di Kota Padang, suasana semerbak dengan lantunan ayat-ayat suci Alquran tak pernah putus.

Kekhusukan terlihat saat sebagian para muda yang duduk bersila melingkar saat salah seorang rekan mereka sedang melantunkan Surat Al-Kahfi ayat 1-2. Para muda Muslimin Kota Padang sedang aktivitas hafalan Alquran di Masjid Agung Nurul Iman Padang, Jumat, 1 Maret 2019.

Di sudut ruang masjid lainnya, tampak juga belasan anak muda melingkar dengan Alquran di tangan. Mereka tampak asyik mengulang hafalan dan memperbaiki bacaan, dipandu oleh seorang ustaz sebagai pembimbing tahfiz.

“Ini merupakan kegiatan tahfiz. Di sini, kita mendapat bimbingan bagaimana membaca Alquran dengan baik dan benar,” kata Rizki, mahasiswa Unand kepada Khazanah

Rizki tengah menuntaskan hafalan juz ke-29. Begitu pula teman-temannya yang lain.

Dengan tekun, Rizki memperdengarkan bacaan dan hafalan Alqurannya kepada pembimbing tahfiz, Ustaz Fitrah, alumni Universitas Al-Azhar, Mesir yang sekaligus Ketua Lembaga Tahfiz Masjid Agung Nurul Iman.

Rizki mulai menghafal Alquran sejak akhir 2018. Kegiatan tahfiz telah mempertemukan

Rizki dengan anak-anak muda lainnya yang memiliki semangat menghafal Alquran.

“Berinteraksi dengan penghafal Alquran memberi motivasi bagi saya dalam menghafal

Alquran,” ujar Rizki.

Senada dengan Rizki, motivasi yang sama diungkapkan oleh Kemas, mahasiswa UNP.

“Ini menjadi wadah bagi saya untuk belajar membetulkan bacaan Alquran,” ujar Kemas.

Sembari membetulkan bacaan, Kemas secara konsisten menambah hafalan dan mengulang hafalannya. Menghafal setidaknya 5-10 ayat setiap hari.

Rizki dan Kemas hanyalah beberapa dari ratusan peserta tahfiz yang dinaungi Masjid

Agung Nurul Iman. Yang unik dari kegiatan ini adalah untuk mengikutinya tidak membayar apapun dan cukup dengan mendaftar langsung ke masjid.

“Kegiatan ini diperuntukan bagi seluruh masyarakat Kota Padang. Tidak hanya menghafal Alquran, tapi kita sekaligus memperbaiki bacaan, mentadabburi, dan mempelajari terjemaahan dari setiap ayat Alquran,” kata  Ustaz Fitrah.

Dilansir dari situs resmi www.dmi.or.id, dalam gelaran diskusi “PRIMATalk”, yang diselenggarakan Pimpinan Pusat PRIMA DMI, antusiasme para muda Islam yang terdiri dari mahasiswa, aktivis muda, tokoh komunitas, serta para remaja masjid dan se-Jabodetabek, mengikuti kegiatan keagamaan ini sangat besar. Kegiatan ini dilaksanakan di sebuah kafe di Jakarta.

“Para pemuda milenial Islam kini, dihadapkan pada tantangan kehidupan yang disrupsi demikian deras. Tantangan paling besar justru ada di sekitar kita. Jangan terjebak

pada rutinitas yang tidak bermanfaat, kesenangan semu (instant gratification), apalagi perilaku destruktif dan perbuatan tercela,” kata Muhammad Jamil, Wakil Ketua Umum (Waketum) Pimpinan Pusat (PP) Perhimpunan Remaja Masjid (Prima) Dewan Masjid Indonesia.

Menurutnya, kata kunci untuk menjawab tantangan dalam menyongsong masa depan bagi para muda Islam ialah Iqra’.

“Iqra’ merupakan sebuah kata kerja perintah (fi’il amr) dan hukum asalnya sebuah kemestian/kewajiban. Membacalah dan terus belajar. Ramaikan masjid-masjid dengan aktivitas yang positif,” jelas Muhammad Jamil.

Diuraikannya lebih jauh di hadapan ratusan kaum muda Islam itu, bagaimana pergaulan remaja dan anak muda kini juga diselingi beragam kisah akhlak tidak terpuji, serta berbagai ekses negatif lainnya, menunjukkan bahwa toh di masa kini, pemuda

dihadapkan pada beragam ujian, godaan dan tantangan.

Sementara itu, Ahmad Arafat Aminulla, Ketua Umum PP PRIMA DMI, mengatakan tantangan para pemuda milenial dewasa ini harus mampu memaknai dan mengejawantahkan perintah Iqra’ yang merupakan kata pertama, dari wahyu pertama dari rentetan ayat ayat suci Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

“Iqra’ di sini tidak hanya bermakna tilawah tetapi Iqra’ memiliki makna definisi dan implikasi yang sangat luas. “Membaca” ayat-ayatNya yang terdapat di alam semesta raya (melalui ilmu pengetahuan/science dan teknologi), melakukan penelitian, perbandingan, dan seterusnya,” kata Ahmad Arafat Aminulla. nasrul azwar/rahmat denas

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...