Jumat, 25 Januari 2019

Masyarakat Sumbar Sepakat Chatib Sulaiman Dijadikan Pahlawan Nasional


70 TAHUN GUGURNYA CHATIB SULAIMAN


OLEH  Nasrul Azwar
MASYARAKAT Sumbar didukung pakar dan peminat sejarah sepakat bahwa Chatib Sulaiman pantas dan sudah patut dijadikan pahlawan nasional. Panitia pengusulan harus segera bekerja menyusun dokumen dan melengkapi adminsitrasinya agar keinginan bersama ini terealisasi.
Itulah benang merah yang mencuat dalam seminar nasional dan bedah buku tentang pejuang kemerdekaan Chatib Sulaiman yang dilaksanakan pada Sabtu, 19 Januari 2019 di Gedung Dilo Telkom Padang. 
Seminar nasional yang merupakan puncak rangkaian peringatan Peristiwa Situjuah ini dihadiri lebih kurang 150-an peserta dari berbagai lembaga, pejabat pemerintah, mahasiswa sejarah, masyarakat umum, dan keluarga besar Chatib Sulaiman. Narasumber yang hadir ialah Prof Dr Asvi Warman Adam (sejarawan senior di LIPI), Mayjen (Purn.) Amril Amir, S.IP., Datuak Palindih (Ketua Umum Dewan Harian Daerah 45 Sumatera Barat), Dr Wannofri Samry (Ketua MSI Sumbar), Hasril Chaniago (wartawan dan peminat sejarah), Prof Dr Mestika Zed (Guru Besar Sejarah UNP  namun berhalangan hadir karena sakit), dan dua penulis buku Dr Hikmat Israr, MM (seorang perwira TNI AD berpangkat Kolonel) dan Fikrul Hanif Sufyan, SS, M.Hum (dosen). Arus lalu lintas diskusi dipandu Israr Iskandar dan Andahayani.
Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit, Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan, dan Ketua Pelaksana Satria Haris, dan Kepala Dinas Kebudayaann Sumbar Gemala Ranti pada saat peluncuran Yayasan Chatib Sulaiman
Selain seminar dan diskusi buku, juga diluncurkan secara resmi Yayasan Chatib Sulaiman oleh Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit.
Amril Amir menilai, Chatib Sulaiman dalam lembaran sejarah Sumatera Barat, tidak diragukan lagi kiprahnya, terutama sejak masa pergerakan nasional hingga peristiwa pembantain Belanda pada 15 Januari 1949 merenggut hidupnya.
“Kini, 70 tahun berlalu nilai-nilai perjuangan dalam diri Chatib tetap terpatri. Bila generasi tua dan muda mau bercermin pada dirinya, Chatib adalah prototip pemimpin yang bersahaja, cinta pada tanah airnya, dalam berjuang tidak pernah menghitung materi.  Beliau memiliki perhitungan taktis dalam setiap langkah perjuangannya. Dengan demikian, Chatib Sulaiman  diangkat sebagai  pahlawan   nasional  sudah menjadi sebuah keniscayaan dan sangat layak disandangnya. DHD 45 mendukung usulan ini,” papar Amril Amir yang penuh semangat juang 45 itu.
Melihat perjuangannya tersebut, tambah Amril Amir, Chatib Sulaiman layak menjadi pahlawan nasional karena ia berjuang sepanjang hayatnya. “Mulai dari kecil sudah berjuang hingga gugur membela negara. Melakukan tugas melebihi kewajibannya," jelasnya.
Sementara, Asvi Warman Adam mengatakan, pengusulan Chatib Sulaiman harus memenuhi berbagai peryaratan yang telah ditentukan dalam aturan yang ditetapkan kendati faktor “lain” juga sangat  berperan penting.
“Faktor lain itu bisa saja berupa alasan, tekanan, dan keadaan. Walau secara administrasi dan kelengkapan dokumen yang telah terpenuhi serta telah meraih bebagai penghargaan dan tanda jasa dari pemerintah, tapi jika tak dilakukan pendekatan yang berkesinambungan, terutama kepada Dewan Gelar, bisa saja prosesnya akan tersendat. Maka, tim panitia pengusulan sebagai pahlawan nasional untuk Chatib Sulaiman ini harus lebih kerja keras untuk melakukan pendekatan dan komunikasi yang intensif agar bisa cepat terealisasi,” kata Asvi Warman Adam.
Dijelaskan Asvi Warman Adam, tokoh pejuang Chatib Sulaiman sudah layak menjadi pahwalan nasional karena sudah memenuhi syarat dan kriteria ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan. 
Kendati sudah layak diajukan, ia menyayangkan mengapa pengajuan itu tidak dilakukan sebelumnya ataiu paling tidak pascapenetapan Hari Bela Negara pada tahun 2006 .
"Tapi sekarang belum terlambat. Semua persyaratan sudah dilengkapi. Berkas tersebut hendaknya diserahkan ke pemerintah pusat secepatnya. Setelah itu, perlu ada pendekatan, pertimbangan situasi politik yang bisa mendorong Chatib Sulaiman jadi pahlawan. Saya sarankan secepatnya mendesak pemerintah pusat agar Chatib Sulaiman menjadi pahlawan nasional," tegasnya.
Tak jauh beda, hal senada juga disampiakan Wannofri Samry dalam makalah berjudul Chatib Sulaiman: Pemimpin dan Negarawan Pejuang mengutip Roesad Datuak Perpatih Baringek, mantan Residen Sumatera Barat mengatakan, Chatib Sulaiman adalah pemimpin rakyat tulen. Ia tetap berdiri  di depan pembela rakyat. Ia kuat dengan perjuangan politiknya.
“Chatib Sulaiman sosok tokoh penjuang yang tidak hadir setiap masa. Beliau adalah sosok pemimpin yang dirindukan banyak orang saat ini. Dalam dirinya melekat kenegarawanan dan budayawan. Beliau adalah seorang intelektual, pemimpin yang  berpikir yang  merasakan denyut nadi masarakatnya. Karena itu beliau juga menuangkan gagasan-gagasnnya di media masaa seperti Pedoman Masyarakat Medan yang dipimpinnya. Beliau juga seorang pemikir ekonomi yang aplikatif dan diterapkan dalam masa perjuangan. Beliau juga seorang guru dan violis. Itulah kesimpulan yang bisa dibaca dari  tulisan kawan-kawan sperjuangan beliau kalau digali mungkin tidak akan kering dan akan menjadi teladan bagi kepemimpian  hari ini. Dan saya pikir beliau layak diangkat sebagai pahlawan nasional,” terang Wannofri Samry yang juga pengajar sejarah di FIB Unand.
Sementara itu, saat peluncuran Yayasan Chatib Sulaiman, Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit meminta agar Dinas Kebudayaan Sumbar berkoordinasi dengan Dinas Sosial agar mengusulkan Chatib Sulaiman bisa dilakukan dengan terintegrasi dan menyatu dalam satu pintu. Yayasan Chatib Sulaiman bersama dengan dinas-dinas terkait bisa lakukan komunikasi intensif dan rencana kerja.
“Dinas Kebudayaan dan Dinas Sosial Sumbar bersama dengan pengurus Yayasan Chatib Sulaiman sudah bisa menyusun langkah kerja agar percepatan pengusulan sebagai pahlawan nasional cepat terealisasi,” kata Nasrul Abit saat bersamaan kegiatan ini juga dihadiri Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Gemala Ranti.
Sementara, Wakil Bupati Limapuluh Kota Ferizal Ridwan yang juga mengapresiasi pemgusulan Chatib Sulaiman jadi pahlawan nasional ini. “Bukan hanya sampai sebagai pahlawan nasional tapi kita perlu mendesak agar pemerintah pusat memberikan hak-haknya sebagai pahlawan nasional. Conton pendiri bangsa Tan Malaka yang telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional tapi hak-haknya sebagai pahlawan cenderung diabaikan pemerintah. Saya mendukung pengusulan Chatib Sulaiman jadi pahlawan nasional,”  tegas Ferizal Ridwan yang akrab disapa Buya ini.
Ketua Pelaksana Seminar dan Bedah Buku Satria Haris mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan sebagai salah satu usaha untuk membuka kembali ingatan kolektif masyarakat, terutama generasi mileneal di Sumatera Barat tentang sosok pejuang kemerdekaan Indonesia Chatib Sulaiman.
“Seminar ini dihadiri semua narasumber dan juga 2 penulis buku. Respons dan apresiasi masyarakat cukup tinggi. Anak-anak muda saya lihat cukup antusias mengikuti kegiatan ini. Demikian juga pihak keluarga besar Chatib Sulaiman sangat respek. Kita berharap, Chatib Sulaiman bisa segera diangkat jadi pahlawan nasional,” kata Satria Haris. 
Keluarga besar Chatib Sulaiman yang hadir dalam kegiatan ini merasa terharu dengan respons yang demikian besar terhadap ayah, kakek, mereka ini.
"Kami keluarga besar terharu dan sekaligus bahagia serta bangga kerena begitu besarnya perhatian masyarakat kepada orang tua dan kakek kami ini. Terima kasih sebesar-besar kepada semua pihak. Semoga keinginan bersama menjadikan Chatib Sulaiman sebagai pahlawan nasional bisa terealisasi. Orang tua kami ini sudah jadi milik masyarakat Sumatera Barat dan bangsa Indonesia,” kata Kasman Chatib didampingi Sudarman Chatib Datuak Babangso, dan Lastri Chatib dan cucu.
 “Kerja masih panjang agar keinginan menjadikan Chatib Sulaiman sebagai pahlawan nasional. Maka, segeralah bentuk panitia yang mau meluangkan waktu untuk kerja begini,” kata seorang peserta.
Ia berharap, kerja pengajuan Chatib Sulaiman ini bukan hanya sampai pada seminar ini. “Biasanya hanya sampai seminar setelah itu hilang,” katanya lagi. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...