Sabtu, 23 Juli 2016

Menanti Kebangkitan Diaspora Minang dalam Membangun Tanah Air dan Menata Bangsa

OLEH Muhammad Raffik (Ketua Umum IPPMI Ikatan Pemuda Pemudi Minang Indonesia)

Peran etnis Minangkabau amat vital dalam mewujudkan  pembentukan bangsa indonesia. Sejak sebelum kolonialisme asing masuk, Indonesia  disebut dengan Nusantara yang mana terdiri dari beragam macam etnis dan suku bangsa.
Sejarah mencatat dalam tinta emas, beberapa peristiwa sejarah peranan suku bangsa Minangkabau di Nusantara.

Pertama, masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya Pada Abad ke-6 , sebagai kerajaan terbesar di Asia Tenggara wilayahnya secara spesifik JPrasasti Kedukan Bukit menyatakan tegas asal usul Minangkabau "Dapunta Hyang pendiri kerajaan Sriwijaya beranjak dari Minanga Tamwan."  Temuan, ini dielaborasi beberapa peneliti sejarah yang menyatakan beliau ini Raja Minang di lereng Gunung Marapi dalam menyatakan kabar kemenangan (Manang Kaba).
Tradisi peninggalan khas Minang adalah sistem Kerajaan Srivijaya yang menggunakan sistem Kedatuan (Monarki Konstituonal). Warisan utama peninggalan kerajaan Srivijaya adalah Candi Muara Takus dan Borobudur.
Kedua, masa Kejayaan Kerajaan Malayapura Swarnadhipa. Setelah runtuhnya Sriwijaya Abad 10. Malayaputra muncul sebagai  kekuatan baru Pengganti Sriwijaya dalam menguasai Pulau Swarnadhipa (Andalas), pengaruh kerajaan ini hingga ke Srilanka India, Malaya, Campa dan Siam. Kerajaan ini didirikan oleh salah satu Bangsawan Sriwijaya Pangeran Suryanalayana/Datuak Ampanglimo Sinaro dan beribukota di Dhamasraya Siguntur.
Ketiga, Kejayaan Kerajaan Majapahit Di Awal Abad ke 12  yang ditopang oleh  Adityawarman, leluhur utama kaum adat sebagai Mahamenteri Majapahit, lebih lanjut Panglima Majapahit Adwayawarman dengan Dara Jingga putri Raja Malayapura-Dhamasraya yang berdarah Minang.
Perencanaan dan penguatan karakter maritim yang ekspansif disusun Raja Kedua Majapahit juga berdarah Melayu Minang Prabu Jayanegara yang merupakan putra dari Dara Jingga permaisuri Raden Wijaya Raja pertama Majapahit merupakan Putri Raja Malayapura Dhamasraya.
Figur lain yang berdarah Minang adalah Patih Gajah Mada. Orang tua sang patih merupakan Kepala Pasukan Pengamanan 2 Putri Raja Dhamasraya yang dinikahkan dengan Raja Majapahit sebagai bentuk ikatan koalisi persaudaraan dua kerajaan yang mempunyai hubungan kekerabatan.
Ketiga proses sejarah tersebut merupakan fondasi awal atas pembentukan Nusantara. Fase baru, peran kaum Minang juga hadir dalam pembentukan Nusantara modern, yakni proses perjuangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia  Minang yang didominasi oleh putra putri Minang, Tan Malaka, Rohana Kudus, HR Rasuna Said, M Yamin, Sutan Syahrir, Bung Hatta, Natsir. Mereka  ini para tokoh pendiri utama Republik Indonesia.
Dalam masa masa krusial kontribusi orang Minang muncul pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukittinggi, Minang hadir dengan diangkatnya  Mr Syafrudin Prawiranegara seorang tokoh Minang sebagai Presiden Kedua Republik.
Namun tinta emas sejarah tidak berlanjut pada hari ini. Posisi tawar Minangkabau kurang kuat, kalah dengan dari beberapa diskusi dengan tokoh-tokoh nasional mereka menunggu kebangkitan tokoh-tokoh Minangkabau untuk tampil kembali di republik ini membangun dan membangkitkan kejayaan Indonesia.
Salah satunya adalah kekuatan diaspora Minangkabau yang tersebar jaringannya di seluruh Indonesia bahkan luar negeri.

