OLEH Goenawan Mohamad
Di
dinding ini saya pernah uraiakan sedikit tentang buku-buku Indonesia yang akan
dipasang dalam Pekan Raya Buku di Frankfurt, dalam Frankfurt Book Fair.
Sekarang saya akan menceritakan yang lain.
Setiap
negara yang dipilih jadi “Tamu Kehormatan”, Guest of Honour, diharapkan
menghadirkan kreasi bangsanya di bidang kreatifitas, tak hanya dalam sastra.
Dalam tahun 2015 ini, Indonesia akan memamerkan karya arsitektur, seni rupa,
fotografi, tari, dan musik.
Saya
mulai dengan Seni Rupa.
Akan
dibuka pertengahan September (dan kemudian diresmikan pertengahan Oktober),
pameran akan ditutup awal Januari tahun depan. Ia akan diisi oleh empat perupa
yang terkenal: Eko Nugroho, Jompet, Joko Avianto, dan grup Tromarama. Mereka
akan menampikan karya ukuran besar. Tempatnya di Galeri Kunstverein, Frankfurt
Eko
Nugroho akan membuat mural di dinding galeri melintasi dua lantai – hingga
dapat tampak dari luar, lewat kaca-kaca gedung itu. Eko sangat terkenal di
bidang ini dan telah menampilkan karanya di pelbagai negara di Eropa.
Jompet
akan mengisi seluruh ruangan dengan instalasinya – yang merupakan kombinasi
yang mengejutkan antara pelbagai elemen, biasanya yang mengandung masa lalu dan
masa kini,
Sebuah
ruangan lain akan diisi karya grup Tromarama – yang salah satu anggotanya
perupa perempuan, Febie Babyrose. Karya grup yang dibentuk di tahun 2004 ini
menggabungkan pelbagai macam medium: menghadirkan gema kebudayaan kota besar
kini.
Joko
Avianto terkenal dengan instalasi bambunya. Di façade galeri yang terletak di
sudut alun-alun (Röme) kota Frankfurt itu Joko akan membentuk satu sosok besar
dengan 15.000 batang bambu.
Hari-hari
ini bambu itu sedang dalam perjalanan dengan kapal laut dari pelabuhan Semarang
menuju pelabuhan Hamburg– setelah diuji di laboratorium ITB tentang ketahanannya
dalam api. Dari Hamburg batang-batang bambu itu akan diangkut ke Frankfurt
dengan transportasi darat.
Instalasi
ini akan dibangun selama beberapa hari. Bisa dibayangkan proses itu akan jadi
atraksi tersendiri: penghuni kota Frankfurt akan menyaksikan prosesnya.
Kurator
pameran adalah Asikin Hasan dan Rizki Ahmad Zaelani. Dukungan penuh diberikan
Tubagus Andre, direktur Galeri Nasional. Keempat karya itu merupakan hasil
seleksi bersama dengan Franziska Nori, direktur Kunstverein. Nori, meskipun ia
mengaku tak tahu senirupa Indonesia, telah membaca banyak, dan sejak mula ia
mengusulkan karya Joko, Eko dan Jompet – dan itu cocok dengan pilihan kurator
Indonesia.
Karya
yang akan ditampilkan tidak banyak, untuk memudahkan pengelolaannya, tapi
diharapkan impresif. Tampaknya memang akan demikian.
Barong Banyuwangi,
Dwiki, dam Djaduk, dan Angringan
2015
adalah tahun ke-70 kemerdekaan Indonesia. Perlu satu peringatan khusus.
2015
Indonesia akan tampil di Frankfurt am Main sebagai “Tamu Kehormatan” dalam
Frankfurt Book Fair, dengan mendatangkan sekitar 8000 buku, 30 lebih penerbit
dan 70 pengarang dari pelbagai jenis karya, juga para penggiat buku, bersama
dengan sekitar 20 seminar dan diskusi panel yang akan menghadirkan pembicara
Jerman dan Indonesia.
Frankfurt
Book Fair 2015, dengan kata lain, bukan hanya kesibukan sastra…
Di
samping itu: pameran seni rupa, arsitektur, fotografi, film, animasi, komik,
naskah kuno Nusantara.
Juga
dunia kuliner Indonesia.
Acara
sudah dimulai akhir Juni yang lalu di Köln dan Berlin: sebuah seminar bersama
tentang masalah diaspora Muslim dan integrasi nasional, yang menghadirkan Dr
Syafiq Hasyim dan Dr Luthfi Assyaukani dari Indonesia, dan Dr Claudia Derich
dan Dr. Mohand Khorchide dari dua universitas Jerman.
Pada
hari itu juga tampil Aktor Iman Soleh dan Dalang Atjep Hidayat, dalam kombinasi
puisi dan kecapi, membawakan “Air, Burung, Nenek Moyang” yang mempesona
hadirin.
Dua
pengarang terkenal kita, Okky Madasari, membacakan fragmen dari karyanya yang
diterjemahkan ke bahasa Jerman dengan judul, “Seelen in Ketten” dan Triyanto
Tiwikromo yang versi Jerman dari karyanya berjudul, “Der elfte Heilige“.
Kedua
sastrawan itu juga tampil di Literatur Haus di Berlin dengan hadirin yang
penuh.
Dari
Juni, ke Agustus.
Menjelang
akhir Agustus, di Museum Arsitektur Jerman akan diadakan pameran karya 12
arsitek Indonesia – sebuah tinjauan kembali atas hubungan iklim tropis dan
arsitektur. Pameran akan berlangsung setidaknya sampai November, dan
direncanakan dikelilingkan ke kota lain, termasuk salah satu kota di Belanda.
Saya akan bicara lebih detail tentang ini dalam posting nanti.
Di
minggu ke-3 Agustus juga Indonesia akan hadir dalam Festival Museum Uferfest –
sebuah festival tahunan yang rata-rata dihadiri sekitar 2 juta orang selama
tiga hari. Festival akan bertempat di sepanjang Sungai Main, di seberang
deretan museum.
Indonesia,
sebagai Tamu Kehormatan Frankfurt Buchmesse, mendapatkan posisi istimewa,
dengan memperoleh ruang seluas 800 meter persegi. Komite Nasional FBF 2015 akan
mendatangkan rombongan Barong Banyuwangi yang juga akan mengadakan parade.
Musikus Dwiki Darmawan akan tampil beserta para musisi Eropa, berselang-seling
dengan presentasi “Kua Etnika” Djaduk Feriyanto. Jika tak ada aral melintang,
penyanyi tenar Bonita dkk akan manggung.
Fesival
akan diramaikan dengan dua DJ dari Jakarta – dan juga irama dangdut.
Tak
kurang dari itu, Indonesia akan menyajikan beberapa jenis kuliner. Dua buah
kereta angkringan – untuk berjualan bakso dan sate, misalnya -- khusus dibuat
untuk itu, dan sekarang dalam perjalanan melalui kapal menuju Frankfurt.
Mudah-mudahan
semua lancar….
Diambil dari akun Facebook Goenawan Mohamad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar