OLEH Nasrul Azwar
Dalam sebuah buku antologi artikel Mesin
Ketik Tua (Paparan, Ulasan, dan Komentar Wartawan Tua) yang ditulis “H Kamardi Rais Datuak Panjang Simulie (PPIM: 2005), dikisahkan
konsistensi dan komitmen Kasoema terhadap perjuangan pers nasional.
Kasoema menyebut Haluan, surat
kabar yang dia dirikan bersama-sama dengan teman seperjuangannya, ialah koran republik di
daerah pendudukan Belanda di Bukittinggi. Tekanan dan represif terhadap Haluan, terutama saat pendudukan
Belanda, sudah sering dialami jajaran redaksi, juga tentunya saat PRRI.
Suatu kali, kisah Kamardi Rais, Mr. Hins seorang
petinggi Belanda mendatangi Kantor Haluan
di Bukittinggi. Hins mendesak agar tulisannya dimuat harian ini. Tulisan yang
akan diturunkan ity berisi seruan kepada penduduk dan pegawai negeri untuk
kembali ke kota.