Diaspora Minang juga mempunyai hubungan persaudaraan dengan beberapa negara asia tenggara seperti, Malaysia, Singapore, Brunei, Philipine Selatan dan Thailand Selatan.
Tetapi potensi diaspora Minang ini belum terkonsolidasikan dan dimaksimalkan dengan baik , padahal bila digerakkan sangat tidak mungkin besar kontribusinya untuk Sumatera Barat dan Indonesia .
Minangakabau zaman sekarang terlena dengan romantisme masa lalu. Dan tergerus oleh globalisasi.
Salah satu penyebab kemunduran itu karena terjadinya degradasi budaya di tubuh internal Minangkabau sebagai pedoman hidup Minangkabau yang diciptakan oleh leluhurnya beribu ribu tahun yang lalu. Sehingga semangat "Sa ciok bak ayam, sa dantiang bak basi dan ringan samo dijinjiang, barek samo dipikua" itu sudah kurang di dalam masyarakat Minang.
Gaya hidup hidup globalisasi yang cenderung individualistik yang terjadi banyak digunakan . Semua ini penyebabnya adalah dilupakannya pondasi pembentukan karakter Minangkabau yang berdasarkan adat budaya yang ditempa di surau  masing-masing nagari di Minangkabau. Untuk itu perlu diadakan revitalisasi surau dengan konsep modern mengikuti perkembangan zaman.
Ada bidal kita menyebutkan ...
"Dipahaluih andai rundiang
dipabanyak ragam kecek
dipagadang tungkuih rabuak
padi dikabek jo daunnyo.. "

Namun usah tajadi pameo urang banyak ...

"Dahulu rabab nan batangkai,
kini lagundi nan baguno
dahulu adaik nan bapakai
kinilah pitih nan paguno" ....

Itulah kondisi kekinian Minangkabau yang menyebabkan degradasi kualitas sumber daya Minangkabau serta diskoneksi dari diaspora Minangkabau. Kondisi bangsa sekarang sangat stratetegis dan momentum pas untuk menghidupkan diaspora Minang se dunia melawan kekuatan-kekuatan asing yang mempunyai kepentingan di Indonesia.
Konsep Diaspora Minangkabau
Salah satu langkah strategies awal yang perlu dilaksanakan adalah berharap ada peranan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat untuk melaksanakan agenda awal mengundang semua perantau Minang dan kerabat Minangkabau Malaysia, Brunei, Singapore dll.
Agenda silaturahmi dan musyawarah masyarakat Minang se dunia di Sumatera Barat sebagai langkah awal strategies konsolidasi diaspora Minangkabau.
Konsolidasi dalam menyatukan ruang ruang masyarakat Minang sehingga terjadi sinergi antara ranah dan rantau.
Di dalam agenda tersebut dibuat musyarawah khusus utk membicarakan langkah-langkah taktis dan strategis secara sistematis bagaimana  diaspora Minang dapat diwujudkan.
Gerakan kembali ke adat bagi kaum muda yang berasal dari suara dari struktur adat Minangkabau alim uUlama, cadiak pandai dan ninik mamak serta sarato bundo kanduang dan parik paga nagari.
Keempat unsur tersebut, perlu  membangun  jejaring diaspora Minangkabau yang efektif dengan pengikat utama adalah adat budaya Minangkabau sehingga tujuan ke depan bisa tercapai dengan sistematis dan rapih. Pola diaspora Minang semacam ini dapat di implementasikan dengan kebijakan khusus Pemprov Sumbar untuk mendukung konsep  diaspora Minangkabau .
Dalam konteks pengembangan gerakan di ranah, kebangkitan revitalisasi budaya dan surau sebagai  narasi pembentuk karakter anak- anak Minangkabau dalam meningkatkan kembali dan hidupkan struktur adat Minangkabau yang benar seperti dahulu beserta aturan mainnya. Hidupkan kembali peranan hukum adat Minangkabau sebagai bentuk fungsi konsolidasi sosial.
Dalam konteks pengembangan rantau diperlukan revitalisasi fungsi organisasi Minang satu payung dalam membawahi semua sumberdaya dengan pondasi adat budaya sebagai konstitusi organisasinya. Fokus kepada ekonomi dan politik sebagai strategi dalan mewujudkan bangunan yang utuh atas narasi kebangkitan  diaspora Minang.
Dalam konteks peningkatan kualitas ekonomi kehadiran lembaga-lembaga ekonomi seperti koperasi dan Bank Minangkabau Internasional untuk kepentingan kolektif.
Diaspora Minang juga perlu diberikan insentif dalam pengelolaan potensi Sumber daya alam Ranah Minang, misalnya jika diperlukan  kita dapat memprioritaskan kerja sama dengan kerabat kita seperti Brunei, Malaysia sebagai mitra dalam investasi.
Ketika semua ini berjalan baik, maka konsolidasi diaspora Minangkabau dapat mendorong dukungan secara pemikiran  maupun finansial untuk bangsa indonesia
Kondisi ini dapat dicapai apabila di dalam pikiran semua masyarakat Minang keinginan untuk bangkit bersama dan melakukan perubahan yang lebih baik .
"Mambangkik batang tabanam bukan tarandam lagi" demi masa depan dan nasib generasi penerus.

Jauhkan sifat ego menang sendiri, individualistik kembali kepada perilaku asli masyarakat Minangkabau yang demokrasi, toleransi dan semangat gotong royong. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kristenisasi di Ranah Minang

Foto: Kompasiana Pemeluk   Kristen sudah masuk ke Minang-kabau sejak Plakat Panjang ditandatangani tahun 1833 silam. Beratus tahun berlalu, ...