70 TAHUN GUGURNYA CHATIB SULAIMAN
OLEH Nasrul Azwar
MASYARAKAT Sumbar didukung pakar dan peminat sejarah sepakat bahwa Chatib Sulaiman pantas
dan sudah patut dijadikan pahlawan nasional. Panitia pengusulan harus segera
bekerja menyusun dokumen dan melengkapi adminsitrasinya agar keinginan bersama
ini terealisasi.
Itulah
benang merah yang mencuat dalam seminar nasional dan bedah buku tentang pejuang
kemerdekaan Chatib Sulaiman yang dilaksanakan pada Sabtu, 19 Januari 2019 di
Gedung Dilo Telkom Padang.
Seminar
nasional yang merupakan puncak rangkaian peringatan Peristiwa Situjuah ini
dihadiri lebih kurang 150-an peserta dari berbagai lembaga, pejabat pemerintah,
mahasiswa sejarah, masyarakat umum, dan keluarga besar Chatib Sulaiman.
Narasumber yang hadir ialah Prof Dr Asvi Warman Adam (sejarawan senior di
LIPI), Mayjen (Purn.) Amril Amir, S.IP., Datuak Palindih (Ketua Umum Dewan
Harian Daerah 45 Sumatera Barat), Dr Wannofri Samry (Ketua MSI Sumbar), Hasril
Chaniago (wartawan dan peminat sejarah), Prof Dr Mestika Zed (Guru Besar
Sejarah UNP namun berhalangan hadir karena
sakit), dan dua penulis buku Dr Hikmat Israr, MM (seorang perwira TNI AD
berpangkat Kolonel) dan Fikrul Hanif Sufyan, SS, M.Hum (dosen). Arus lalu
lintas diskusi dipandu Israr Iskandar dan Andahayani.
Wakil
Gubernur Sumbar Nasrul Abit, Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan, dan
Ketua Pelaksana Satria Haris, dan Kepala Dinas Kebudayaann Sumbar Gemala Ranti
pada saat peluncuran Yayasan Chatib Sulaiman
Selain
seminar dan diskusi buku, juga diluncurkan secara resmi Yayasan Chatib Sulaiman
oleh Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit.
Amril
Amir menilai, Chatib Sulaiman dalam lembaran sejarah Sumatera Barat, tidak
diragukan lagi kiprahnya, terutama sejak masa pergerakan nasional hingga
peristiwa pembantain Belanda pada 15 Januari 1949 merenggut hidupnya.
“Kini,
70 tahun berlalu nilai-nilai perjuangan dalam diri Chatib tetap terpatri. Bila
generasi tua dan muda mau bercermin pada dirinya, Chatib adalah prototip
pemimpin yang bersahaja, cinta pada tanah airnya, dalam berjuang tidak pernah
menghitung materi. Beliau memiliki
perhitungan taktis dalam setiap langkah perjuangannya. Dengan demikian, Chatib
Sulaiman diangkat sebagai pahlawan
nasional sudah menjadi sebuah
keniscayaan dan sangat layak disandangnya. DHD 45 mendukung usulan ini,” papar Amril
Amir yang penuh semangat juang 45 itu.
Melihat
perjuangannya tersebut, tambah Amril Amir, Chatib Sulaiman layak menjadi
pahlawan nasional karena ia berjuang sepanjang hayatnya. “Mulai dari kecil
sudah berjuang hingga gugur membela negara. Melakukan tugas melebihi
kewajibannya," jelasnya.
Sementara,
Asvi Warman Adam mengatakan, pengusulan Chatib Sulaiman harus memenuhi berbagai
peryaratan yang telah ditentukan dalam aturan yang ditetapkan kendati faktor
“lain” juga sangat berperan penting.
“Faktor
lain itu bisa saja berupa alasan, tekanan, dan keadaan. Walau secara
administrasi dan kelengkapan dokumen yang telah terpenuhi serta telah meraih
bebagai penghargaan dan tanda jasa dari pemerintah, tapi jika tak dilakukan
pendekatan yang berkesinambungan, terutama kepada Dewan Gelar, bisa saja
prosesnya akan tersendat. Maka, tim panitia pengusulan sebagai pahlawan
nasional untuk Chatib Sulaiman ini harus lebih kerja keras untuk melakukan
pendekatan dan komunikasi yang intensif agar bisa cepat terealisasi,” kata Asvi
Warman Adam.
Dijelaskan
Asvi Warman Adam, tokoh pejuang Chatib Sulaiman sudah layak menjadi pahwalan
nasional karena sudah memenuhi syarat dan kriteria ditentukan dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang gelar, tanda jasa dan tanda
kehormatan.
Kendati
sudah layak diajukan, ia menyayangkan mengapa pengajuan itu tidak dilakukan
sebelumnya ataiu paling tidak pascapenetapan Hari Bela Negara pada tahun 2006 .
"Tapi
sekarang belum terlambat. Semua persyaratan sudah dilengkapi. Berkas tersebut
hendaknya diserahkan ke pemerintah pusat secepatnya. Setelah itu, perlu ada
pendekatan, pertimbangan situasi politik yang bisa mendorong Chatib Sulaiman
jadi pahlawan. Saya sarankan secepatnya mendesak pemerintah pusat agar Chatib
Sulaiman menjadi pahlawan nasional," tegasnya.
Tak
jauh beda, hal senada juga disampiakan Wannofri Samry dalam makalah berjudul
Chatib Sulaiman: Pemimpin dan Negarawan Pejuang mengutip Roesad Datuak Perpatih
Baringek, mantan Residen Sumatera Barat mengatakan, Chatib Sulaiman adalah
pemimpin rakyat tulen. Ia tetap berdiri
di depan pembela rakyat. Ia kuat dengan perjuangan politiknya.
“Chatib
Sulaiman sosok tokoh penjuang yang tidak hadir setiap masa. Beliau adalah sosok
pemimpin yang dirindukan banyak orang saat ini. Dalam dirinya melekat
kenegarawanan dan budayawan. Beliau adalah seorang intelektual, pemimpin
yang berpikir yang merasakan denyut nadi masarakatnya. Karena
itu beliau juga menuangkan gagasan-gagasnnya di media masaa seperti Pedoman
Masyarakat Medan yang dipimpinnya. Beliau juga seorang pemikir ekonomi yang
aplikatif dan diterapkan dalam masa perjuangan. Beliau juga seorang guru dan
violis. Itulah kesimpulan yang bisa dibaca dari
tulisan kawan-kawan sperjuangan beliau kalau digali mungkin tidak akan
kering dan akan menjadi teladan bagi kepemimpian hari ini. Dan saya pikir beliau layak
diangkat sebagai pahlawan nasional,” terang Wannofri Samry yang juga pengajar
sejarah di FIB Unand.
Sementara
itu, saat peluncuran Yayasan Chatib Sulaiman, Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit
meminta agar Dinas Kebudayaan Sumbar berkoordinasi dengan Dinas Sosial agar
mengusulkan Chatib Sulaiman bisa dilakukan dengan terintegrasi dan menyatu
dalam satu pintu. Yayasan Chatib Sulaiman bersama dengan dinas-dinas terkait
bisa lakukan komunikasi intensif dan rencana kerja.
“Dinas
Kebudayaan dan Dinas Sosial Sumbar bersama dengan pengurus Yayasan Chatib
Sulaiman sudah bisa menyusun langkah kerja agar percepatan pengusulan sebagai
pahlawan nasional cepat terealisasi,” kata Nasrul Abit saat bersamaan kegiatan
ini juga dihadiri Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Gemala Ranti.
Sementara,
Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan yang juga mengapresiasi pemgusulan
Chatib Sulaiman jadi pahlawan nasional ini. “Bukan hanya sampai sebagai
pahlawan nasional tapi kita perlu mendesak agar pemerintah pusat memberikan
hak-haknya sebagai pahlawan nasional. Conton pendiri bangsa Tan Malaka yang
telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional tapi hak-haknya sebagai pahlawan
cenderung diabaikan pemerintah. Saya mendukung pengusulan Chatib Sulaiman jadi
pahlawan nasional,” tegas Ferizal Ridwan
yang akrab disapa Buya ini.
Ketua
Pelaksana Seminar dan Bedah Buku Satria Haris mengatakan, kegiatan ini
dilaksanakan sebagai salah satu usaha untuk membuka kembali ingatan kolektif
masyarakat, terutama generasi mileneal di Sumatera Barat tentang sosok pejuang
kemerdekaan Indonesia Chatib Sulaiman.
“Seminar
ini dihadiri semua narasumber dan juga 2 penulis buku. Respons dan apresiasi
masyarakat cukup tinggi. Anak-anak muda saya lihat cukup antusias mengikuti
kegiatan ini. Demikian juga pihak keluarga besar Chatib Sulaiman sangat respek.
Kita berharap, Chatib Sulaiman bisa segera diangkat jadi pahlawan nasional,”
kata Satria Haris.
Keluarga
besar Chatib Sulaiman yang hadir dalam kegiatan ini merasa terharu dengan
respons yang demikian besar terhadap ayah, kakek, mereka ini.
"Kami
keluarga besar terharu dan sekaligus bahagia serta bangga kerena begitu
besarnya perhatian masyarakat kepada orang tua dan kakek kami ini. Terima kasih
sebesar-besar kepada semua pihak. Semoga keinginan bersama menjadikan Chatib
Sulaiman sebagai pahlawan nasional bisa terealisasi. Orang tua kami ini sudah
jadi milik masyarakat Sumatera Barat dan bangsa Indonesia,” kata Kasman Chatib
didampingi Sudarman Chatib Datuak Babangso, dan Lastri Chatib dan cucu.
“Kerja masih panjang agar keinginan menjadikan
Chatib Sulaiman sebagai pahlawan nasional. Maka, segeralah bentuk panitia yang
mau meluangkan waktu untuk kerja begini,” kata seorang peserta.
Ia
berharap, kerja pengajuan Chatib Sulaiman ini bukan hanya sampai pada seminar
ini. “Biasanya hanya sampai seminar setelah itu hilang,” katanya lagi. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar